Cantik

Rabu, 28 April 2010

SETIA SAMPAI AKHIR

Disebuah rumah sederhana yang asri tinggal sepasang suami istri yang sudah memasuki usia senja. Pasangan ini dikaruniai dua orang anak yang telah dewasa dan memiliki kehidupan sendiri yang mapan.

Sang suami merupakan seorang pensiunan sedangkan istrinya seorang ibu rumah tangga.Suami istri ini lebih memilih untuk tetap tinggal dirumah mereka menolak ketika putra-putri mereka menawarkan untuk ikut pindah bersama mereka.

Jadilah mereka, sepasang suami istri yang hampir renta itu menghabiskan waktu mereka yang tersisa dirumah yang telah menjadi saksi berjuta peristiwa dalam keluarga itu.

Suatu senja ba’da Isya disebuah mesjid tak jauh dari rumah mereka, sang istri tidak menemukan sandal yang tadi dikenakannya kemesjid tadi.

Saat sibuk mencari, suaminya datang menghampiri
“Kenapa Bu?”

Istrinya menoleh sambil menjawab “Sandal Ibu tidak ketemu Pa”.

“Ya udah pakai ini saja” kata suaminya sambil menyodorkan sandal yang dipakainya. walau agak ragu sang istri tetap memakai sandal itu dengan berat hati.

Menuruti perkataan suaminya adalah kebiasaannya.Jarang sekali ia membantah apa yang dikatakan oleh sang suami.

Mengerti kegundahan istrinya, sang suami mengeratkan genggaman pada tangan istrinya.

“Bagaimanapun usahaku untuk berterimakasih pada kaki istriku yang telah menopang hidupku selama puluhan tahun itu, takkan pernah setimpal terhadap apa yang telah dilakukannya.

Kaki yang selalu berlari kecil membukakan pintu untuk-ku saat aku pulang,
kaki yang telah mengantar anak-anakku ke sekolah tanpa kenal lelah, serta kaki yang menyusuri berbagai tempat mencari berbagai kebutuhanku dan anak-anakku”.

Sang istri memandang suaminya sambil tersenyum dengan tulus dan merekapun mengarahkan langkah menuju rumah tempat bahagia bersama….

Karena usia yang telah lanjut dan penyakit diabetes yang dideritanya, sang istri mulai mangalami gangguan penglihatan. Saat ia kesulitan merapikan kukunya, sang suami dengan lembut mengambil gunting kuku dari tangan istrinya.

Jari-jari yang mulai keriput itu dalam genggamannya mulai dirapikan dan
setelah selesai sang suami mencium jari-jari itu dengan lembut dan bergumam
“Terimakasih ya, Bu ”.

“Tidak, Ibu yang terimakasih sama Bapa, telah membantu memotong kuku Ibu” tukas sang istri tersipu malu.

“Terimakasih untuk semua pekerjaan luar biasa yang belum tentu sanggup aku lakukan. Aku takjub betapa luar biasanya Ibu. Aku tau semua takkan terbalas sampai kapanpun” kata suaminya tulus.

Dua titik bening menggantung disudut mata sang istri “Bapa kok bicara begitu?
Ibu senang atas semuanya Pa, apa yang telah kita lalui bersama adalah luar biasa.

Ibu selalu bersyukur atas semua yang dilimpahkan pada keluarga kita, baik ataupun buruk. Semuanya dapat kita hadapi bersama.”

Hari Jum’at yang cerah setelah beberapa hari hujan. Siang itu sang suami bersiap hendak menunaikan ibadah Shalat Jum’at,

Setelah berpamitan pada sang istri, ia menoleh sekali lagi pada sang istri menatap tepat pada matanya sebelum akhirnya melangkah pergi.

Tak ada tanda yang tak biasa di mata dan perasaan sang istri hingga saat beberapa orang mengetuk pintu membawa kabar yang tak pernah diduganya.

Ternyata siang itu sang suami tercinta telah menyelesaikan perjalanannya di dunia.
Ia telah pulang menghadap sang penciptanya ketika sedang menjalankan ibadah Shalat Jum’at, tepatnya saat duduk membaca Tahyat terakhir.

Masih dalam posisi duduk sempurna dengan telunjuk kearah Kiblat, ia menghadap Yang Maha Kuasa.

“Subhanallah sungguh akhir perjalanan yang indah” gumam para jama’ah setelah menyadari kalau dia telah tiada.

Sang istri terbayang tatapan terakhir suaminya saat mau berangkat kemesjid.
Terselip tanya dalam hatinya, mungkinkah itu sebagai tanda perpisahan pengganti ucapan selamat tinggal.

Ataukah suaminya khawatir meninggalkannya sendiri didunia ini. Ada gundah menggelayut dihati sang istri. Walau masih ada anak-anak yang akan mengurusnya,

Tapi kehilangan suami yang telah didampinginya selama puluhan tahun cukup membuatnya terguncang. Namun ia tidak mengurangi sedikitpun keikhlasan dihatinya yang bisa menghambat perjalanan sang suami menghadap Sang Khalik.

Dalam do’a dia selalu memohon kekuatan agar dapat bertahan dan juga memohon agar suaminya ditempatkan pada tempat yang layak.

Tak lama setelah kepergian suaminya, sang istri bermimpi bertemu dengan suaminya.
Dengan wajah yang cerah sang suami menghampiri istrinya dan menyisir rambut sang istri dengan lembut. “Apa yang Bapak lakukan?’ tanya istrinya senang bercampur bingung.

“Ibu harus kelihatan cantik, kita akan melakukan perjalanan panjang. Bapak tidak bisa tanpa Ibu, bahkan setelah kehidupan didunia berakhir,Bapak selalu butuh Ibu. Saat disuruh memilih pendamping Bapak bingung, kemudian bilang pendampingnya tertinggal,
Bapakpun mohon izin untuk menjemput Ibu.”

Istrinya menangis sebelum akhirnya berkata “Ibu ikhlas Bapak pergi, tapi Ibu juga tidak bisa bohong kalau Ibu takut sekali tinggal sendiri.. Kalau ada kesempatan mendampingi Bapa sekali lagi dan untuk selamanya tentu saja tidak akan Ibu sia-siakan."

Sang istri mengakhiri tangisannya dan menggantinya dengan senyuman.
Senyuman indah dalam tidur panjang selamanya…..

oOo

“Dan di antara kebahagiaan adalah wanita shalehah, jika engkau memandangnya maka engkau kagum kepadanya, dan jika engkau pergi darinya (tidak berada di sisinya) engkau akan merasa aman atas dirinya dan hartamu. Dan di antara kesengsaraan adalah wanita yang apabila engkau memandangnya engkau merasa enggan, lalu dia melontarkan kata-kata kotor kepadamu, dan jika engkau pergi darinya engkau tidak merasa aman atas dirinya dan hartamu.” (HR. Ibnu Hibban dan lainnya dalam As-Silsilah ash-Shahihah hadits 282).

“Dan isteri shalehah yang menolongmu atas persoalan dunia dan agamamu, adalah sebaik-sebaik (harta) yang disimpan manusia.” (HR. Baihaqi dalam Syu’abul Iman, Shahihul jami’ 4285).

Jilbabku Penutup Auratku

ilbab merupakan bagian dari syari’at yang penting untuk dilaksanakan oleh seorang muslimah. Ia bukanlah sekedar identitas atau menjadi hiasan semata dan juga bukan penghalang bagi seorang muslimah untuk menjalankan aktivitas kehidupannya. Menggunakan jilbab yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah wajib dilakukan oleh setiap muslimah, sama seperti ibadah-ibadah lainnya seperti sholat, puasa yang diwajibkan bagi setiap muslim. Ia bukanlah kewajiban terpisah dikarenakan kondisi daerah seperti dikatakan sebagian orang (karena Arab itu berdebu, panas dan sebagainya). Ia juga bukan kewajiban untuk kalangan tertentu (yang sudah naik haji atau anak pesantren).

Benar saudariku… memakai jilbab adalah kewajiban kita sebagai seorang muslimah. Dan dalam pemakaiannya kita juga harus memperhatikan apa yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seperti telah disebutkan pada artikel sebelumnya, terdapat beberapa persyaratan dalam penggunanan jilbab yang sesuai syari’at. Semoga Allah memudahkan penulis memperjelas poin-poin yang ada dalam artikel sebelumnya.

DEFINISI JILBAB

Secara bahasa, dalam kamus al Mu’jam al Wasith 1/128, disebutkan bahwa jilbab memiliki beberapa makna, yaitu:

Qomish (sejenis jubah).
Kain yang menutupi seluruh badan.
Khimar (kerudung).
Pakaian atasan seperti milhafah (selimut).
Semisal selimut (baca: kerudung) yang dipakai seorang wanita untuk menutupi tubuhnya.
Adapun secara istilah, berikut ini perkataan para ulama’ tentang hal ini.

Ibnu Hazm rahimahullah mengatakan, “Jilbab menurut bahasa Arab yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah pakaian yang menutupi seluruh badan, bukan hanya sebagiannya.” Sedangkan Ibnu Katsir mengatakan, “Jilbab adalah semacam selendang yang dikenakan di atas khimar yang sekarang ini sama fungsinya seperti izar (kain penutup).” (Syaikh Al Bani dalam Jilbab Muslimah).

Syaikh bin Baz (dari Program Mausu’ah Fatawa Lajnah wal Imamain) berkata, “Jilbab adalah kain yang diletakkan di atas kepala dan badan di atas kain (dalaman). Jadi, jilbab adalah kain yang dipakai perempuan untuk menutupi kepala, wajah dan seluruh badan. Sedangkan kain untuk menutupi kepala disebut khimar. Jadi perempuan menutupi dengan jilbab, kepala, wajah dan semua badan di atas kain (dalaman).” (bin Baz, 289). Beliau juga mengatakan, “Jilbab adalah rida’ (selendang) yang dipakai di atas khimar (kerudung) seperti abaya (pakaian wanita Saudi).” (bin Baz, 214). Di tempat yang lain beliau mengatakan, “Jilbab adalah kain yang diletakkan seorang perempuan di atas kepala dan badannnya untuk menutupi wajah dan badan, sebagai pakaian tambahan untuk pakaian yang biasa (dipakai di rumah).” (bin Baz, 746). Beliau juga berkata, “Jilbab adalah semua kain yang dipakai seorang perempuan untuk menutupi badan. Kain ini dipakai setelah memakai dar’un (sejenis jubah) dan khimar (kerudung kepala) dengan tujuan menutupi tempat-tempat perhiasan baik asli (baca: aurat) ataupun buatan (misal, kalung, anting-anting, dll).” (bin Baz, 313).

Dalam artikel sebelumnya, terdapat pertanyaan apa beda antara jilbab dengan hijab. Syaikh Al Bani rahimahullah mengatakan, “Setiap jilbab adalah hijab, tetapi tidak semua hijab itu jilbab, sebagaimana yang tampak.” Sehingga memang terkadang kata hijab dimaksudkan untuk makna jilbab. Adapun makna lain dari hijab adalah sesuatu yang menutupi atau meghalangi dirinya, baik berupa tembok, sket ataupun yang lainnya. Inilah yang dimaksud dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat al-Ahzab ayat 53, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah nabi kecuali bila kamu diberi izin… dan apabila kamu meminta sesuatu keperluan kepda mereka (para istri Nabi), maka mintalah dari balik hijab…”

SYARAT-SYARAT PAKAIAN MUSLIMAH

1. Menutup Seluruh Badan Kecuali Yang Dikecualikan

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاء الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَّحِيماً

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59)

وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا…

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya…” (QS. An Nuur:31)

Tentang ayat dalam surat An Nuur yang artinya “kecuali yang (biasa) nampak dari padanya”, maka terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama sehingga membawa konsekuensi yang berbeda tentang hukum penggunaan cadar bagi seorang muslimah. Untuk penjelasan rinci, silakan melihat pada artikel yang sangat bagus tentang masalah ini pada artikel Hukum Cadar di www.muslim.or.id.

Dari syarat pertama ini, maka jelaslah bagi seorang muslimah untuk menutup seluruh badan kecuali yang dikecualikan oleh syari’at. Maka, sangat menyedihkan ketika seseorang memaksudkan dirinya memakai jilbab, tapi dapat kita lihat rambut yang keluar baik dari bagian depan ataupun belakang, lengan tangan yang terlihat sampai sehasta, atau leher dan telinganya terlihat jelas sehingga menampakkan perhiasan yang seharusnya ditutupi.

Catatan penting dalam poin ini adalah penggunaan khimar yang merupakan bagian dari syari’at penggunaan jilbab sebagaimana terdapat dalam ayat selanjutnya dalam surat An Nuur ayat 31,

وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ

“Dan hendaklah mereka menutupkan khimar ke dadanya.”

Khumur merupakan jamak dari kata khimar yang berarti sesuatu yang dipakai untuk menutupi bagian kepala. Sayangnya, pemakaian khimar ini sering dilalaikan oleh muslimah sehingga seseorang mencukupkan memakai jilbab saja atau hanya khimar saja. Padahal masing-masing wajib dikenakan, sebagaimana terdapat dalam hadits dari Sa’id bin Jubair mengenai ayat dalam surat Al Ahzab di atas, ia berkata, “Yakni agar mereka melabuhkan jilbabnya. Sedangkan yang namanya jilbab adalah qina’ (kudung) di atas khimar. Seorang muslimah tidak halal untuk terlihat oleh laki-laki asing kecuali dia harus mengenakan qina’ di atas khimarnya yang dapat menutupi bagian kepala dan lehernya.” Hal ini juga terdapat dalam atsar dari ‘Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata,

لابد للمرأة من ثلاثة أثواب تصلي فيهن: درع و جلباب و خمار

“Seorang wanita dalam mengerjakan shalat harus mengenakan tiga pakaian: baju, jilbab dan khimar.” (HR. Ibnu Sa’ad, isnadnya shahih berdasarkan syarat Muslim)

Namun terdapat keringanan bagi wanita yang telah menopause yang tidak ingin kawin sehingga mereka diperbolehkan untuk melepaskan jilbabnya, sebagaimana terdapat dalam surat An Nuur ayat 60:

وَالْقَوَاعِدُ مِنَ النِّسَاء اللَّاتِي لَا يَرْجُونَ نِكَاحاً فَلَيْسَ عَلَيْهِنَّ جُنَاحٌ أَن يَضَعْنَ ثِيَابَهُنَّ غَيْرَ مُتَبَرِّجَاتٍ بِزِينَةٍ وَأَن يَسْتَعْفِفْنَ خَيْرٌ لَّهُنَّ وَاللَّهُ سَمِيعٌ

“Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Bijaksana.”

Ibnu Abbas radhiallahu’anhu mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kata “pakaian” pada ayat di atas adalah “jilbab” dan hal serupa juga dikatakan oleh Ibnu Mas’ud. (Dikeluarkan oleh Abu Dawud dan Al Baihaqi). Dapat pula diketahui di sini, bahwa pemakaian khimar yang dikenakan sebelum jilbab adalah menutupi dada. Lalu bagaimana bisa seseorang dikatakan memakai jilbab jika hanya sampai sebatas leher? Semoga ini menjadi renungan bagi saudariku sekalian.

Berikut ini contoh tampilan khimar dan jilbab. Khimar dikenakan menutupi dada. Setelah itu baru dikenakan jilbab di atasnya. (warna, bentuk dan panjang pakaian dalam gambar hanyalah sebagai contoh).

Catatan penting lainnya dari poin ini adalah terdapat anggapan bahwa pakaian wanita yang sesuai syari’at adalah yang berupa jubah terusan (longdress), sehingga ada sebagian muslimah yang memaksakan diri untuk menyambung-nyambung baju dan rok agar dikatakan memakai pakaian longdress. Lajnah Daimah pernah ditanya tentang hal ini, yaitu apakah jilbab harus “terusan” atau “potongan” (ada pakaian atasan dan rok bawahan). Maka jawaban Lajnah Daimah, “Hijab (baca: jilbab) baik terusan ataukah potongan, keduanya tidak mengapa (baca: boleh) asalkan bisa menutupi sebagaimana yang diperintahkan dan disyari’atkan.” Fatwa ini ditandatangani oleh Abdul Aziz bin Baz sebagai ketua dan Abdullah bin Ghadayan sebagai anggota (Fatawa Lajnah Daimah 17/293, no fatwa: 7791, Maktabah Syamilah). Dengan demikian, jelaslah tentang tidak benarnya anggapan sebagian muslimah yang mempersyaratkan jubah terusan (longdress) bagi pakaian muslimah. Camkanlah ini wahai saudariku!

2. Bukan Berfungsi Sebagai Perhiasan

Hal ini sebagaimana terdapat dalam surat An Nuur ayat 31, “…Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya…” Ketika jilbab dan pakaian wanita dikenakan agar aurat dan perhiasan mereka tidak nampak, maka tidak tepat ketika menjadikan pakaian atau jilbab itu sebagai perhiasan karena tujuan awal untuk menutupi perhiasan menjadi hilang. Banyak kesalahan yang timbul karena poin ini terlewatkan, sehingga seseorang merasa sah-sah saja menggunakan jilbab dan pakaian indah dengan warna-warni yang lembut dengan motif bunga yang cantik, dihiasi dengan benang-benang emas dan perak atau meletakkan berbagai pernak-pernik perhiasan pada jilbab mereka.

Namun, terdapat kesalahpahaman juga bahwa jika seseorang tidak mengenakan jilbab berwarna hitam maka berarti jilbabnya berfungsi sebagai perhiasan. Hal ini berdasarkan beberapa atsar tentang perbuatan para sahabat wanita di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengenakan pakaian yang berwarna selain hitam. Salah satunya adalah atsar dari Ibrahim An Nakhai,

أنه كان يدخل مع علقمة و الأسود على أزواج النبي صلى الله عليه و سلم و يرا هن في اللحف الحمر

“Bahwa ia bersama Alqomah dan Al Aswad pernah mengunjungi para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ia melihat mereka mengenakan mantel-mantel berwarna merah.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam kitab Al Mushannaf)

Catatan: Masalah warna ini berlaku bagi wanita. Adapun bagi pria, terdapat hadits yang menerangkan pelarangan penggunaan pakaian berwarna merah.

Dengan demikian, tolak ukur “Pakaian perhiasan ataukah bukan adalah berdasarkan ‘urf (kebiasaan).” (keterangan dari Syaikh Ali Al Halabi). Sehingga suatu warna atau motif menarik perhatian pada suatu masyarakat maka itu terlarang dan hal ini boleh jadi tidak berlaku pada masyarakat lain.

3. Kainnya Harus Tebal, Tidak Tipis

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang dua kelompok yang termasuk ahli neraka dan beliau belum pernah melihatnya,

وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا

“Dua kelompok termasuk ahli neraka, aku belum pernah melihatnya, suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, mereka memukul manusia dengan cambuknya dan wanita yang kasiyat (berpakaian tapi telanjang, baik karena tipis atau pendek yang tidak menutup auratnya), mailat mumilat (bergaya ketika berjalan, ingin diperhatikan orang), kepala mereka seperti punuk onta. Mereka tidak masuk surga dan tidak mendapatkan baunya, padahal baunya didapati dengan perjalanan demikian dan demikian.” (HR. Muslim 3971, Ahmad 8311 dan Imam Malik 1421 – lihat majalah Al Furqon Gresik)

Ambil dan camkanlah hadits ini wahai saudariku, karena ancamannya demikian keras sehingga para ulama memasukkannya dalam dosa-dosa besar. Betapa banyak wanita muslimah yang seakan-akan menutupi badannya, namun pada hakekatnya telanjang. Maka dalam pemilihan bahan pakaian yang akan kita kenakan juga harus diperhatikan karena sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abdil Barr, “Bahan yang tipis dapat menggambarkan bentuk tubuh dan tidak dapat menyembunyikannya.” Syaikh Al Bani juga menegaskan, “Yang tipis (transparan) itu lebih parah dari yang menggambarkan lekuk tubuh (tapi tebal).” Bahkan kita ketahui, bahan yang tipis terkadang lebih mudah dalam mengikuti lekuk tubuh sehingga sekalipun tidak transparan, bentuk tubuh seorang wanita menjadi mudah terlihat.

4. Harus Longgar, Tidak Ketat

Selain kain yang tebal dan tidak tipis, maka pakaian tersebut haruslah longgar, tidak ketat, sehingga tidak menampakkan bentuk tubuh wanita muslimah. Hal ini sebagaimana terdapat dalam hadits dari Usamah bin Zaid ketika ia diberikan baju Qubthiyah yang tebal oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia memberikan baju tersebut kepada istrinya. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahuinya, beliau bersabda,

مرْها فلتجعل تحتها غلالة فإني أخاف أن تصف حجم عظمها

“Perintahkanlah ia agar mengenakan baju dalam di balik Qubthiyah itu, karena saya khawatir baju itu masih bisa menggambarkan bentuk tubuh.” (HR. Ad Dhiya’ Al Maqdisi, Ahmad dan Baihaqi dengan sanad hasan)

Maka tidak tepat jika seseorang mencukupkan dengan memakai rok, namun ternyata tetap memperlihatkan pinggul, kaki atau betisnya. Maka jika pakaian tersebut telah cukup tebal dan longgar namun tetap memperlihatkan bentuk tubuh, maka dianjurkan bagi seorang muslimah untuk memakai lapisan dalam. Namun janganlah mencukupkan dengan kaos kaki panjang, karena ini tidak cukup untuk menutupi bentuk tubuh (terutama untuk para saudariku yang sering tersingkap roknya ketika menaiki motor sehingga terlihatlah bentuk betisnya). Poin ini juga menjadi jawaban bagi seseorang yang membolehkan penggunaan celana dengan alasan longgar dan pinggulnya ditutupi oleh baju yang panjang. Celana boleh digunakan untuk menjadi lapisan namun bukan inti dari pakaian yang kita kenakan. Karena bentuk tubuh tetap terlihat dan hal itu menyerupai pakaian kaum laki-laki. (lihat poin 6). Jika ada yang beralasan, celana supaya fleksibel. Maka, tidakkah ia ketahui bahwa rok bahkan lebih fleksibel lagi jika memang sesuai persyaratan (jangan dibayangkan rok yang ketat/span). Kalaupun rok tidak fleksibel (walaupun pada asalnya fleksibel) apakah kita menganggap logika kita (yang mengatakan celana lebih fleksibel) lebih benar daripada syari’at yang telah Allah dan Rasul-Nya tetapkan. Renungkanlah wahai saudariku!


5. Tidak Diberi Wewangian atau Parfum

Perhatikanlah salah satu sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkaitan tentang wanita-wanita yang memakai wewangian ketika keluar rumah,

ايّما امرأةٍ استعطرتْ فمَرّتْ على قوم ليَجِدُوا رِيْحِها، فهيا زانِيةٌٍ

“Siapapun perempuan yang memakai wewangian, lalu ia melewati kaum laki-laki agar mereka mendapatkan baunya, maka ia adalah pezina.” (HR. Tirmidzi)

أيما امرأة أصابت بخورا فلا تشهد معنا العشاء الاخرة

“Siapapun perempuan yang memakai bakhur, maka janganlah ia menyertai kami dalam menunaikan shalat isya’.” (HR. Muslim)

Syaikh Al Bani berkata, “Wewangian itu selain ada yang digunakan pada badan, ada pula yang digunakan pada pakaian.” Syaikh juga mengingatkan tentang penggunaan bakhur (wewangian yang dihasilkan dari pengasapan) yang ini lebih banyak digunakan untuk pakaian bahkan lebih khusus untuk pakaian. Maka hendaknya kita lebih berhati-hati lagi dalam menggunakan segala jenis bahan yang dapat menimbulkan wewangian pada pakaian yang kita kenakan keluar, semisal produk-produk pelicin pakaian yang disemprotkan untuk menghaluskan dan mewangikan pakaian (bahkan pada kenyataannya, bau wangi produk-produk tersebut sangat menyengat dan mudah tercium ketika terbawa angin). Lain halnya dengan produk yang memang secara tidak langsung dan tidak bisa dihindari membuat pakaian menjadi wangi semisal deterjen yang digunakan ketika mencuci.

6. Tidak Menyerupai Pakaian Laki-Laki

Terdapat hadits-hadits yang menunjukkan larangan seorang wanita menyerupai laki-laki atau sebaliknya (tidak terbatas pada pakaian saja). Salah satu hadits yang melarang penyerupaan dalam masalah pakaian adalah hadits dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, ia berkata

لعن رسول الله صلى الله عليه و سلم الرجل يلبس لبسة المرأة و المرأة تلبس لبسة الرجل

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pria yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian pria.” (HR. Abu Dawud)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Kesamaan dalam perkara lahir mengakibatkan kesamaan dan keserupaan dalam akhlak dan perbuatan.” Dengan menyerupai pakaian laki-laki, maka seorang wanita akan terpengaruh dengan perangai laki-laki dimana ia akan menampakkan badannya dan menghilangkan rasa malu yang disyari’atkan bagi wanita. Bahkan yang berdampak parah jika sampai membawa kepada maksiat lain, yaitu terbawa sifat kelaki-lakian, sehingga pada akhirnya menyukai sesama wanita. Wal’iyyadzubillah.

Terdapat dua landasan yang dapat digunakan sebagai acuan bagi kita untuk menghindari penggunaan pakaian yang menyerupai laki-laki.

Pakaian tersebut membedakan antara pria dan wanita.
Tertutupnya kaum wanita.
Sehingga dalam penggunaan pakaian yang sesuai syari’at ketika menghadapi yang bukan mahromnya adalah tidak sekedar yang membedakan antara pria dan wanita namun tidak tertutup atau sekedar tertutup tapi tidak membedakan dengan pakaian pria. Keduanya saling berkaitan. Lebih jelas lagi adalah perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab Al Kawakib yang dikutip oleh syaikh Al Bani, yang penulis ringkas menjadi poin-poin sebagai berikut untuk memudahkan pemahaman,

Prinsipnya bukan semata-mata apa yang dipilih, disukai dan biasa dipakai kaum pria dan kaum wanita.
Juga bukan pakaian tertentu yang dinyatakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atau yang dikenakan oleh kaum pria dan wanita di masa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Jenis pakaian yang digunakan sebagai penutup juga tidak ditentukan (sehingga jika seseorang memakai celana panjang dan kaos kemudian menutup pakaian dan jilbab di atasnya yang sesuai perintah syari’at sehingga bentuk tubuhnya tidak tampak, maka yang seperti ini tidak mengapa -pen)
Kesimpulannya, yang membedakan antara jenis pakaian pria dan wanita kembali kepada apa yang sesuai dengan apa yang diperintahkan bagi pria dan apa yang diperintahkan bagi kaum wanita. Namun yang perlu diingat, pelarangan ini adalah dalam hal-hal yang tidak sesuai fitrahnya. Syaikh Muhammad bin Abu Jumrah rahimahullah sebagaimana dikutip oleh Syaikh Al Bani mengatakan, “Yang dilarang adalah masalah pakaian, gerak-gerik dan lainnya, bukan penyerupaan dalam perkara kebaikan.”

7. Tidak Menyerupai Pakaian Wanita-Wanita Kafir

Banyak dari poin-poin yang telah disebutkan sebelumnya menjadi terasa berat untuk dilaksanakan oleh seorang wanita karena telah terpengaruh dengan pakaian wanita-wanita kafir. Betapa kita ketahui, mereka (orang kafir) suka menampakkan bentuk dan lekuk tubuh, memakai pakaian yang transparan, tidak peduli dengan penyerupaan pakaian wanita dengan pria. Bahkan terkadang mereka mendesain pakaian untuk wanita maskulin! Hanya kepada Allah-lah kita memohon perlindungan dan meminta pertolongan untuk dijauhkan dari kecintaan kepada orang-orang kafir. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al Hadid [57]: 16)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Firman Allah, ‘Janganlah mereka seperti…’ merupakan larangan mutlak dari tindakan menyerupai mereka….” (Al Iqtidha, dikutip oleh Syaikh Al Bani)

8. Bukan Pakaian Untuk Mencari Popularitas

“Barangsiapa mengenakan pakaian syuhrah (untuk mencari popularitas) di dunia, niscaya Allah mengenakan pakaian kehinaan pada hari kiamat, kemudian membakarnya dengan api naar.”

Adapun libas syuhrah (pakaian untuk mencari popularitas) adalah setiap pakaian yang dipakai dengan tujuan meraih popularitas di tengah-tengah orang banyak, baik pakaian tersebut mahal, yang dipakai seseorang untuk berbangga dengan dunia dan perhiasannya, maupun pakaian yang bernilai rendah yang dipakai seseorang untuk menampakkan kezuhudan dan dengan tujuan riya. (Jilbab Muslimah)

Namun bukan berarti di sini seseorang tidak boleh memakai pakaian yang baik, atau bernilai mahal. Karena pengharaman di sini sebagaimana dikatakan oleh Imam Asy Syaukani adalah berkaitan dengan keinginan meraih popularitas. Jadi, yang dipakai sebagai patokan adalah tujuan memakainya. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala suka jika hambanya menampakkan kenikmatan yang telah Allah berikan padanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ يُحِبَّ أَنْ يَرَى أَثَرَ نِعْمَتِهِ عَلَى عَبْدِهِ

“Sesungguhnya Allah menyukai jika melihat bekas kenikmatan yang diberikan oleh-Nya ada pada seorang hamba.” (HR. Tirmidzi)

PENUTUP

Demikian sedikit penjelasan tentang pengertian jilbab dan penjelasan dari poin-poin tentang persyaratan jilbab muslimah yang sesuai syari’at. Saudariku… janganlah kita terpedaya dengan segala aktifitas dan perkataan orang yang menjadikan seseorang cenderung merasa tidak mungkin untuk menggunakan jilbab yang sesuai syari’at. Ingatlah, bahwa sesungguhnya tidak ada teman di hari akhir yang mau menanggung dosa yang kita lakukan. Hanya kepada Allahlah kita memohon pertolongan ketika menjalankan segala ibadah yang telah disyari’atkan. Semoga artikel ini juga dapat menjawab berbagai pertanyaan tentang Jilbab. Wallahu a’lam.

Majalah Al Furqon, edisi 12 tahun III
Jilbab Muslimah. Syaikh Al Bani. Pustaka At Tibyan
Maktabah Syamilah
Mas.alif

Selasa, 27 April 2010

Cerita yang mengharukan..........................


Reo dan July adalah sepasang kekasih yang serasi walaupun keduanya berasal dari keluarga yang jauh berbeda latar belakangnya. Keluarga July berasal dari keluarga kaya raya dan serba berkecukupan, sedangkan keluarga Reo hanyalah keluarga seorang petani miskin yang menggantungkan kehidupannya pada tanah sewaan.

Dalam kehidupan mereka berdua, Reo sangat mencintai July. Reo telah melipat 1000 buah burung kertas untuk July dan July kemudian menggantungkan burung-burung kertas tersebut pada kamarnya. Dalam tiap burung kertas tersebut Reo telah menuliskan harapannya kepada July. Banyak sekali harapan yang telah Reo ungkapkan kepada July. “Semoga kita selalu saling mengasihi satu sama lain”,”Semoga Tuhan melindungi July dari bahaya”,”Semoga kita mendapatkan kehidupan yang bahagia”,dsb. Semua harapan itu telah disimbolkan dalam burung kertas yang diberikan kepada July.

Suatu hari Reo melipat burung kertasnya yang ke 1001. Burung itu dilipat dengan kertas transparan sehingga kelihatan sangat berbeda dengan burung-burung kertas yang lain. Ketika memberikan burung kertas ini, Reo berkata kepada July: “ July, ini burung kertasku yang ke 1001. Dalam burung kertas ini aku mengharapkan adanya kejujuran dan keterbukaan antara aku dan kamu. Aku akan segera melamarmu dan kita akan segera menikah. Semoga kita dapat mencintai sampai kita menjadi kakek nenek dan sampai Tuhan memanggil kita berdua ! “

Saat mendengar Reo berkata demikian, menangislah July. Ia berkata kepada Reo : “Reo, senang sekali aku mendengar semua itu, tetapi aku sekarang telah memutuskan untuk tidak menikah denganmu karena aku butuh uang dan kekayaan seperti kata orang tuaku!” Saat mendengar itu Reo pun bak disambar geledek. Ia kemudian mulai marah kepada July. Ia mengatai July matre, orang tak berperasaan, kejam, dan sebagainya. Akhirnya Reo meninggalkan July menangis seorang diri.

Reo mulai terbakar semangatnya. Ia pun bertekad dalam dirinya bahwa ia harus sukses dan hidup berhasil. Sikap July dijadikannya cambuk untuk maju dan maju. Dalam Sebulan usaha Reo menunjukkan hasilnya. Ia diangkat menjadi kepala cabang di mana ia bekerja dan dalam setahun ia telah diangkat menjadi manajer sebuah perusahaan yang bonafide dan tak lama kemudian ia mempunyai 50% saham dari perusahaan itu. Sekarang tak seorangpun tak kenal Reo, ia adalah bintang kesuksesan.

Suatu hari Reo pun berkeliling kota dengan mobil barunya. Tiba-tiba dilihatnya sepasang suami-istri tua tengah berjalan di dalam derasnya hujan. Suami istri itu kelihatan lusuh dan tidak terawat. Reo pun penasaran dan mendekati suami istri itu dengan mobilnya dan ia mendapati bahwa suami istri itu adalah orang tua July. Reo mulai berpikir untuk memberi pelajaran kepada kedua orang itu, tetapi hati nuraninya melarangnya sangat kuat. Reo membatalkan niatnya dan ia membuntuti kemana perginya orang tua July.

Reo sangat terkejut ketika didapati orang tua July memasuki sebuah makam yang dipenuhi dengan burung kertas. Ia pun semakin terkejut ketika ia mendapati foto July dalam makam itu. Reo pun bergegas turun dari mobilnya dan berlari ke arah makam July untuk menemui orang tua July.

Orang tua July pun berkata kepada Reo :”Reo, sekarang kami jatuh miskin. Harta kami habis untuk biaya pengobatan July yang terkena kanker rahim ganas. July menitipkan sebuahsuratkepada kami untuk diberikan kepadamu jika kami bertemu denganmu.” Orang tua July menyerahkan sepucuksuratkumal kepada Reo.

Reo membaca surat itu. “Reo, maafkan aku. Aku terpaksa membohongimu. Aku terkena kanker rahim ganas yang tak mungkin disembuhkan. Aku tak mungkin mengatakan hal ini saat itu, karena jika itu aku lakukan, aku akan membuatmu jatuh dalam kehidupan sentimentil yang penuh keputusasaan yang akan membawa hidupmu pada kehancuran. Aku tahu semua tabiatmu Reo, karena itu aku lakukan ini. Aku mencintaimu
Reo................................

July “ Setelah membaca surat itu, menangislah Reo. Ia telah berprasangka terhadap July begitu kejamnya. Ia pun mulai merasakan betapa hati July teriris-iris ketika ia mencemoohnya, mengatainya matre, kejam dan tak berperasaan. Ia merasakan betapa July kesepian seorang diri dalam kesakitannya hingga maut menjemputnya, betapa July mengharapkan kehadirannya di saat-saat penuh penderitaan itu. Tetapi ia lebih
memilih untuk menganggap July sebagai orang matre tak berperasan.July telah
berkorban untuknya agar ia tidak jatuh dalam keputusasaan dan kehancuran.

Cinta bukanlah sebuah pelukan atau ciuman tetapi cinta adalah pengorbanan untuk orang yang sangat berarti bagi kita.

TIPS SOLAT SUBUH, bagi yang sudah merasa dijamin masuk surga tidak usah baca


saudaraku berikut beberapa tips menjaga sholat subuh agar tetap berjamaah di masjid:

“Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya’ dan shalat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka akan mendatangi keduanya (berjamaah di masjid) sekalipun dengan merangkak” [HR Al-Bukhari dan Muslim]

“Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang banyak berjalan dalam kegelapan (waktu Isya’ dan Subuh) menuju masjid dengan cahaya yang sangat terang pada hari kiamat” [HR. Abu Dawud, At-Tarmidzi dan Ibnu Majah]

Allah akan memberi cahaya yang sangat terang pada hari kiamat nantinya kepada mereka yang menjaga Shalat Subuh berjamaah (bagi kaum lelaki di masjid), cahaya itu ada dimana saja, dan tidak mengambilnya ketika melewati Sirath Al-Mustaqim, dan akan tetap bersama mereka sampai mereka masuk surga, Insya Allah.

“Barang siapa yang menunaikan shalat Subuh maka ia berada dalam jaminan Allah. Shalat Subuh menjadikan seluruh umat berada dalam jaminan, penjagaan, dan perlindungan Allah sepanjang hari. Barang siapa membunuh orang yang menunaikan shalat Subuh, Allah akan menuntutnya, sehingga Ia akan membenamkan mukanya ke dalam neraka” [HR Muslim, At-Tarmidzi dan Ibnu Majah]

“Shalat berjamaah (bagi kaum lelaki) lebih utama dari shalat salah seorang kamu yang sendirian, berbanding dua puluh tujuh kali lipat. Malaikat penjaga malam dan siang berkumpul pada waktu shalat Subuh”. “Kemudian naiklah para Malaikat yang menyertai kamu pada malam harinya, lalu Rabb mereka bertanya kepada mereka - padahal Dia lebih mengetahui keadaan mereka - ‘Bagaimana hamba-2Ku ketika kalian tinggalkan ?’ Mereka menjawab, ‘Kami tinggalkan mereka dalam keadaan shalat dan kami jumpai mereka dalam keadaan shalat juga’. ” [HR Al-Bukhari]

Banyak permasalahan, yang bila diurut, bersumber dari pelaksanaan shalat Subuh yang disepelekan. Banyak peristiwa petaka yang terjadi pada kaum pendurhaka terjadi di waktu Subuh, yang menandai berakhirnya dominasi jahiliyah dan munculnya cahaya tauhid.

“Sesungguhnya saat jatuhnya adzab kepada mereka ialah di waktu Subuh; bukankah Subuh itu sudah dekat?” (QS Huud:81)

Rutinitas harian dimulainya tergantung pada pelaksanaan shalat Subuh. Seluruh urusan dunia seiring dengan waktu shalat, bukan waktu shalat yang harus mengikuti urusan dunia.

Berikut ini Halangan-halangan yang membuat lalai dalam sholat subuh berjamaah di masjid:
1. Ketiduran.
2. Malas mandi wajib.
3. Udara yang dingin.
4. Rumah yang jauh dari masjid.
5. Kelelahan.
6. Tidak berani memulai sholat subuh berjamaah di masjid.

Sudah jelas, jika kita tahu halangan-halangannya maka kita sebagai umat muslim yang pandai dan dirahmati Allah harus mencari jalan keluarnya. Berikut ini tips-tips dari kami untuk bisa konsisten sholat subuh berjamaah di masjid:

1. Ikhlaskan niat karena Allah.
2. Bertekad dan introspeksilah diri Anda setiap hari.
3. Bertaubat dari dosa-dosa dan berniatlah untuk tidak mengulangi kembali.
4. Perbanyaklah membaca doa agar Allah memberi kesempatan untuk shalat Subuh.
5. Carilah kawan yang baik (shalih).
6. Latihlah untuk tidur dengan cara yang diajarkan Rasulullah saw (tidur awal; berwudhu sebelum tidur; miring ke kanan; berdoa).
7. Mengurangi makan sebelum tidur serta jauhilah teh dan kopi pada malam hari.
8. Ingat keutamaan dan hikmah Subuh; tulis dan gantunglah di atas dinding.
9. Bantulah dengan 3 buah bel pengingat(jam weker; telpon; bel pintu).
10. Ajaklah orang lain untuk shalat Subuh dan mulailah dari keluarga
11. Jangan tidur kurang dari enam jam. Anda harus bangun jam 4 pagi agar sempat sholat Tahajud, dilanjutkan subuh berjamaah di masjid. Untuk itu Anda harus tidur maksimal jam 10 malam.
12. Jika Anda harus mandi wajib, lakukanlah sebelum tidur atau jam 4 kurang.
13. Lakukan ini secara konsisten minimal 3 hari berturut-turut, kami jamin jam biologis Anda langsung mudah menyesuaikan diri dan Anda akan lebih mudah melakukannya keesokkan harinya.
14. Jangan sampai kebiasaan di atas terputus, karena sekali saja terputus, rasanya akan sulit sekali untuk memulainya lagi.
15. Camkan dalam hati Anda, semakin jauh rumah dengan masjid, semakin banyak yang diperoleh karena pahala menuju sholat berjamaah di masjid dihitung per langkah pulang-pergi!

Jika Anda telah bersiap meninggalkan shalat Subuh, hati-hatilah Anda mungkin berada dalam golongan orang-orang yang tidak disukai Allah untuk pergi shalat. Anda akan ditimpa kemalasan, turun keimanan, lemah, terus berdiam diri, dan yang paling parah, Munafik.

Duhai Akhwat Facebooker, Renungkan ini...

Duhai akhwat yang kukagumi
Yang memiliki iman di hati
Dengarlah suara hati para lelaki
Sudahi menebar simpati
Hentikan bermanja pada kami
Kami ikhwan biasa yang tidak suci
Yang ingin teguh di jalan Ilahi.

Duhai yang kukasihi para akhwat
Yang memiliki malu, hormat dan martabat
Kami adalah pria biasa yang mudah terpikat
Iman kami tak sekuat para nabi dan shahabat
Fotomu bertebaran menggoda dan mengusik syahwat
Kecantikanmu menembus hati yang taat syariat.

Duhai akhwat yang kusanjungi
Jangan hajar emosi dan jiwa kami
dengan perhatian yang murah
Jiwa ini terasa gerah
dengan pujian yang membuncah.

Duhai akhwat yang kupuja
Engkau adalah mutiara berharga
Harapan bangsa dan agama
Bukan hanya fisik yang harus dijaga
Akhlak juga harus dihiasi
dengan lembaran hidup islami

Engkau akan terlihat anggun
Bukan karena pengagummu yang berjibun
Tapi karena sikapmu yang santun
Engkau semakin mempesona
Dengan izzahmu yang terjaga
Engkau semakin cantik memikat
Karena kepribadianmu yang sesuai syari'at
Renungkanlah duhai akhwat…

PAra akhwat, hati2 dgn mereka2!

Untuk para akhwat yg sudah berjilbab rapi, semoga Allaah meneguhkah kita untuk tetap menjalankan syari'atnya, amin. Saya senang sekali setiap melihat akhwat yg teguh dgn jilbabnya, meskipun cuaca panas, keluarga menentang, etc etc.

Akhwati sekalian, tahu tidak? Walaupun kita sdh berusaha menutup aurat, ternyata masih ada golongan kaum adam yang masih dengan tega2nya membicarakan kita dengan teman2nya. Saya kaget ketika suatu hari di kampus ada teman mahasiswa yang berkomentar ttg seorang aktris yg memutuskan berjilbab, "Si X itu sdh cantik, pake jilbab, bodinya bagus lagi." Saya jadi teringat ketika SMA pernah ada teman laki2 yg berkomentar ttg seorang teman sekelas saya yg berjilbab, "Aku tahu pasti si Y rambutnya pendek"
Deg! saya kaget! ternyata masih juga mereka suka menebak2! Dasar aneh!

Ukhti fillah, ternyata ada hal2 yg terkadang luput dari perhatian kita dalam berpenampilan, ini kira2 hal yg bs saya list:
1. tolong hati2 ketika memakai tas, baik ransel maupun selempang. lebih aman dipakai di dalam jilbab.
2. perhatikan ketika mengikat rambut.Jangan sampai orang2 bisa menebak "Pasti mbaknya rambutnya panjang sampai2 bisa dikonde! pasti rambutnya diekor kuda" sepengetahuan saya, lebih aman dikepang, selain ga ketara bentuknya, juga lebih sejuk & rapi daripada diikat biasa.
3. jangan pakai jaket di luar jilbab. rawan banget membentuk bahu, lengan, pinggang, etc. kan sayang, jilbabnya sudah lebar tapi ditutup jaket?
4. Kalau naik motor, hati2 dgn angin, kalau bisa pakai tas ranselnya di depan sj, (yah tau sendiri lah kenapa)
5. Pakai dobelan celana longgar atau kulot, terutama jika naik motor. bahaya banget kl cm pakai kaos kaki panjang, bentuk betis jd terlihat.
6... hmmm... ada yg mau menambah?

ingat, jangan biarkan mereka2 menebak2! Selain mata, otak adalah organ kaum adam yg perlu diwaspadai, kita tidak pernah tahu apa yg ada di pikiran mereka.

"Koq ribet amat? ga boleh gini, ga boleh gt, males ah"

ukhti, membeli apartemen di Residence ***** tidak sama dg membeli kacang. Orang yg mampu membeli apartmen mewah tentu saja bukan orang sembarangan, hanya orang benar2 kaya yg mampu membelinya, apalagi surga Firdaus?

HAti2 ukh! TEntu saja kita tak mau menjadi objek pembicaraan yg tidak baik di kalangan kaum adam bukan?

Senin, 26 April 2010

Muslimah Hebat Dambaan Umat

Menjadi perempuan adalah anugrah. Menjadi perempuan yang beriman dan berislam, itu jauh lebih indah lagi. Mau tahu kenapa? Karena menjadi perempuan muslimah itu merupakan sebuah berkah yang tidak dialami oleh semua perempuan di dunia. Dan berkah ini akan menjadi lebih sempurna ketika sebagai muslimah, kita menyadari akan keistimewaan ini. Kenapa bisa begitu? Karena ternyata di luar sana, banyak banget mereka yang mengaku dirinya muslimah namun masih bingung dengan jati dirinya sendiri. Mereka akhirnya berusaha mencari jawaban kebingungan itu dengan mengambil jalan lain yang nggak ada benernya sama sekali.

Jalan lain ini seringnya sok menjadi pahlawan kesiangan bagi perempuan sehingga seakan-akan perempuan sendiri merasa diistimewakan. Salah satunya adalah ide feminisme yang (katanya) memperjuangkan kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan. Tapi muslimah cerdas nggak bakal dong terjebak dengan ide yang jelas-jelas bertentangan dengan Islam ini. Sebab, bukannya menjadi mulia, feminisme justru membawa perempuan kepada keterpurukan yang makin parah dalam semua sendi kehidupan (tema ini akan dibahas khusus di edisi berikutnya, insya Allah).

Trus, gimana dong supaya kamu, semua bisa menjadi perempuan mulia dan hebat dunia-akhirat? Pasti dong ada langkah-langkah jitu untuk mencapainya. Ikuti terus yuk bahasannya.

Muslimah itu harus cerdas
Poin ini selalu saya tujukan bagi perempuan siapa pun dia adanya dan di mana pun dia berada. Why? Karena perempuan cerdas itu indah. Ia nggak mudah dibohongi oleh apa pun atau siapa pun, baik oknum itu berupa sosok bernama laki-laki ataupun sosok bernama ideologi. Laki-laki di sini yang dimaksud adalah laki-laki yang nggak beriman dong. Karena kalo yang beriman, otomatis ia pasti memuliakan perempuan. Sedangkan sosok bernama ideologi utamanya kapitalisme dan sosialisme, akan mudah mempecundangi perempuan nggak cerdas dengan banyak cara. Eksploitasi perempuan adalah salah satunya.

Perempuan cerdas nggak akan mudah terpesona dengan bujuk rayu nggak bermutu ini. Ia memahami bahwa kecerdasan perempuan itu bukan hanya aksesori semu di atas panggung semata. Perempuan cerdas itu terwujud dalam karya nyata. Ia berprestasi dalam bidang yang memang benar-benar memaksimalkan peran otak dan akal, bukan sekadar akal-akalan saja. Memang ada? Banyak malah. Tuh lihat aja kontes puteri atau miss apalah itu namanya, menjadikan otak alias brain sebagai pajangan asal pantas. Soalnya tanpa kriteria brain, si panitia takut kalo masyarakat akan menganggap lomba-lomba semacam itu hanya bisa mengandalkan tubuh seksi perempuan semata. Padahal mah kenyataannya iya banget. Naif banget kalo kamu masih percaya kecerdasan turut diperhitungkan dalam kontes semacam ini. Sumpeh deh lo!

Perempuan cerdas itu langsung terasa efeknya ke masyarakat. Selain mengukir prestasi dalam bentuk kemampuan akademis yang oke, kecerdasan pun bisa juga diraih dalam bentuk lain. Salah satunya adalah kecerdasan dalam menyikapi fakta yang tersaji di depan mata lalu berusaha menicarikan solusi cerdas atas semua masalah yang ada. Misalnya dalam menyikapi harga BBM yang semakin mahal. Perempuan cerdas langsung memahami bahwa itu semua terjadi gara-gara diterapkan sistem Kapitalisme yang jadi kiblat pemerintah saat ini. Negara menjadi macan ompong yang nggak mampu menjamin kesejahteraan rakyatnya. Negara cuma berperan sebagai pedagang untuk mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya dengan dalih pengurangan subsidi.

Sayangnya, sekolah yang ada saat ini sangat tidak mencerdaskan muridnya terutama kaum perempuan. Diperparah dengan liberalisasi pendidikan alias pemerintah sudah nggak mau bertanggung jawab terhadap pendidikan rakyatnya, jadilah sekolah-sekolah itu disulap menjadi barang mewah yang mahal dan tak terjangkau. Klop banget untuk menjadikan perempuan jauh dari kecerdasan.

Tapi sebenarnya yang namanya kecerdasan, bisa ditempuh dan diasah dalam ranah kehidupan yang lain. Sekolah kehidupan internasional adalah solusinya. Apa itu? Yaitu sebuah sekolah yang menjadikan kurikulum universal sebagai materi pelajarannya, dengan standar Islam sebagai patokan. Laboratoriumnya juga canggih karena langsung terjun ke masyarakat tanpa harus nunggu program KKN yang biasa ada di perguruan tinggi. Muslimah jenis ini, sudahlah cerdas otaknya, cerdas pula empatinya. Top banget dah.

Berakhlak mulia juga harus dong!
Non, selain cerdas, perempuan itu kudu berakhlak islami. Percuma aja punya kecerdasan kalo ternyata nggak bermoral dan akhlaknya rusak. Banyak banget tuh kejadian ayam kampus atau ayam abu-abu (sebutan untuk pelacur yang masih kuliah atau SMA) yang berotak brilian namun jangan ditanya soal akhlak. Mereka obral diri hanya demi gepokan rupiah. Tentu bukan seperti ini gambaran perempuan mulia dan hebat itu.

Akhlak bisa ada pada diri perempuan bila ia beriman. Karena sesungguhnya standar akhlak sendiri adalah bagian dari syariat Islam dalam rangka menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Dan hal ini berkaitan banget dengan akidah yang dianut seseorang. Misal nih, kamu mempunyai akhlak dengan sifat jujur. Bukan semata-mata karena jujur itu baik, tapi seharusnya kamu sadar bahwa jujur itu baik karena Allah bilang jujur itu baik. Dan kalau Allah bilang itu baik maka itu artinya perbuatan itu akan memperolah nilai dan pahala di hadapanNya.

Pada satu momen, ketika Allah bilang jujur nggak baik ya kita harus nurut bahwa jujur itu nggak baik. Ada tiga kondisi dalam Islam yang memperbolehkan seseorang untuk berlaku tidak jujur. Pertama adalah dalam hubungan suami istri untuk membahagiakan pasangan, kedua adalah dalam peperangan, dan ketiga adalah ketika mendamaikan dua orang yang bermusuhan. Jadi, dalam kejujuran pun standar yang kita pake jelas banget yaitu Islam saja. Hal ini berlaku juga untuk bentuk-bentuk akhlak lainnya semisal ramah, baik hati, tidak sombong, suka menabung, patuh pada orang tua dll (hihi, kayak dasadarma pramuka yah).

Kecantikan diri patut dijaga
Kecantikan adalah sebuah hal yang secara alami ada pada diri tiap perempuan. Yakinlah, tak ada istilah perempuan berparas buruk. Bila ada yang mempunyai pendapat seperti ini, sungguh pada saat yang sama ia telah menghina Allah Ta’ala yang menciptakan paras tersebut. Cantik atau jelek kan cuma masalah selera. Yang dianggap paras kurang cantik bagi orang Asia, eh….ternyata digandrungi sama orang bule di daratan Eropa sana. Eksotis, katanya…ciee.

Terlepas dari itu semua, kecantikan yang ada pada diri perempuan kudu dijaga sebagai bentuk amanah kita pada Sang Pencipta. Menjaga kecantikan nggak harus ke salon tiap hari. Merawat kecantikan nggak harus juga luluran merata ke seluruh tubuh biar kinclong, mandi berjam-jam karena harus memakai berbagai macam krim untuk tubuh, menikur en pedikur atau apa pun namanya yang jelas-jelas itu semua hanya menghamburkan uang dan waktu.

Jangan sampai karena pedulinya kamu sama kecantikan sehingga membuat sebagian besar waktu dan uangmu habis untuk hal ini saja. Merawat kecantikan yang ideal itu sebetulnya adalah ketika tubuh kita bisa beraktivitas secara maksimal karena sehat. Percuma juga tubuh cantik bagai porselen kalo ternyata malas beraktivitas dengan dalih takut bedak luntur, misalnya. Percuma juga langsing kayak tiang listrik kalo penyakitan karena diet yang ketat.

Intinya, mempertahankan kecantikan diri cukup dengan standar Islam saja yang sangat menyukai kebersihan. Mandi minimal dua kali sehari, sikat gigi teratur, jaga kebersihan rambut dan anggota tubuh yang lain juga.

Last but not least, kecantikan itu bagaimana pun bentuknya, standarnya kudu Islam saja. Percuma juga cantik kalo ternyata nggak menutup aurat. Percuma juga kulit mulus kalo ternyata nggak pernah sholat. Ih….naudzhubillah. Karena ternyata kecantikan hakiki itu adalah gabungan dari kecerdasan otak dan akhlak yang nantinya memancar pada sikap dan perilaku seseorang sebagai bukti ketaatan pada hukum syara’ yang telah ditetapkan aturannya oleh Allah Swt.

Adakah sosok idaman itu?
Hmm…pertanyaan yang nggak mudah untuk dijawab. Kalo kamu mau angkat tangan, kesannya kok narsis banget (hehehe..). Biar adil, saya akan menunjuk seseorang lain yang memenuhi kriteria di atas itu. Seorang perempuan, yang pasti muslimah dong, cerdas, berakhlak bagus dan cantik. Ia kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia, jurusannya pun terkenal sangat sulit ditembus oleh orang yang berotak pas-pasan.

Sampai di sini, jelas banget kalo muslimah ini punya otak dan kecerdasan di atas rata-rata. Tidak itu saja, pemahaman keislamannya pun top banget. Kalo saya mengatakan paham, itu beda dengan ‘tahu’. Artinya, ia mengamalkan Islam dengan maksimal. Ia ramah dan supel, baik hati, tidak sombong, suka menabung dan patuh pada orang tua. Hapalan al-Qurannya top, kemampuan bahasa Arab dan bahasa Inggrisnya juga oke.

Dari segi kecantikan, subhanallah. Ia dikaruniai Allah fisik yang sempurna. Nggak ada orang yang bilang ia jelek. Saya aja sesama cewek, juga ikut tersepona dengan kecantikanya yang inner dan outer itu. Apa inti dari ‘sharing’ saya ini? Maksudnya ingin saya tunjukkan bahwa sosok muslimah ideal dan idaman umat itu ada. Hanya saja ia ada dalam jumlah dan stok yang terbatas. Why?

Setangkai bunga yang indah akan tumbuh dengan sempurna bila tanah dan iklimnya bagus serta sesuai. Begitu juga dengan muslimah idaman umat. Sosok-sosok ini akan tumbuh bila iklim alias lingkungan yang ada mendukungnya untuk berkembang dengan sempurna. Tapi apa fakta yang ada? Sistem yang diberlakukan kepada kita saat ini sungguh iklim rusak yang penuh noda. Sekulerisme yang diterapkan saat ini meniadakan peran agama dalam kehidupan. Kapitalisme yang mendewakan materi sebagai sumber kebahagiaan hidup pun juga dipuja-puja.

Lihat tuh, para perempuan cantik yang seksi mengumbar aurat di tempat umum, teryata sholatnya rajin juga. Bahkan saya sempat terkecoh dengan salah satu teman yang ketika berangkat ke kampus berkerudung rapat padahal hari-hari biasanya nggak. Saya pun mengucapkan selamat padanya. Bukankah kebaikan itu harus disyukuri dan diucapkan selamat padanya agar berkesinambungan? Ternyata ia mengatakan bahwa berkerudungnya itu karena ia habis menghadiri rapat sebuah perkumpulan mahasiswa muslim. Ia menyebutnya fleksibel karena itu artinya ia bisa berada di mana-mana. Rapat tentang Islam oke yang itu artinya ia berbaju muslimah. Dugem pun ayo aja yang itu artinya pake baju buka-bukaan. Waduh, jadinya baju muslimah itu dipakai hanya sekedar dress code aja yah? Capee deh.. ngikutin jalan pikiran kayak elo!

Dari kedua sosok di atas, sudah bisa dipastikan bahwa contoh kedua-lah yang paling banyak ditemui di sekeliling kita. Islam tidak lagi diakui sebagai the way of life. Namun Islam hanya sebagai mode dan gaya yang kebetulan lagi tren. Apalagi diperparah dengan ide demokrasi yang sangat mengagungkan kebebasan berekspresi termasuk dalam hal pakaian, jadilah baju muslimah dianggap sebagai salah satu pilihan yang bisa dipilih suka-suka. Kalo suka ya dipake, kalo nggak ya dilipat aja dalam lemari. Waduh!

Nggak bisa dibayangkan wajah bangsa ini ke depan, bila perempuannya plin-plan kayak gini. Tapi sangat bisa diprediksi sehebat apakah suatu kaum apabila perempuannya sekaliber contoh pertama di atas. Dan itu telah dibuktikan oleh Islam yang gilang-gemilang selama 13 abad dengan kualitas perempuan yang mulia dan hebat. Kalo sudah ada bukti cemerlangnya peradaban dalam naungan Islam, so buat apa kita butuh peradaban lain semacam demokrasi dan Kapitalisme? Jadi, tak ada pilihan lain untuk menciptakan generasi muslimah hebat dambaan umat kecuali kita campakkan bersama-sama semua ide yang rusak dan merusakkan. Setuju? Akur dong!

Jumat, 23 April 2010

Metamorfosis Wanita


Dari Ulat bisa menjadi Kupu-kupu

Seringkali kita mendengarkan tentang kisah-kisah srikandi Islam yang gagah berani seperti Siti Fatimah, Khadijah r.a., Khaulah Al-Azwar, Nusaibah serta ramai lagi muslimah-muslimah tauladan. Ramai yang mengatakan bahwa tidak mungkin kita akan mencapai tahap srikandi-srikandi mulia tersebut. Namun sadarkah kita, penilaian terhadap perjuangan seseorang itu hanyalah Allah s.w.t. yang berhak menentukan.

Keikhlasan dan kesediaan kita untuk menyerahkan diri sepenuhnya pada jalan perjuangan Islam ini adalah modal utama untuk menjadi mujahidah sejati. Namun syarat yang paling utama ialah keutuhan aqidah yang akan mendorong kita untuk tegar dalam menegakkan agama Allah s.w.t.

Ingatlah, dahulu kaum wanita menjadi bahan hinaan kaum-kaum jahiliyah bahkan dianggap lebih hina dari binatang. Namun, cahaya Islam merubah segalanya. Kaum wanita diangkat martabatnya dan diberi hak yang sewajarnya. Islam memuliakan wanita sehingga terdapat surah An-Nisa’ yang bermakna ‘wanita-wanita’ yang banyak menyentuh tentang hal tentang wanita. Di sini, saya ingin menyentuh beberapa sikap muslimah sebagai pejuang agama secara ringkas.

1. Berjuang Sebagai Puteri



Jika berbicara masalah ini, pasti kita tidak lari dari memikirkan tentang puteri-puteri Rasulullah seperti Zainab, Ruqaiyyah, Ummu Kaltsum dan Fatimah. Namun, sejarah lebih ‘mengutamakan’ Fatimah dari segi seorang anak kerana dekatnya beliau dengan Rasulullah. Fatimah lah yang membersihkan punggung Rasulullah apabila diletakkan najis oleh kaum musyrikin bahkan beliaulah yang memangku baginda Rasul di saat menjelang kewafatan baginda. Bagaimana pula dengan kita?Umumnya kewajiban anak itu membantu kedua orangtuanya serta berusaha tidak membebankan mereka.

Jika sahabat-sahabat memiliki orang tua yang beriltizam sepenuhnya dengan perjuangan Islam, maka hendaklah memahami mereka terutama pada saat-saat kesulitan seperti kesulitan waktu atau harta. Bahkan, perlu bersiap-sedia menghadapi kemungkinan yang lebih dari itu kerana jalan perjuangan itu penuh halangan dan rintangan.
Bagi mereka yang memiliki orang tua yang menentang, hendaklah berusaha memberikan pengertian kepada mereka tentang Islam secara berangsur-angsur. Berusaha menjadi anak yang soleh dan tidak menyakitkan hati mereka walaupun pemikiran dan pemahaman kita bertentangan dan tidak sejalan.

Ingatlah duhai sahabat, sehebat apapun seorang anak itu, Ridho orang tualah yang akan memandu kita kepada Ridho Illahi.

2. Berjuang Sebagai Isteri


Walaupun diantara kita ada yang belum menikah namun kita dapat mengambil pelajaran.
Pertama amatlah dituntut kepada para mujahidah memilih para mujahid yang beriltizam dengan perjuangan Islam. Walaupun kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, namun ciri-ciri itu sudah dapat dilihat di usia seorang pemuda. Perkara ini sangat penting untuk melahirkan baitul muslim yang kelak akan melahirkan masyarakat muslim untuk mengakkan Islam di bumi ini.

Hendaklah kalian menjadi sayap kiri perjuangan suami dan memahami bahwa perjuangan ini menuntut pengorbanan dan pastinya tidak dimanjai dengan harta dunia. Bersiap-sedialah untuk meletakkan Islam sebagai kepentingan dan agenda utama hidup suami kalian bahkan hidup diri kalian sendiri. Ingatlah akan pengorbanan Ummu Khadijah dalam membantu perjuangan Rasulullah dan menjadi teman setia dalam suka dan duka baginda sehingga tiada gantinya lagi.

3. Berjuang Sebagai Ibu

Ini merupakan ‘stage’ terpenting kerana diibaratkan tangan ibu itu bisa menggoncang dunia. Dari rahim yang lembut itu, lahir Rasulullah s.a.w. yang tercinta. Dari rahim yang lembut itu lahir pejuang-pejuang Islam seperti Muhammad Al-Fateh, Salahuddin Al-Ayyubi dan Imam Hasan Al-Banna. Juga dari rahim yang lembut tetapi utuh itu lahir para ulama’ dan tokoh-tokoh agama yang ulung seperti Imam Malik, Imam As-Syafe’i dan Imam Bukhari.

Jika menyusur sirah para nabi, kebanyakannya ibu mereka adalah terdiri daripada wanita yang solehah seperti Maryam ibu Nabi Isa, Ibu Nabi Musa, Siti Hajar ibu nabi Ismail dan ibu nabi Sulaiman. Begitu juga dengan ibu para ulama’ seperti ibu Imam Bukhari yang tidak jemu-jemu mendoakan dan menjaga anaknya yang buta sehingga menjadi celik semula seterusnya menjadi ulama’ Hadith yang ulung.

Maka di sini, dapat diambil contoh tauladan oleh para mujahidah dalam melahirkan dan mendidik generasi yang akan menjadi pewaris ulama’ dan jundullah. Sebagai ibu, hendaklah berusaha membentuk anak-anak menjadi generasi al-Quran serta menjadikan sunnah Rasul ikutan hidup mereka.

4.Berjuang Sebagai Ahli Perjuangan Islam

elakangan ini, para muslimah telah diberi peranan penting dalam perjuangan Islam.

Muslimin dan muslimah bekerja bersama-sama saling bantu membantu dalam batas syara’ untuk gerak kerja Islam. Bahkan, terdapat kumpulan yang mayoritas adalah muslimah dan yang menggiatkannya adalah kaum hawa ini.

Muslimah pada zaman Rasulullah turut turun ke medan perang untuk membantu para muslimin dari belakang seperti mengobati para tentera yang cedera. Malah terdapat para muslimah yang juga turut masuk ke medan tempur seperti Nusaibah dan Khaulah Al-Azwar.

Bahkan, dengan keterlibatan muslimah dalam gerak kerja Islam dapat menangkis tuduhan-tuduhan yang mengatakan Islam itu mengongkong kaum wanita. Ia juga dapat membuka mata-mata mereka dengan kehebatan wanita muslim dalam perjuangan Islam.

Ingatlah sahabat-sahabat sekalian, bukanlah mudah untuk menjadi mujahidah sejati. Berbagai ujian, halangan, dani rintangan perlu kita lalui untuk bergelar mujahidah yang di sisi Allah. Jika Barat bangga dengan Joan of Ark, kita patut lebih berbangga lagi dengan mujahidah-mujahidah Islam seperti Sumaiyah dan Zainab Al-Ghazali.

Kepada yang masih single, jangan risau akan jodohmu karana mujahid yang sejati itu bukanlah tertarik pada rupa tetapi pada perjuanganmu fisabilillah. Rupa paras bukanlah ukuran nilai pada seorang muslimah tetapi iman dan keutuhan jiwa yang berada pada dirinya. Pernah terjadi di Iran di mana wanita-wanita Iran memilih kaum-kaum lelaki yang cedera dalam pertempuran sebagai suami. Malah kaum lelaki terdiri daripada orang-orang yang terpotong kaki dan tangannya akibat perang melawan musuh Allah. Kaum wanita itu mengiginkan lelaki yang bersih jiwanya dan telah teruji bahwa lelaki itu telah siap menyerahkan jiwa raganya untuk Allah yang mereka cintai.

Semoga kita semua termasuk dalam golongan yang diiktiraf Allah sebagai pejuang agamaNya. Amiin

5 pengokoh dan penenang batin


AKU HARUS SIAP MENGHADAPI HIDUP INI , APAPUN YANG TERJADI
- Hidup di dunia ini hanya satu kali , aku tak boleh gagal dan sia – sia tanpa guna .
- Tugasku adalah menyempurnakan niat dan ikhtiar , perkara apapun yang terjadi kuserahkan kepada Alloh Yang Maha Tahu yang terbaik bagiku .
- Aku harus selalu sadar sepenuhnya bahwa yang terbaik bagiku menurutku belum tentu yang terbaik menurut Alloh SWT . Bahkan sangat mungkin aku terkecoh oleh keinginan dan harapanku sendiri.
- Pengetahuanku tentang diriku atau tentang apapun amat terbatas sedangkan pengetahuan Alloh menyelimuti segalanya , Dia tahu awal, akhir dan segala – galanya .
- Sekali lagi betapapun aku sangat menginginkan sesuatu , tetap hatiku harus kupersiapkan untuk menghadapi kenyataan yang tak sesuai dengan harapanku . Karena mungkin itulah yang terbaik bagiku .

AKU HARUS RELA DENGAN KENYATAAN YANG TERJADI

- Bila sesuatu terjadi , ya … inilah kenyataan dan episode hidup yang harus kujalani .
- Aku harus menikmatinya , dan aku tak boleh larut dalam kekecewaan berlama – lama , kecewa , dongkol , sakit hati tak akan merobah apapun selain menyengsarakan diriku sendiri , dongkol begini , tak dongkol juga tetap begini .
- Hatiku harus realistis menerima kenyataan yang ada , namun tubuh serta pikiranku harus tetap bekerja keras mengatasi dan menyelesaikan masalah ini .
- Bila nasi telah menjadi bubur , maka aku harus mencari ayam , cakweh , kacang polong , kecap , sledri , bawang goreng dan sambal agar bubur ayam spesial tetap dapat kunikmati .

AKU TAK BOLEH MEMPERSULIT DIRI
- Aku harus yakin bahwa hidup ini bagai siang dan malam pasti silih berganti . Tak mungkin siang terus – menerus dan tak mungkin malam terus – menerus , pasti setiap kesenangan ada ujungnya begitupun masalah yang menimpaku pasti ada akhirnya , aku harus sangat sabar menghadapinya .
- Akupun harus yakin bahwa setiap musibah terjadi dengan ijin Alloh Yang Maha Adil , pasti sudah diukur dengan sangat cermat oleh-Nya tak mungkin melampaui batas kemampuanku , karena Dia tak pernah mendzolimi hamba – hamba-Nya .
- Aku tak boleh mendzolimi diriku sendiri , dengan pikiran buruk yang mempersulit dan menyengsarakan diri , pikiranku harus tetap jernih , terkendali , tenang dan proporsional , aku tak boleh terjebak mendramatisir masalah .
- Aku harus berani menghadapi persoalan demi persoalan , tak boleh lari dari kenyataan , karena lari sama sekali tak menyelesaikan bahkan sebaliknya hanya akan menambah masalah . Semua harus dengan tegar kuhadapi dengan baik , aku tak boleh menyerah , aku tak boleh kalah .
- Mesti segala sesuatu akan ada akhirnya , begitupun persoalan yang kuhadapi seberat apapun seperti yang dijanjikan Alloh “Fainnama’al usri yusron inna ma’al ‘usri yusron” dan sesungguhnya bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan , bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan . Janji yang tak pernah mungkin dipungkiri Alloh SWT .

EVALUASI DIRI
- Segala yang terjadi mutlak adalah ijin Alloh SWT , dan Alloh tak mungkin berbuat sesuatu yang sia – sia .
- Pasti ada hikmah dibalik setiap kejadian , sepahit apapun pasti ada kebaikan yang terkandung didalamnya , bila disikapi dengan sabar dan benar .
- Harus kurenungkan mengapa Alloh menakdirkan semua ini menimpaku , bisa jadi peringatan atas dosa – dosa kita , kelalaianku atau mungkin , saat kenaikan kedudukanku di sisi Alloh .
- Mungkin aku harus berfikir keras untuk menemukan kesalahan yang harus kuperbaiki .
- Setiap kejadian bagai cermin pribadiku , aku tak boleh gentar dengan kekurangan dan kesalahan yang telah terjadi , yang penting kini aku mengetahui diriku yang sebenarnya dan aku bertekad sekuat tenaga untuk memperbaikinya , Alloh Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat .

ALLOH-LAH SATU – SATUNYA PENOLONG KU
- Aku harus yakin kalaupun bergabung seluruh manusia dan jin untuk menolongku tak mungkin terjadi apapun tanpa ijin-Nya .
- Hatiku harus bulat total dan yakin seyakin – yakinnya , bahwa hanya Alloh-lah satu – satunya yang dapat menolong memberi jalan keluar terbaik dari setiap urusan .
- Tidak ada yang mustahil bagi-Nya , karena segala – galanya adalah milik-Nya dan sepenuhnya dalam kekuasaan-Nya .
- Tak ada yang dapat menghalangi jikalau Dia akan menolong hamba-hamba-Nya , - Dia-lah yang mengatur segala sebab datangnya pertolongan-Nya .
Oleh karena itu aku harus benar – benar berjuang , berikhtiar untuk mendekati-Nya dengan mengamalkan apapun yang disukai-Nya dan melepaskan hati ini dari ketergantungan selain-Nya , karena selain Dia hanyalah sekedar makhluk yang tak berdaya tanpa kekuatan dari-Nya .
- Ingatlah selalu janji-Nya “Barangsiapa yang bertaqwa kepada-Ku , niscaya Ku beri jalan keluar dari setiap urusannya dan Kuberi rizki / pertolongan dari tempat yang tak terduga , dan barangsiapa yang bertawakal kepada-Ku , niscaya akan kucukupi segala kebutuhannya.” (At-Thalaq:2-3)

Kepada yang tersayang


Kepada Yang Tersayang


Kepada Yang Tersayang Semua Muslimah di Seluruh Bagian Jagad Raya
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ukhti tersayang,
Surat ini khusus buatmu saja.
Sebuah ungkapan hati yang selama ini kupendam jauh didalam lubuk hati.

Ukhti,
Tahukah engkau,
Ada rasa hormat di diri ini, bahkan untuk sekedar menatap wajahmu. Rasanya tak pantas untuk kulakukan itu, karena cahaya Ilahi yang memancar itu terlalu kuat untuk dapat kupandang. Takut hati ini akan getaran yang menyiksa .......

Ukhti sayang,
Sejujurnya ....
Ada semangat yang kau alirkan dalam hari-hariku lewat akhlaqmu yang terkadang menyindir kelemahan dan keluh kesahku. Semangatmu terkadang jauh diatas apa yang bisa dilakukan oleh diri ini.

Ukhti,
Bergetar hati ini,
Setiap namamu disebutkan, atau terpampang dalam sebuah susunan kegiatan amal sholih. Seolah tak habis waktumu untuk korbankan sesuatu bagi kemaslahatan ummat dan kaummu.

Bangga itu menggelegak,
Ketika dengan lancar kau lafadzkan ayat-ayat suci. Ketika namamu menjadi referensi ilmu teman-teman sejawatmu.

Ukhti sholihat,
Kusering membayangkan,
Sambil tersenyum ....
Beberapa bocah kecil berlari riang di sekelilingmu. Bercanda bergelayutan di kerudung panjangmu.

Tiba-tiba seorang diantara mereka terjatuh, wajahnya meringis memegang lututnya. Tangisnya hampir meledak, ketika dengan cepat tanganmu membelai rambutnya yang tertutup jilbab merah muda berenda hasil tanganmu. Sang anak lupa sakitnya, langsung meloncat riang dalam dekapanmu, diiringi teriakan cemburu kakak-kakaknya. Secarik senyuman sekejap menghiasi wajahmu.

Ukhti pujaan,...
Kusering mendamba,
Bercerita tentang lelah diri ini berjuang dalam kalimatNya.

Dengan seksama kau dengar, sambil merapikan beberapa baju taqwa hadiah dari santri-santri binaanmu untukku.
Usaiku bercerita, kau tatap diriku. Lirih tapi pasti kau utarakan janji Allah kepada tentara-tentaranya. Lembut, kau marahi keluh kesah diri ini.
Semangat itu kembali hadir. Lemah itu telah kau buang entah kemana.
Yang tinggal hanyalah aliran harapan untuk bertemu lagi nanti dalam keabadian janji Allah.

Ukhti sayang,
Izinkan diri ini untuk tetap berdo’a pada Pemilikmu.
Izinkan diri ini untuk tetap meminta pada Perancangmu.

Robbana Hablana min Azwajina wa Dzuriyatina Qurrata ‘aiyun waj-alna lil Muttaqiina Imama.

Amin Ya Robbil ‘Alamin.

Ukhti,
Surat ini kutulis untukmu,
Dan hanya untukMu ...

Lelaki Ahli Surga


Khusyu’ dalam Sholatnya
Menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna
Menjaga Farajnya (Kemaluan), Kecuali pada istrinya
Ahli Shaum dan selalu menunaikan zakat
Senantiasa menundukkan pandangannya
Bersih Aqidahnya dan Sehat Rohaninya
Benar dalam Ibadah
Jiwanya senantiasa bersungguh-sungguh
Mampu berusaha mencari nafkah
Bermanfaat bagi orang lain
Senantiasa siap menolong
Selalu yakin dalam tindakannya
Berpikir positif dan selalu membangun
Rendah Hati
Selalu Menghindari perkara-perkara yang samar-samar (Syubhat)
Pemaaf dan lapang dada
Bersikap keras dan tegas terhadap kekafiran
Efisien dalam memanfaatkan waktu
Istiqomah dalam Kebenaran

KERIDHAAN ORANGTUA



Orangtua menurut ajaran islam, adalah manusia-manusia pertama yang harus diakrabi dan dimuliakan oleh seorang muslim. Sebab dengan perantaraan merekalah Allah menghadirkan manusia ke muka bumi. Oleh karena itu, di dalam semua kitab suci, perintah berbakti kepada orangtua tidak pernah berbeda dalam satu kesimpulan : mengabdi kepada mereka adalah mulia, durhaka kepada mereka adalah hina.

Begitu pula Al-Qur'an. Orangtua seolah ditempatkan kedudukannya setingkat di bawah Tuhan. Sebagaimana sabda Nabi SAW : "Keridhaan Allah terdapat dalam keridhaan orangtua dan kemurkaan Allah berada dalam kemarahan orangtua."

Sehingga dalam Al-Quran ada tiga pasangan perintah yang tidak pernah terpisah di dalam ayat yang memuatnya. Yakni di samping perintah beriman selalu berdampingan dengan beramal salih, perintah mendirikan shalat berjejeran dengan perintah membayarkan zakat, juga perintah berbakti kepada Allah senantiasa disertai perintah mengabdi kepada orangtua.

Bahkan oleh Al-Quran banyak digambarkan bagaimana seharusnya sikap anak menghadapi orangtuanya berhubung sangat beratnya kesulitan yang dialami pada waktu mengandung, melahirkan, menyusui, membesarkan hingga mendidik dan mendewasakan.

Dalam surat Luqman ayat 14 dikatakan:

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu."

Tatkala Nabi SAW, sedang berkumpul dengan para sahabat, datanglah seseorang memanggil beliau untuk menjenguk sahabat Abdullah bin Salam yang sedang sakit payah dan nampaknya hampir sampai ajalnya.

Bersama dengan para sahabat, Nabi lalu datang kepada Abdullah. Di rumahnya Abdullah sudah mulai tercekik-cekik menjelang tarikan nafas yang penghabisan. Nabi mengajarinya dengan mengucapkan kalimah syahadat. Namun hingga tiga kali, Abdullah seperti mendadak bisu.

Nabi lantas bersabda kepda Bilal, "Sahabatku, tanyakan kepada istri Abdullah, apa yang dilakukannya dalam waktu sehatnya, dan apa saja usahanya."

Kepada Bilal istri Abdullah menjawab, "Sepanjang dia menikahi saya, tidak pernah saya lihat sehari pun ia tidak bersedekah dengan apa yang ia punya. Hanya saja ibunya tidak ridha kepadanya."

Maka Nabi segera memerintahkan Bilal untuk mendatangi ibu Abdullah bin Salam di kampungnya.

Berkatalah Bilal, "Ibu, maukah ibu mengabulkan permintaan Rasulullah?"

"Apakah permintaan beliau?" tanya perempuan tua itu.

"Supaya ibu berbaik-baik dengan anak ibu, Abdullah. Sebab ia sedang berada pada sakaratul maut."

"Oh, tidak. Demi hak Rasullah atas diriku, tak kuhalalkan kesalahan Abdullah kepadaku. Di dunia maupun di akhirat. Lantaran dia telah menyakiti aku, sakit sekali."

dengan sedih Bilal melaporkan hal itu kepada Nabi SAW. Beliau pun segera menyuruh Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib untuk mengulangi permintaannya.

"Ibu diundang untuk bertemu Rasullah," Ujar mereka sudah bertemu muka dengan ibu Abdullah di kampung.

"Ada urusan apa?" tanya perempuan tersebut keheranan.
"Soal itu boleh ditanyakan langsung kepada beliau."
Maka setelah berhadap-hadapan, Rasullah berkata:

"Wahai ibu. Perhatikanlah anak ibu, betapa beratnya ia tersiksa saat ini."

Sesudah memandangi anaknya sejenak, wanita tua itu berkata:

"Hai, anakku. Atas nama hakku yang kau rampas. Tak kuhalalkan kesalahanmu di dunia maupun di akhirat."

Nabi terkejut:

"Hai ibu. Takutlah kepada Allah Azza wa jalla. Dan halalkanlah kesalahannya."

Ibu tersebut menjawab, "Apakah sehubungan dengan hakmu sebagai Rasul atas diriku sehingga aku harus mengikhlaskan dosanya, padahal ia menyakiti aku, bahkan mengusirku dari rumahnya demi kepentingan istrinya?"

Rasulullah menjawab:

"Tidak. Kebalikkannya. Bahkan merupakan hakmu atas diriku jika ibu berkenan mengampuni dosanya."

Tersadar oleh dalamnya makna yang terkandung dalamucapan Rasulullah itu, perempuan tersebut menggumam:

"Saksikanlah, hai Rasulullah. Oleh engkau dan oleh orang-orang bersamamu. Bahwa aku mengampuni kesalahan Abdullah saat ini juga."

Nabi pun dengan gembira menyambut jawaban ini, lantas bersabda kepada Abdullah yang bibirnya kian terkatup rapat tadinya.

"Ucapkan : Aku bersaksi bahwa Tidak ada Tuhan selain Allah."
Serentak talkin tersebut disahuti Abdullah dengan mengucapkan syahadat keras-keras sebelum ia kemudian menutup mata buat tidak dibuka lagi selama-lamanya.

Dalam suratAl-Isra ayat 23 Allah menegaskan:

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia."

Malahan, terhadap orangtua yang masih kafir pun seorang muslim tidak dibenarkan bersikap kasar, dan justru harus memuliakan mereka di dalam pergaulan dunia. Meskipun mereka dengan keras berusaha menjadikan si anak kembali kafir dan mengikuti agama mereka.

"Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." [Luqman : 15]

Kepada "Pintu sUrgaku"


Ummi...
Kini, karena aku menuntut ilmu di Kota Pahlawan
Terpaksalah aku harus rela berjauhan dengan Ummi

Ummi tercinta, maafkan aku...
telah banyak tindakan dan kata-kataku yang melukai perasaan Ummi
Ummi yang baik, maafkan aku ...
bila tak ada waktu lagi untuk belajar tafsir bersama Ummi,
mendengar keluh kesah Ummi saat memasak di dapur,
atau membantu Ummi mengambil air dari sumur

Ummi, ada bening menemaniku
saat teringat Ummi tertatih membaca Al Quran di dalam kamar
atau saat kupalingkan pandangan pada sosok berbalut mukena di salam penghujung sholat jamaah kita
atau saat melihatmu mengenakan busana muslim lengkap yang belum tentu dapat kulihat setiap hari

Bukannya aku cengeng Ummi...
tapi biarlah sesekali bening air mata ini
membasahai keringnya kerinduan dalam jiwa

Ummi, seiring dengan doa restumu
hanya secumbu kecupan di kening dan tanganmu saat aku meninggalkanmu
menuntut ilmu di Kota Pahlawan ini
saat kulihat sosok keteguhanmu di balik pandangan mata yang berkaca-kaca karena perpisahan

Yakinlah Ummi, perpisahan ini hanyalah sementara
dan hanya akan menambah manis dan wanginya kerinduan dalam jiwa

Ummi, keridhaanmu menjadi peneguh dalam perantauan ini
keikhlasanmu menguatkan kesabaran dalam perjuangan ini
dan untaian doa dalam isak tangismu menjadi penyejuk hati
di tengah samudera kehidupan yang keras ini

Ummi, kudambakan Ummi ada pada setiap titik pencapaian angan tertinggiku
seperti ketika dapat kulihat Ummi dengan bahagia memeluk dan mencium kening sosok bidadari yang kan kumintakan pada Ummi doa restu tuk meminangnya nanti
yang kusadari tak semudah itu menemukan bidadari itu, yang tiap malam selalu kupintakan pada akhir doa dan istikharahku
seperti ketika dapat kulihat Ummi dengan bahagia menimang dan menyentuh hidung mungil cucu Ummi setelah keluar dari ruang persalinan
yang kusadari aku kan segera belajar dari Ummi bagaimana aku harus mendidik, menjaga dan merawatnya sebagaimana Ummi mendidikku, menjagaku dan merawatku saat aku masih kecil dulu
dan seperti ketika dapat kulihat Ummi dalam balutan pakaian ihram saat memberangkatkan Ummi menunaikan rukun ISLAM yang kelima
yang kusadari...

Ummi, percayalah, takkan kubiarkan hari tuamu menyendiri di panti jompo
aku tahu Ummi... itu adalah kedurhakaan yang amat besar
Engkau adalah pintu surgaku di dunia ini
karena itu ALLAH melebihkanmu dalam birrul walidain daripada laki-laki

Ummi... memang jasamu tiada terbatas
walau kusucikan dirimu dengan banjiran keringat dan air mata

Ummi, jagalah ALLAH niscaya ALLAH akan senantiasa menjagamu.

Bu,doaku Selalu untukmu..........................


Malam itu kebetulan kami hanya berdua di kamarku di kampung halaman sana. Kebetulan aku sedang mudik karena ada tasyakuran pernikahan saudara.

"De'...", ibu mulai membuka percakapan, menghentikan kegiatanku menata kamarku yang lama ditinggalkan penghuninya dalam perantauan ini.
"Iya bu?"
"Kamu adalah salah satu harapan Ibu, sungguh ibu berharap padamu..." kata Ibu dengan nada sedih. Matanya yang semula berkaca-kaca kini nampak mulai ada bulir-bulir bening yang menetes.

---
"Ya Allah, jangan buat dia bersedih, aku paling tak tega melihat ibu menangis."
---

Setiap aku mudik, aku selalu meluangkan waktu untuk bermanja dengan ibu. Berduaan, saling curhat dan saling berbagi rasa suka dan duka. Momen-momen seperti inilah yang selalu kurindu saat aku berada nan jauh disini, di tengah perantauanku menuntut ilmu.

Seperti malam itu, ketika tamu-tamu sudah banyak yang pulang. Yang tersisa hanya badan yang rasa capeknya bukan main karena seharian ini bahkan sejak beberapa hari sebelumnya sibuk menyiapkan segala macam belanjaan dan urusan untuk acara tasyakuran. Kami berdua sambil tidur-tiduran di atas tempat tidur yang baru saja selesai kurapikan, mulai saling curhat. Lebih banyak ibu yang curhat dan aku sebagai pendengar setia.

---
"Bu, mungkin anakmu ini tak sesempurna yang ibu bayangkan. Tapi aku selalu berusaha menjadi anak yang berbakti, yang senantiasa mendoakan ayah dan ibu setiap hari."
---

"Tahu kan de', bahwa setelah orang tua meninggal nanti, hanya doa dari anak-anak shaleh/shalehah lah yang akan mampu menjadi penolong bagi orang tua mereka..." lanjut ibu mengulang nasehat yang selalu diulang-ulang baik melalui sms, telepon maupun di saat-saat seperti ini.

"Iya bu.." aku mengangguk perlahan. Meskipun mungkin telah beratus kali atau bahkan ribuan kali aku mendengarnya namun aku tak pernah merasa bosan sedikitpun dengan nasehat ibu.
"Ibu nggak pernah berharap balasan apa-apa dari kalian, ibu hanya ingin didoakan..itu saja..." lanjut ibu.

See guys... that simple thing! permintaan sesederhana itu apakah kamu masih berat juga untuk memenuhinya.. bisik suara batinku. Tidaklah sebanding dengan apa yang telah Ibu berikan untukmu selama ini. Bukankah pengorbanan beliau jauh.. sudah jauh lebih berat dari itu sejak dari mengandungmu, membiaya sekolahmu, mengasuhmu dan bahkan menjadi tempat curahan hatimu ketika kamu sudah berumah tangga sendiri... lanjut suara batin itu terus menggema dalam relung hatiku.

"Insya Allah bu.. ade' akan selalu mendoakan ayah dan ibu, ingatkanlah selalu ade' ya bu bila suatu saat nanti ade' terlupa.." jawabku menenangkan ibu. Tampak mengembang segurat senyum di bibir ibu. Ibu perlahan beringsut bangkit dan aku memeluknya dalam haru.

---
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (QS. Al Isra’ : 24)

Sungguh bu, aku berjanji takkan pernah melupakan satu-satunya permintaanmu ini. Ya Allah, ingatkan aku bila suatu saat nanti aku terlupa..

Bidadari Surga Mencemburui Akhlaq nya.........


Ukhti yang baik,

Kecantikan adalah anugerah. Senyum manis adalah berkah. Sungguh karunia dari Allah bahwa wanita diciptakan memiliki kecantikan yang sangat mempesona. Dan kecantikan itulah yang akan menjadi jalannya menuju surga, jika ia mampu membarenginya dengan akhlaq yang mulia.

Rasulullah menjelaskan bahwa di antara fitrah lelaki adalah menyukai kecantikan wanita. Bahkan ‘Aisyah yang merupakan salah seorang shahabiyah paling pandai di masa itu, terkenal pula karena kecantikannya. Rasulullah menjulukinya Humaira`: Gadis yang pipinya merona merah.

Dan karena kecantikannya itu, wanita dapat mengumpulkan pahala yang sebesar-besarnya dari Allah. Caranya? Bersyukurlah atas nikmat yang Allah berikan itu dan pandailah menjaga diri. Rasulullah mengajarkan cara bersyukur itu dengan membiasakan diri membaca do’a tatkala bercermin yang maknanya,


“Ya Allah… Sebagaimana Engkau telah mengelokkan parasku, elokkan pulalah akhlaqku…”


Ukhti yang dijaga oleh Allah…

Tak ada yang salah dengan kecantikan, karena, seperti kata pepatah, kecantikan bukanlah suatu dosa. Tapi sungguh itu tak berarti bahwa setiap wajah yang cantik berhak dijadikan barang tontonan. Kami kaum pria sangat bersedih karena sekarang ini banyak di antara kawan-kawan Ukhti yang gemar memajang wajah cantik mereka di profil Facebook. Juga di blog-blog yang katanya pribadi, tapi nyatanya dapat diakses oleh siapapun.

Ini adalah satu hal yang sangat marak belakangan ini. Satu hal yang dianggap lumrah, sehingga para gadis berjilbab itu memasang pose-pose mereka di foto-foto yang kian hari kian bertambah jumlahnya. Seakan nama saja sudah tidak cukup.

Mohon Ukhti tanyakan pada mereka, apa sesungguhnya tujuan mereka memajang foto tersebut di tempat-tempat publik? Yakni foto dengan gaya yang menggoda serta senyum yang memikat!

Jika tujuan berjilbab itu adalah agar menutupi aurat dan terhindar dari pandangan-pandangan jahat, apakah itu pula yang menjadi tujuan mereka saat bergaya di depan kamera dan memamerkannya pada setiap orang?

Jika berjilbab itu tujuannya adalah mencari ridho Allah, apakah tujuan memperlihatkan foto-foto itupun adalah ridho Allah? Apakah betul Allah akan ridho pada wanita yang melakukan hal itu?

Ukhti yang baik,

Kami kaum pria sangat bersedih menghadapi fenomena ini. Mengapa? Karena mungkin saja di antara gadis-gadis yang fotonya tersebar di seantero jagad ini adalah istri atau calon istri kami. Apakah mereka tidak tahu bahwa foto mereka tersimpan dalam komputer puluhan, ratusan atau bahkan mungkin jutaan pria lain yang tidak berhak? Yang mungkin saja dijadikan sarana oleh para pendosa sebagai ajang bermaksiat? Apakah mereka mengijinkan pria-pria selain suami mereka itu menyimpan foto-foto tersebut?

Ukhti,

Kami kaum pria sangat bersedih mendapati semua ini. Mengapa? Karena mungkin saja di antara foto yang tersebar luas itu adalah ibu atau calon ibu kami, yang seharusnya menunjukkan caranya menjaga diri, bukan dengan menunjukkan hal-hal yang seharusnya disembunyikan…

Kami kaum pria sangat bersedih menyaksikan semua ini. Mengapa? Karena mungkin saja di antara foto yang tersebar luas itu adalah guru atau calon guru kami, yang seharusnya mendidik dan mengajarkan Al Qur’an serta akhlaqul karimah kepada kami.

Apakah semua ini akan dibiarkan begitu saja tanpa ada penyelesaian? Tanpa ada seorangpun yang berani menegur serta mengingatkannya, memberitahukan bahwa itu adalah sebuah kesalahan? Atau harus menunggu tangan-tangan jahat memanfaatkannya untuk merusak harga diri dan menyebarkan aib yang seharusnya ditutup rapat-rapat?

Ukhti yang baik…

Jazakillah khoiran… Terima kasih banyak karena Ukhti tetap pandai menjaga diri dari sekecil apapun celah-celah kealpaan. Tapi tolong sampaikan pula pada kawan-kawan Ukhti, agar merekapun mengikuti jejak ukhti dengan menghapus foto-foto mereka dari Facebook dan blog-blog mereka. Sampaikanlah pada mereka agar menahan diri dari keinginan menunjukkan eksistensi diri di hadapan pria yang tidak berhak.

Jika mereka ingin menunjukkan kepada orang-orang bahwa mereka cantik, cukuplah tunjukkan pada suami mereka saja. Atau orang tua dan anak-anak mereka saja. Karena Allah Maha Tahu segala sesuatu. Jika mereka membutuhkan sanjungan atas kecantikan yang telah dianugerahkan Allah pada mereka, biarlah Allah saja yang menyanjungnya, dengan balasan berlipat-lipat ganda di hari akhirat kelak.

Dan jika mereka ingin kecantikan mereka dikagumi, biarkanlah suami mereka saja yang mengagumi, lalu memberikannya sejuta hadiah cinta yang tidak akan pernah ada bandingnya…

Sementara kami, kaum pria yang tidak atau belum berhak atas itu semua, biarlah asyik masyuk tenggelam dalam do’a, agar dianugerahi istri yang cantik dan shalehah, ibu yang baik dan bersahaja, guru yang taat dan menjaga martabatnya…

Agar Allah mengumpulkan kita kelak di surgaNya. Meraih ridho dan ampunanNya serta dihindarkan dari adzab neraka…

hati orang khusu`


orang yang khusu’ adalah :
1/ Orang yang menyakini bahwa dia cepat atau lambat akan meninggalkan dunia yang fana’ ini dan akan menemui Robb-nya untuk mendapatkan balasan dari perbuatannya selama hidup di dunia
2/ Orang yang menyakini bahwa kematian akan menjemputnya setiap saat, sehingga dia selalu mempersiapkan bekal untuknya, yaitu menjalankan segala perintah Allah swt dan menjauhi segala larangan-Nya.
Bagaimana caranya supaya hati bisa khusu’? Di sana ada beberapa amalan yang bisa mendatangkan kekhusu’an dalam hati, diantaranya adalah :
1/ Menerima perintah Allah dan Rosul-Nya dengan rela dan pasrah tanpa ragu-ragu, dan tidak menolaknya hanya karena tidak masuk akal kita.
2/ Berusaha untuk selalu ikhlas dalam setiap amal perbuatan,
3/ Selalu muhasabah ( intropeksi diri ) dan mencari kekurangan yang ada pada dirinya.
4/ Menjauhi sifat sombong, takabbur, riya’ da sum’ah.
5/ Selalu merasa takut terhadap amal perbuatannya apakah diterima oleh Allah atau ditolaknya.
6/ Selalu mengingat nikmat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepadanya selama hidup ini.
7/ Selalu meminta hidayat dari Allah swt dalam setiap gerak-geriknya.
8/ Selalu merenungi arti dan makna serta rahasia dibalik Asmaul Husna ( Nama-nama Allah yang indah)
9/ Selalu mencari ilmu yang bermanfaat, yaitu semua ilmu yang bisa menambah keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt .
10/ Selalu mengingat kematian, adzab kubur, hari kebangkitan, syurga dan neraka.
11/ Selalu bersimpuh dihadapan Allah untuk berdo’a dan memohon pertolongan dari-Nya

adapun khusu’ ada beberapa kuncinya ja, diantaranya adalah :
1/ Mengetahui pentingnya sholat dan rahasia-rahasia yang terkandung di dalamnya.
2/ Mempersiapkan diri sebelum sholat, dengan mensucikan diri dari hadast dan najis serta memakai pakaian yang pantas.
3/ Selalu memperhatikan adab- adab sholat secara lahir, seperti tuma’ninah dalam setiap gerakan sholat.
4/ Melakukan sholat dengan ikhlas dan hanya mengharap ridha Allah saja.
5/Menjauhi segala sesuatu yang akan mengganggu konsentrasi sholat.
6/Mengetahui dan merenungi bacaan-bacaanyang terdapat di dalam sholat.

anda-tanda khusu’yang terdapat dalam diri seseorang adalah sebagai berikut :
1/ Cinta terhadap sholat dan hatinya selalu tertambat padanya.
2/ Segera mengerjakan sholat jika sudah datang waktunya, dan terasa sangat ringan di dalam mengerjakannya.
3/ Selalu menghadirkan hatinya ketika membaca Al Qur’an, berdzikir, dan berdo’a.
4/ Selalu bersyukur terhadap nkmat-nikmat yang diberikan Allah kepadanya, walaupun terlihat dimata manusia nikmat itu hanya sedikit. Dan dalam satu waktu dia sangat berhati-hati ketika mendapatkan nikmat, karena khawatir kalau hal itu hanya ujian dari Allah, akibat dosa-dosanya .
5/ Selalu bersabar ketika mendapatkan musibah dan menyerahkan segala urusan kepada Allah swt saja.
6/Selalu merenungi fenomena yang terjadi disekitarnya, seperti pergantian malam dan siang, keajaiban makhluq-makhluq Allah baik yang ada di darat, di lautan,maupun yang berada di angkasa. Begitu juga dia selalu merenungi kehancuran bangsa-bangsa terdahulu maupun yang sekarang akibat bermaksiat kepada Allah swt.
7/ Jika disebut nama Allah swt,maka tergetar hatinya dan sering menangis karena takut kepada Allah swt.

Khusu’ akan menyebabkan seseorang dekat dengan Allah swt, sehingga hatinya selalu dipenuhi dengan cahaya keimanan. Dengan khusu’ tersebut, dia bisa mengambil manfaat dari ayat-ayat Allah baik yang terdapat dalam Al Qur’an maupun yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bekal khusu’ tersebut, dia mampu mengambil pelajaran dari setiap kejadian yang terjadi di sekitarnya.

Khusu’ yang terdapat dalam hati akan menyebabkan bertambahnya iman seseorang, atau paling tidak akan menjaga stabilitas keimanan seseorang. Dengan khusu’ tersebut, seseorang akan merasakan hatinya tetap hidup, segar dan tenang, karena ia selalu dekat dengan Allah. Dengan khusu’ seseorang akan mampu menepis syubhat dan syahwat yang akan selalu mengganggu hatinya. Oleh karena itu Allah memerintahkan kaum muslimin untuk selalu menambah keimanannya setiap hari dan mengecam orang-orang yang tidak khusu’ hatinya untuk menerima kebenaran dalam Al Qur’an

Khusu’ dalam hati akan mampu membentengi hati dari penyakit ‘ujub ( merasa paling hebat), riya’ dan sum’ah.

Dengan khusu’ tersebut, seseorang akan mendapatkan rahmat dari Allah swt.

Maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh kepada Allah ( khusu’) ” ( QS Al Hajj : 34 )

Konsep Kecantikan


Ada suatu contoh kasus pada fase sebelum nazhor (melihat calon wanita yang akan dipinang), kadang muncul pertanyaan “akhwatnya cantik atau tidak?”, seorang ikhwan ketika dalam proses ta’aruf untuk mencari pasangan hidup kadang memang menentukan syarat kedua setelah mengetahui bahwa akidah sang akhwat adalah akidah yang lurus, dan secara teori memang akidah yang lurus akan berdampak pada akhlak yang baik pada diri seseorang, dalam fase pemikiran ini setelah syarat pertama calon istri yang diharapkannya yakni syarat ta’at beragama, maka seorang ikhwan memang sah-sah saja dan merupakan hak ikhwan yang bersangkutan untuk “memilih” bahwa calon pendamping yang akan dia nikahi adalah seorang wanita yang cantik... pada tahapan ini sebuah pemahaman “kecantikan” seorang akhwat menjadi sebuah hal yang nisbi (relatif)...

Perlu kita ulang kembali bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan kriteria dalam memilih calon istri dalam sabda beliau :

“Wanita dinikahi karena empat perkara : Karena hartanya, kecantikannya, kedudukannya, dan agamanya. Pilihlah yang taat agamanya (kalau tidak) niscaya engkau akan merugi.” [HR. Al-Bukhari (5090), Muslim (1466)]

Dari hadits ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitakan bahwa secara umum pada manusia wanita itu dinikahi karena empat perkara yang ada dalam dirinya, atau paling tidak salah satu dari empat perkara itu ada dalam dirinya, dan perkara terpenting yang menjadi jaminan bahwa keluarga akan menjadi bahagia, sakinah mawaddah warrohmah (SAMARA), adalah jika seorang laki-laki menitik beratkan pada perkara ke empat! Yakni pada ketaatan wanita itu pada syari’at Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka kehendak ikhwan untuk menentukan syarat bahwa istrinya harus “cantik” setelah mengetahui kebagusan agamanya adalah hal yang lumrah dan seyogyanya mampu disikapi secara bijak agar tidak memunculkan masalah dalam proses ta’aruf, Namun kami nasihatkan kepada ikhwan (termasuk pihak ikhwan) agar berlaku bijak juga dalam menentukan syarat kedua ini agar tidak melukai “perasaan” dari akhwat atau perantara dari pihak akhwat didalam menetapkan syarat “cantik” pada calon istri yang akan di-nazhor.

Hendaknya dalam menentukan syarat yang kedua ini adalah suatu hal yang menjadi “rahasia” ikhwan atau pihak perantara dari ikhwan dan tidak disampaikan kepada akhwat atau pihak perantara dari akhwat, karena hal ini akan menimbulkan syubhat dan prasangka bahwa si ikhwan adalah orang yang lebih mementingkan fisikisme seorang akhwat daripada agamanya, padahal mungkin tidak demikian dalam hati si ikhwan.

Kemudian agar tidak muncul rasa kecewa dari pihak akhwat dan perantaranya sebelum proses nazhor karena dikhawatirkan akan mengganggu hubungan silaturrahmi dan ukhuwah pada kedua belah pihak hanya karena masalah ini, alangkah bijaknya bila ikhwan dalam menentukan syarat kedua ini hanya menjadi sebuah rahasia bersama dengan pihak perantara dari ikhwan (kakak, saudara atau seseorang yang bisa dipercaya dan diharapkan perantara juga seorang akhwat) untuk “melihatkan” dan menggambarkan tentang kecantikan si akhwat tanpa diketahui oleh pihak akhwat, diharapkan pihak perantara dari ikhwan tidak menanyakan tentang kecantikan si akhwat langsung kepada perantara si akhwat, karena hal ini bisa melukai hati.

Kecantikan terkadang menjadi tolak ukur yang nisbi (relatif) dan tergantung pada akhlak masing-masing ikhwan, terkadang ikhwan (yang dulunya mungkin) pernah melihat wanita-wanita cantik dari kalangan artis di televisi dan majalah atau foto-foto yang dipajang di FB, otomatis memiliki standar “kecantikan” tersendiri yang lebih tinggi daripada ikhwan yang jarang melihat wajah wanita dan menundukkan pandangannya. Mereka yang jarang melihat wajah wanita yang bukan mahramnya akan memiliki standar lebih kecil dalam menentukan sebuah kecantikan wajah, maka kembali lagi hal ini kembali pada akhlak pribadi sang ikhwan.

Kemudian juga seorang ikhwan secara pribadi memiliki syarat-syarat tersendiri dalam hal kecantikan ini, tergantung dari lingkungan dan pola pikir si ikhwan. Kadang karena pengaruh lingkungan dan tempat tinggal, ada perbedaan dalam penentuan kriteria kecantikan, seorang ikhwan yang tinggal di desa kadang memiliki standar kriteria kecantikan yang lebih kecil daripada ikhwan yang tinggal di kota besar. Maka bagaimanakah konsep kecantikan diharapkan untuk membuat rumah tangga menjadi bahagia sehingga harus menjadi syarat kedua setelah bagusnya agama seorang akhwat?

INILAH KECANTIKAN ITU...

Kalau mau kita sedikit memperhatikan betapa sekarang toko-toko kosmetik banyak berjubel dipenuhi oleh kaum wanita, dan sudah menjadi suatu tolak ukur umum bahwa mereka yang cantik adalah yang berkulit putih, berhidung mancung, berwajah mulus tanpa jerawat, dan memiliki postur yang tinggi serta ramping, sehingga tak jarang banyak ratusan jenis obat-obat dan krim pemutih yang beredar di pasaran, kemudian bagi yang tidak mancung hidungnya dioperasi atau disuntik silikon agar menjadi mancung dab nayak lagi wanita yang rela merubah ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala hanya untuk sekedar tampil cantik.

Namun kecantikan seperti apa yang akan mampu membuat pernikahan seseorang menjadi indah, kecantikan akhwat seperti apa yang seharusnya dijadikan patokan untuk menjadi pilihan bagi seorang ikhwan sebagai istrinya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Dia adalah wanita yang menyenangkan (suami) ketika melihatnya...” [HR An-Nasa-i (VI/68) dan Ahmad (7373). Hadits ini shahih]

Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam “Dia adalah wanita yang menyenangkan (suami) ketika melihatnya...” bermakna bahwa wanita tersebut akan membuat hati suami berbunga-bunga saat melihatnya, akan membuat pandangan mata menjadi sejuk bila melihatnya, dan mampu membuat suami selalu merasa bahagia berada disampingnya.

Wanita yang cantik adalah wanita yang memahami hak-hak sang suami dan mampu menunaikannya dengan baik walaupun kadang hal itu memberatkannya, namun keikhlasan seorang istri untuk bisa tampil menyenangkan di hadapan suami membuat istri berusaha semampu yang dia bisa dan bertawakal kepada Allah dalam membahagiakan suaminya.

Ada sebuah konsep yang ditawarkan seorang akhwat bahwa kecantikan adalah akhwat yang memahami syari’at, dan bagi yang tidak memahami syari’at maka dia tidak cantik. Konsep ini memiliki kebenaran di satu sisi, namun ada beberapa kekurangan yang perlu diperjelas lagi dan diperbaiki dalam pelaksanaannya. Seseorang akhwat yang memahami syari’at dengan baik namun tidak pandai merawat dirinya untuk tampil menyenangkan di hadapan suami bisa menjadi “hilang kecantikannya” dimata suaminya.

Pemahaman yang ditekankan dalam pembahasan ini adalah konsep “MENYENANGKAN SAAT DILIHAT SUAMI”, seorang calon istri atau seorang istri seharusnya memahami dengan benar bagaimana untuk memanjakan mata suaminya dalam rangka membangun keluarga SAMARA. Dan hal tersebut bisa diwujudkan dalam beberapa hal di bawah ini :

PERTAMA : Seorang wanita seharusnya mampu melapangkan hati saat melihat sesuatu yang tidak mengenakkan pandangan matanya pada diri suaminya dan tetap tersenyum padanya, mungkin suatu hari suami pulang kerja dengan kondisi marah atau tertekan karena pekerjaannya, maka hendaknya istri bisa mengambil waktu yang tepat dalam bersikap, tidak boleh seorang istri langsung mencecarnya dengan pertanyaan-pertanyaan yang akan membuat suaminya semakin depresi. Hendaknya sang istri menyambut kedatangan suami dengan senyum terindah, melayani kebutuhan makan dan minumnya dengan baik dan menunggu saat yang tepat untuk menjadi “dewi penolong” walaupun hanya sebagai teman berbagi.

Ketika sang suami sudah menunaikan hajatnya (makan-minum-istirahat-sholat jama’ah), maka di sore hari saat anak-anak (bagi yang memiliki anak) sedang belajar atau bermain, istri bisa tampil dengan kelembutannya dan menanyakan masalah suaminya serta menghiburnya untuk bersabar dan bertawakal kepada Allah Ta’ala. Istri bisa memberikan saran-saran yang sekiranya bisa meringankan beban pikiran suami agar suami bisa tenang dan ceria kembali seperti biasanya. Yang menjadi catatan adalah jangan sampai senyum indah itu hilang dari bibirmu meski suamimu sedang cemberut. Secantik apapun wanita kalau suka punya kebiasaan cemberut akan membuat suaminya “sebel” melihatnya, apalagi di saat dia punya masalah dalam pekerjaannya, sehingga kadang gara-gara cemberut bisa berujung pada suatu perceraian.

KEDUA : Seorang wanita harusnya mampu tampil cantik walaupun tidak dengan kosmetik yang mahal dan pakaian yang berkelas. Selain belajar ilmu agama seorang wanita juga dituntut untuk belajar dan memahami bagaimana “selera” yang diinginkan sang suami, jika suami senang melihat istrinya tampil cantik dan menggairahkan ketika berada di kamarnya, maka jangan segan-segan untuk membeli pakaian yang mampu membangkitkan hasrat suami kepadanya saat ia memakainya di hadapan suaminya. Tidak perlu memiliki wajah seperti artis untuk bisa tampil bak bidadari di hadapan suami.

Selain itu jangan sungkan-sungkan untuk berkonsultasi kepada suami tentang aroma parfum yang dia sukai, jangan hanya mementingkan selera sendiri saat menggunakan wewangian di rumah padahal belum tentu sang suami menyukainya, hal demikian hanya akan membuat suami menjauh saat berada di dekat istri.

KETIGA : Hendaknya seorang istri mampu menutupi kekurangannya dan mempergunakan kelebihannya untuk menyenangkan suami. Jangan pernah berhenti pada satu titik untuk memperbaiki diri dan selalu mencoba variasi-variasi baru dalam membuat suami bahagia. Jika seorang istri memiliki bau badan yang tidak nyaman maka berusahalah untuk menghilangkannya dengan meminum jamu atau menggunakan wewangian yang disukai suami, jika seorang istri tidak mampu membuat masakan yang enak maka jangan pernah bosan dan lelah dalam belajar memasak menu-menu baru yang merupakan kegemaran suami, memanjakan suami melalui lidahnya akan semakin menumbuhkan rasa cinta dan kekaguman suami pada istri.

Dalam mempergunakan kelebihan untuk menarik perhatian suami, istri bisa menggunakan kelembutan dan gemulainya, tidak perlu sungkan untuk bermanja rayu kepada suami di saat sedang berdua, saling menyuapi saat makan juga merupakan perekat cinta dan menumbuhkan bunga-bunga kasih dalam hubungan suami istri, bahkan hal ini termasuk sedekah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “…Sesungguhnya tidaklah engkau memberikan infaq yang hanya mengharapkan pahala dari Allah kecuali engkau akan diberi pahala atas perbuatanmu tersebut, hingga sesuap makanan yang engkau suapkan ke mulut istrimu…” [HR. Al-Bukhari (1295), Muslim (1628), dari Sa’ad radhiyallahu ‘anhu]

KEEMPAT : Hendaknya seorang istri memiliki rasa kasih sayang yang besar kepada suami dan anak-anaknya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sebaik-baik wanita yang pernah menunggang unta adalah wanita Quraisy yang paling shalihah, ia adalah wanita yang penuh kasih sayang kepada anak di waktu kecil ...” [HR. Al-Bukhari (5082), Muslim (2527)]

Hendaknya seorang istri bisa merawat anak-anaknya dengan penuh kasih sayang di hadapan atau dibelakang suami, karena hal itu akan memunculkan kekaguman pada diri suami dan menyenangkan bila dipandang, bukan seorang wanita yang suka berteriak-teriak dan memukul anak-anaknya.

KELIMA : Seorang istri akan menyenangkan suaminya bila istri ringan untuk memuji suami dan menyebut-nyebut kebaikannya, jangan pernah merasa berat menyebutkan budi baik suami kepadanya dan memuji penampilan serta perangainya.

KEENAM : Seorang istri juga harus memiliki tutur kata yang santun dan tidak suka mencela, tidak akan menyenangkan dilihat jika seorang istri selalu berkata-kata yang kotor dan sumpah serapah saat dia sedang marah atau tidak suka terhadap sesuatu.

KETUJUH : Memiliki tabiat penyabar pada kekurangan dan bersyukur jika ada rizki. Akan menyenangkan melihat seorang istri yang selalu sabar pada saat kekurangan, dia tidak mengeluh dan mencela, akan menyenangkan melihat seorang istri yang selalu bersyukur, mengucapkan pujian kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika mendapatkan rizki, baik hadiah dari saudara atau pemberian dari suami.

KEDELAPAN : Istri akan menyenangkan dilihat saat dia taat kepada suaminya dalam hal yang ma’ruf, ketika suaminya memerlukannya dalam sesuatu hal maka istri tampil memenuhi keinginan suami dengan ikhlas dan ceria, sebagai contoh ketika suami menginginkan makan atau minum sesuatu maka istri tanpa diminta kedua kali langsung sigap memenuhi keinginan suaminya untuk menyenangkan hatinya dan sebagai pelaksanaan kewajiban seorang istri.

Demikianlah wahai saudariku para akhwati fillah, juga kepada para istri kaum mukminin sebuah nilai kecantikan yang hakiki, tak akan lekang dengan berlalunya waktu, walaupun kulit telah kendur, rambut telah beruban, dan mata tak lagi mampu melihat dengan baik, kecantikan hati tak akan pudar dari seorang wanita, selain pemahamannya kepada ilmu syar’i yang baik seorang wanita dituntut juga mampu menyejukkan pandangan suami di rumahnya.

Maka kami tanyakan kembali kepada ikhwan yang akan mencari seorang istri yang shalihah, kecantikan seperti apa yang engkau harapkan dari seorang istri? Bisa jadi kadang wajah seorang akhwat kurang sesuai dengan harapanmu, namun kelak dia akan mampu menyenangkan pandangan matamu dalam rumah tangga yang engkau bina.

Seorang suami bisa jadi enggan memandang istrinya karena ketidak mampuan istri dalam menyenangkan mata suaminya walaupun pemahaman agamanya dan ibadahnya bagus, maka kami nasihatkan kepada pasangan yang akan menikah atau yang sudah menikah terutama bagi para akhwat dan istri yang shalihah, agar mempertimbangkan kembali ketika tampil di hadapan suaminya, sudahkah mereka menyenangkan hati dan mata suami?

Wallahu a’lam bish showab