Cantik

Minggu, 27 Juni 2010

Ketika Akhwat jatuh cinta


Bismillah...
assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh

Akhwat jatuh cinta...
Tak ada yg aneh, mereka jg adalah manusia.
Bukankah cinta adalah fitrah manusia?
Tak pantaskah akhwat jatuh cinta?
Mereka jg punya hati dan rasa...

Tapi tahukah kalian betapa berbedanya mereka saat cinta seorang lelaki menyapa hatinya?
Tak ada senyum bahagia, tak ada rona malu di wajah, tak ada buncah suka di dada...
Namun sebaliknya...
Ketika akhwat jatuh cinta...
Yg mereka rasakan adalah penyesalan yg amat sangat, atas sebuah hijab yg tersingkap.
Ketika lelaki yg tak halal baginya, bergelayut dlm alam fikirnya, yg mrk rasakan adalah ketakutan yg bgt besar akan cinta y gtak suci lg..
Ketika rasa rindu mulai merekah d hatinya, y mereka rasakan adalah kesedihan yg tak terperih akan sbuah asa yg tak semestinya..

Tak ada senyum bahagia, tak ada rona malu..
Yang ada adalah malam2 yg di penuhi air mata penyesalan atas cintaNya yg ternodai..
Yg ada adalah kegelisahan, krn rasa yg salah arah..
Yg ada adalah penderitaan akan hati yg mulai sakit..

Ketika akhwat jatuh cinta..
Bukan harapan u brtemu yg mrk nantikan, tapi yg ada adalah rasa ingin menghindar dan menjauh dr org tsb.
Tak ada kata2 cinta, dan rayu.. Yg ada adalah kehawatiran yg amat sangat akan hati yg mulai merindukan lelaki yg blm halal atau bahkan tak akan pernah halal baginya..
Ketika mereka jatuh cinta, maka perhatikanlah, kegelisahan di hatinya yg tak mampu lg memberiny ketenangan di wajahnya yg dulu teduh..
Mrk akan terus berusaha mematikan rasa itu bagaimanapun caranya.. Bahkan kendati dia harus menghilang, maka itu pun akan mrk lakukan..

Alangkah kasihannya jika akhwat jatuh cinta.. Krn yg ada adalah penderitaan..

Tapi ukhti.. Bersabarlah.. Jadikan ini ujian dr Rabbmu..
Matikan rasa itu secepatnya..
Pasang tembok pembatas antara kau dan dia..
Pasang duri dlm hatimu agar rasa itu tak tumbuh bersemai..
Cuci dgn air mata penyesalan akan hijab yg tersingkap..
Putar balik kemudi hatimu, agar rasa itu tetap terarah padaNya..
Pupusny rasa rindu padanya dan kembalikan dlm hatimu rasa rindu akan cinta Rabbmu..

Ukhti.. Jangan khawatir kau akan kehilangan cintanya.. Krn bila memang kalian di takdirkan bersama, maka tak akan ada yg dpt mencegah kalian bersatu..
Tp ketahuilah, bgmn pun usaha kalian utk bersatu, jika Allah tak menghendakinya, maka tak akan pernah kalian bersatu..

Ukhti.. Bersabarlah.. Biarkan Allah yg mengaturnya.. Maka yakinlah.. Semuanya akan baik-baik saja..

sumber:Catatan Ummu Sa'ad 'Aztriana'

Sabtu, 19 Juni 2010

Sebuah Ketukan Jiwa nan Indah ... Tuk Kaum Hawa dan Kaum Adam .....

Wahai HAWA.....

Kenapa..
engkau tak menghargai nikmat Iman dan Islam itu ?
Kenapa..
mesti engkau kaku dalam mentaati ajaran-Nya ?
kenapa..
masih segan mengamalkan isi kandungan-nya ?
dan kenapa..
masih was-was dalam mematuhi perintah-Nya ?

Wahai Hawa….
Sadarlah..
Tangan yang menggoncang buaian..
boleh menggoncang dunia,
kau boleh menggoncang dunia
dengan melahirkan manusia yang hebat!!
yakni yang Shaleh dan Shalehah,
kau boleh menggegar dunia
dengan menjadi isteri yang taat
serta memberi dorongan dan
sokongan pada suami yang sejati
dalam menegakkan Islam di mata dunia.

Tapi hawa..
Jangan sesekali kau coba menggoncang keimanan
lelaki dengan lembut tuturmu, dengan ayu wajahmu,
dengan lekuk tubuhmu.
Jangan kau menghentak-hentak kakimu untuk
menyatakan kehadiranmu.

Jangan Hawa …
Jangan sesekali coba menarik perhatian kaum Adam yang bukan
Suamimu..kerana aku khawatir ia mengundang
kemurkaan dan kebencian ALLAH.
BAHAYA! Ia bisa memberi kegembiraan pada syaitan..
kerana wanita ialah jala syaitan,
Alat yang di eksploitasikan oleh syaitan dalam menyesatkan kaum Adam.

Hawa,
Andai engkau masih remaja..
Jadilah anak yang Shalehah Buat kedua ibu bapamu,
Andai engkau sudah bersuami..
Jadilah isteri yang meringankan beban suamimu,
Andai engkau seorang ibu..
Didiklah anakmu sehingga ia tak gentar memperjuangkan Agama ALLAH.

Hawa,
Andai engkau belum menikah,
Jangan kau risau akan jodohmu,
ingatlah hawa janji Rabb kita,
wanita yang baik adalah untuk
lelaki yang baik.
Jangan menggadaikan kehormatanmu..
hanya semata-mata karena seorang lelaki,
jangan memakai pakaian yang menampakkan lekuk tubuhmu
hanya untuk menarik perhatian dan memikat kaum lelaki,
karena kau bukan memancing hatinya..
tapi merangsang nafsunya.

Wahai Hawa…
Jangan sesekali dikau memulai pertemuan dengan lelaki yang bukan muhrim karena dikhawatirkan dari mata turun ke hati, dari senyuman membawa ke salam, dari salam cenderung kepada pertemuan dan dari pertemuan… takut lahirnya nafsu kejahatan yang menguasai diri.

Hawa …
Lelaki yang Baik tidak melihat paras rupa,
Lelaki yang Shaleh tidak memilih wanita melalui
keseksiannya,
Lelaki yang baik tidak menilai wanita melalui
keayuaannya,
kemanjaannya serta kemampuannya
menggoncang iman mereka.

Tetapi hawa …
Lelaki yang Baik akan menilai wanita melalui akhlaknya,
peribadinya dan Agamanya…

Lelaki yang Shaleh tidak menginginkan
sebuah pertemuan dengan wanita yang bukan muhrimnya karena dia takut menberi kesempatan pada syaitan untuk menggodanya.

Lelaki yang baik juga tak mau bermain cinta sebabnya dia tahu apa akibat dalam sebuah hubungan antara lelaki dan wanita yakni perkawinan.

Oleh karena itu Hawa …
Jagalah pandanganmu,


Jagalah pakaianmu,
Jagalah akhlakmu,
Kuatkan pendirianmu…
Andai kata ditakdirkan tiada cinta dari Adam untukmu,
Cukuplah hanya cinta ALLAH menyinari dan
memenuhi jiwamu,
biarlah hanya cinta kedua ibu bapamu
yang memberi hangatan kebahagiaan buat dirimu, cukuplah sekadar cinta adik beradik serta keluarga yang akan membahagiakan dirimu.

Hawa …
Cintailah ALLAH..
Dikala susah dan senang karena kau akan memperolehi cinta dari insan yang juga menyintai ALLAH.
Cintailah kedua ibu bapakmu, karena kau akan perolehi keridhaan ALLAH. TA”ALAA
Cintailah keluargamu.. karena tiada cinta selain cinta keluarga.

Hawa …
Pesanku yang terakhir, biarlah tangan yang menggoncang buaian ini dapat menggoncang dunia dalam menggapai keridhaan ILLAHI.

Jangan sesekali.. tangan ini juga yang menggoncang keimanan kaum Adam, karena aku sukar menerimanya dan aku benci mendengarnya....



Surat terbuka Dari kaum Hawa tuk Kaum Adam..

Wahai ADAM.....

ADAM…
Ku harap kehadiran Surat ini akan
mempertebal keteguhan dan ketabahan serta keimanan hatimu…

ADAM…
Jika kau bersedih dengan diriku,begitulah jua aku turut bersedih dengan
dirimu. Jika dahulu kau khalifah di bumi Allah ini..

kaulah jua pembimbing keluarga…
tapi kini tidak lagi,kekayaan,keegoan dan kuasa adalah lebih utama padamu berbanding dengan anak isteri dirumah,berbanding dengan tanggungjawab sebagai hamba Allah.

Sewajarnya kata-katamu penuh hikmah,sewajarnya dirimu
memaju ummah,dan sewajarnya kamulah pemikul sunnah…..tetapi kini di mana semuanya itu pergi??? ghaibkah sifat-sifat itu??

ADAM…
Memang benar Hawa itu lebih banyak menghuni neraka jahanam daripadamu…
tetapi jangan lupa sesetengah daripadamu akan turut serta!!Hari ini…
amat sedikit untuk aku lihat dikau yg betul-betul mampu memimpin diriku.
Ku akui,akulah Hawa yg lemah,tapi kau Adam haruslah membimbingku Hawa…

ADAM…
Kaupunyai sembilan akal dan satu nafsu,tapi kami punyai sembilan nafsu dan satu
akal….tidakkah hal ini sendiri menunjukkan betapa relevannya Allah swt
menjadikan kau untuk membimbingku…dan sebenanya kau tahu bagaimana untuk
mengawal nafsu yg satu itu.
Jangan hanya salahkan Hawa. Tanyalah dunia hari ini ……
karena kau ,daku trauma…

ADAM…
Fahamilah,seluruh mahkota dan perhiasan diriku adalah milik daku dan muhrimku saja.
Jagalah pandangan matamu…
jangan terlalu menggodaku…
sekali pandang itu rezeki…dua kali pandang itu dosa…
Kau sendiri tahu tentang itu..
tapi kau abaikan dan perilakumu melemahkan imanku.mengertilah Adam..
Aku juga mau memelihara perilaku,kesopanan dan tutur katamu agar tidak mancairkan
hatiku….
karena antara kita ada tembok yg utuh…

ADAM…
Hati ini sebuah ladang yg tidak terbatas, tetapi kadangkala berbuah harapan…
aku mau dikau memimpin diriku
Aku sadar betapa lemahnya diriku tetapi kau sendiri
pasti punya cara yg bermanfaat utk membatasi pergaulan kita….

ADAM..
Sekian dahulu utk kali ini…Sesungguhnya wahai Adam…
ingin sekali aku lihat cahaya keimanan dalam dirimu……….

Kamis, 13 Mei 2010

Jodoh Datang dari Arah yang Tak Terduga

Jodoh adalah rahasia Tuhan yg tidak bisa ditebak. Jodoh bisa datang dari mana saja. Ada orang yg mencari jodoh ke negeri tetangga, tapi ia justru datang dari rumah tetangga. Ada yg mencari jodoh teman dari kampus-kampus karena merasa seseorang itu sebagai mahasiswa, tapi ternyata jodohnya ada di samping rumah. Itulah rahasia Tuhan. Dia sudah mentakdirkan makhlukNya berpasang-pasangan. Seperti kisah yang saya tuturkan berikut.

Setiap kali ada teman yang mau menikah, saya selalu mengajukan pertanyaan yang sama. Kenapa kamu memilih dia sebagai suamimu/istrimu?
Jawabannya sangat beragam. Dari mulai jawaban karena Allah hingga jawaban duniawi (cakep atau tajir, ’ ya manusiawi lah ’katanya ).

Tapi ada satu jawaban yang sangat berkesan di hati saya. Hingga detik ini saya masih ingat setiap detail percakapannya. Jawaban salah seorang teman yang baru saja menikah. Proses menuju pernikahannya sungguh ajaib. Mereka hanya berkenalan 2 bulan.
Lalu memutuskan menikah. Persiapan pernikahan hanya dilakukan dalam waktu sebulan saja. Kalau dia seorang akhwat, saya tidak akan heran karena proses pernikahan seperti ini sudah lazim. Tapi dia bukanlah akhwat, sama seperti saya. Satu hal yang pasti, dia tipe wanita yang sangat berhati-hati dalam memilih suami.

Trauma dikhianati lelaki membuat dirinya sulit untuk membuka diri,padahal baru sekali. Apalagi dia termasuk sosok wanita yg kuat ibadahnya. Dia juga bukan tipe orang yg suka berpacaran. Ketika dia memberitahu akan menikah, saya tidak menanggapi dengan serius. Mereka berdua baru kenal sebulan. Tapi saya berdoa, semoga ucapannya menjadi kenyataan. Saya tidak ingin melihatnya menangis lagi.

Sebulan kemudian dia menemui saya. Dia menyebutkan tanggal pernikahannya. Serta memohon saya untuk cuti, agar bisa menemaninya selama proses pernikahan. Begitu banyak pertanyaan dikepala saya... Asli.

Saya pengin tau, kenapa dia begitu mudahnya menerima lelaki itu. Ada apakan gerangan? Tentu suatu hal yang istimewa. Hingga dia bisa memutuskan menikah secepat ini. Tapi sayang, saya sedang sibuk sekali waktu itu (sok sibuk sih aslinya).

Saya tidak bisa membantunya mempersiapkan pernikahan. Beberapa kali dia telfon saya untuk meminta pendapat tentang beberapa hal. Beberapa kali saya telfon dia untuk menanyakan perkembangan persiapan pernikahannya. That's all. Kita tenggelam dalam kesibukan masing-masing.

Saya mengambil cuti sejak H-2 pernikahannya. Selama cuti itu saya memutuskan untuk menginap dirumahnya. Jam 11 malam, H-1 kita baru bisa ngobrol -hanya- berdua.

Hiruk pikuk persiapan akad nikah besok pagi, sungguh membelenggu kita. Padahal rencananya kita ingin ngobrol tentang banyak hal. Akhirnya, bisa juga kita ngobrol berdua. Ada banyak hal yang ingin saya tanyakan. Dia juga ingin bercerita banyak pada saya. Beberapa kali Mamanya mengetok pintu, meminta kita tidur.

"Aku gak bisa tidur." Dia memandang saya dengan wajah memelas. Saya paham kondisinya saat ini.

"Lampunya dimatiin aja, biar dikira kita dah tidur."

"Iya.. ya." Dia mematikan lampu neon kamar dan menggantinya dengan lampu kamar yang temaram. Kita melanjutkan ngobrol sambil berbisik-bisik. Suatu hal yang sudah lama sekali tidak kita lakukan. Kita berbicara banyak hal, tentang masa lalu dan impian-impian kita. Wajah sumringahnya terlihat jelas dalam keremangan kamar. Memunculkan aura cinta yang menerangi kamar saat itu. Hingga akhirnya terlontar juga sebuah pertanyaan yang selama ini saya pendam.

"Kenapa kamu memilih dia?" Dia tersenyum simpul lalu bangkit dari tidurnya sambil meraih HP dibawah bantalku. Berlahan dia membuka laci meja riasnya.Dengan bantuan nyala LCD HP dia mengais lembaran kertas didalamnya.

Perlahan dia menutup laci kembali lalu menyerahkan selembar amplop pada saya. Saya menerima HP dari tangannya. Amplop putih panjang dengan kop surat perusahaan tempat calon suaminya bekerja. ”Apaan sih...?” Saya memandangnya tak mengerti. Eeh, dianya malah ngikik geli.

"Buka aja." Sebuah kertas saya tarik keluar. Kertas polos ukuran A4, saya menebak warnanya pasti putih hehehe. Saya membaca satu kalimat diatas dideretan paling atas.

"Busyet dah nih orang." Saya menggeleng-gelengkan kepala sambil menahan senyum. Sementara dia cuma ngikik melihat ekspresi saya. Saya memulai membacanya. Dan sampai saat inipun saya masih hapal dengan kata-katanya. Begini isi surat itu.

Kepada YTH

Calon istri saya, calon ibu anak-anak saya, calon anak Ibu saya dan calon kakak buat adik-adik saya
Di tempat

Assalamu'alaikum Wr Wb

Mohon maaf kalau anda tidak berkenan. Tapi saya mohon bacalah surat ini hingga akhir. Baru kemudian silahkan dibuang atau dibakar, tapi saya mohon, bacalah dulu sampai selesai.

Saya, yang bernama ...... menginginkan anda ......untuk menjadi istri saya. Saya bukan siapa-siapa. Saya hanya manusia biasa. Saat ini saya punya pekerjaan disebuah perusahaan X.

Tapi saya tidak tahu apakah nanti saya akan tetap punya pekerjaan. Tapi yang pasti saya akan berusaha punya penghasilan untuk mencukupi kebutuhan istri dan anak-anakku kelak.

Saya memang masih kontrak rumah. Dan saya tidak tahu apakah nanti akan ngontrak selamannya. Yang pasti, saya akan selalu berusaha agar istri dan anak-anak saya tidak kepanasan dan tidak kehujanan.

Saya hanyalah manusia biasa, yang punya banyak kelemahan dan sedikit kelebihan. Saya menginginkan anda untuk mendampingi saya. Untuk menutupi kelemahan saya dan mengendalikan kelebihan saya. Saya hanya manusia biasa. Cinta saya juga biasa saja.
Oleh karena itu, Saya menginginkan anda mau membantu saya memupuk dan merawat cinta ini, agar menjadi luar biasa.

Saya tidak tahu apakah kita nanti dapat bersama-sama sampai mati. Karena saya tidak tahu suratan jodoh saya. Yang pasti saya akan berusaha sekuat tenaga menjadi suami dan ayah yang baik. Kenapa saya memilih anda ? Sampai saat ini saya tidak tahu kenapa saya memilih anda. Saya sudah sholat istiqaroh berkali-kali, dan saya semakin mantap memilih anda.

Yang saya tahu, Saya memilih anda karena Allah. Dan yang pasti, saya menikah untuk menyempurnakan agama saya, juga sunnah Rasulullah. Saya tidak berani menjanjikan apa-apa, saya hanya berusaha sekuat mungkin menjadi lebih baik dari saat ini.

Saya mohon sholat istiqaroh dulu sebelum memberi jawaban pada saya. Saya kasih waktu minimal 1 minggu, maksimal 1 bulan. Semoga Allah ridho dengan jalan yang kita tempuh ini. Amin

Wassalamu'alaikum Wr Wb

Saya memandang surat itu lama. Berkali-kali saya membacanya. Baru kali ini saya membaca surat 'lamaran' yang begitu indah. Sederhana, jujur dan realistis. Tanpa janji-janji gombal dan kata yang berbunga-bunga. Surat cinta minimalis, saya menyebutnya :D.

Saya menatap sahabat disamping saya. Dia menatap saya dengan senyum tertahan.
"Kenapa kamu memilih dia...?"
"Karena dia manusia biasa." Dia menjawab mantap. "Dia sadar bahwa dia manusia biasa. Dia masih punya Allah yang mengatur hidupnya, yang aku tahu dia akan selalu berusaha tapi dia tidak menjanjikan apa-apa. Soalnya dia tidak tahu, apa yang akan terjadi pada kita dikemudian hari. Entah kenapa, Itu justru memberikan kenyamanan tersendiri buat aku."

"Maksudnya?"

"Dunia ini fana. Apa yang kita punya hari ini belum tentu besok masih ada. Iya kan ? Paling gak aku tau bahwa dia gak bakal frustasi kalau suatu saat nanti kita jadi gembel”.

"Ssttt." Saya membekap mulutnya. Kuatir ada yang tau kalau kita belum tidur. Terdiam kita memasang telinga.Sunyi. Suara jengkering terdengar nyaring diluar tembok. Kita saling berpandangan lalu cekikikan sambil menutup mulut masing-masing.




"Udah tidur. Besok kamu kucel, ntar aku yang dimarahin Mama." Kita kembali rebahan. Tapi mata ini tidak bisa terpejam. Percakapan kita tadi masih terngiang terus ditelinga saya.

"Gik..."

"Tidur. Dah malam." Saya menjawab tanpa menoleh padanya. Saya ingin dia tidur, agar dia terlihat cantik besok pagi. Kantuk saya hilang sudah, kayaknya gak bakalan tidur semaleman nih.

Satu lagi pelajaran pernikahan saya peroleh hari itu.
Ketika manusia sadar dengan kemanusiannya. Sadar bahwa ada hal lain yang mengatur segala kehidupannya. Begitupun dengan sebuah pernikahan. Suratan jodoh sudah tergores sejak ruh ditiupkan dalam rahim. Tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana dan berapa lama pernikahnnya kelak.

Lalu menjadikan proses menuju pernikahan bukanlah sebagai beban tapi sebuah 'proses usaha'. Betapa indah bila proses menuju pernikahan mengabaikan harta, tahta dan 'nama'. Embel-embel predikat diri yang selama ini melekat ditanggalkan.

Ketika segala yang 'melekat' pada diri bukanlah dijadikan pertimbangan yang utama. Pernikahan hanya dilandasi karena Allah semata. Diniatkan untuk ibadah. Menyerahkan secara total pada Allah yang membuat skenarionya. Maka semua menjadi indah.

Hanya Allah yang mampu menggerakkan hati setiap hamba-NYA. Hanya Allah yang mampu memudahkan segala urusan. Hanya Allah yang mampu menyegerakan sebuah pernikahan.

Kita hanya bisa memohon keridhoan Allah. Meminta-NYA mengucurkan barokah dalam sebuah pernikahan. Hanya Allah jua yang akan menjaga ketenangan dan kemantapan untuk menikah.

Lalu, bagaimana dengan cinta ?

Ibu saya pernah bilang, Cinta itu proses.
Proses dari ada, menjadi hadir, lalu tumbuh, kemudian merawatnya.

Agar cinta itu bisa bersemi dengan indah menaungi dua insan dalam pernikahan yang suci. Witing tresno jalaran garwo(sigaraning nyowo),
kalau diterjemahkan secara bebas. Cinta tumbuh karena suami/istri (belahan jiwa).

Cinta paling halal dan suci. Cinta dua manusia biasa, yang berusaha menggabungkannya agar menjadi cinta yang luar biasa. Amin.

Rahasia Wanita Paling Bahagia


Keindahan yang sebenarnya adalah keindahan Akhlak

Kelelokan yang sebenarnya adalah keelokan budi

dan kecemerlangan yang sebenarnya adalah kecemerlangan akal



Selamat datang....
Wahai wanita yang senantiasa mengerjakan shalat,
suka berpuasa, tekun beribadah dan khusyu'


Selamat datang....
Wahai wanita yang senantiasa menutup aurat,
berpenampilan anggun, santun,
danmenjaga kehormatan


Selamat datang....
Wahai wanita yang setia, amanah,
jujur, dan suka bersedekah


Selamat datang....
Wahai wanita yang sabar, tabah, suka bertaubat,
dan kembali kepada Allah


Selamat datang....
Wahai wanita yang suka berdzikir, pandai
bersyukur, dan rajin berdo'a


Selamat datang....
Wahai wanita yang mau mengikuti jejak
Asiyah, Maryam, dan Khadijah


Selamat datang....
Wahai wanita yang mendidik para pahlawan
dan melahirkan para pemimpin


Selamat datang....
Wahai wanita yang pandai menjaga nilai-nilai
keluhuran dan menerima norma-norma yang agung


Selamat datang....
Wahai wanita yang suka cemburu terhadap
orang-orang yang diharamkan dan jauh
dari perbuatan-perbuatan yang haram

Kamis, 06 Mei 2010

JaDIkAnKu SeInDah WaNiTa SoLeHaH...

indahnya kalammu wanita solehah yang berjuang disisi mujahid soleh.....“Seindah perhiasan dunia adalah wanita yang sholehah,”

Kumulakan warkah ini dengan bait indah yang ditinggalkan Rasulullah saw kepada seisi alam. Wanita solehah! Idaman semua muslimin di alam maya ini..

Alhamdulillah, itulah anjuran Islam yang kita cintai, pilihlah wanita yang mampu menyejukkan pandanganmu dan juga baitul muslim yang bakal dibina tika sampai saat itu, insyaAllah.

”Dinikahi seorang wanita itu kerana empat perkara hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah hal keagamaannya, maka beruntunglah kedua-dua tanganmu..”

Wanita solehah idaman mujahid soleh yang malunya menjadi perisai dirinya yang zikirnya menjadi penawar dirinya tak gentar di acah mehnah duniawi kerana dia rindukan wangian syurgawi dia berpegang pada janji yang terpatri di lubuk hati....

Telah dinukilkan panduan sepanjang zaman, itulah lirikan utama buatmu memilih calon isteri. Tiap baris itu telah menjadi hafalanku sejak aku mengenali dunia baligh ini.

Jika harta yang kau idamkan, ketahuilah diriku tidak punya apa-apa harta di dunia ini melainkan ilmu agama yang telah dititipkan buatku oleh umi dan abah. Tiada harta untuk kupersembahkan...hanya ketenangan yang mampu aku sediakan buatmu kerana aku pernah terbaca kata-kata ...

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikannya di antaramu rasa kasih dan sayang.¨ (lah-Rum: 21)

Jika keturunan yang mulia itu yang kau dambakan, ketahuilah jua aku di bawah pengawasan Allah sebagai penjaga mutlak diriku. Aku adalah keturunan mulia, ayahanda Nabi Adam as dan bonda Hawa as, sama seperti mu.

”... maka bertawakkallah kepada Allah, sesungguhnya Allah mengasihi orang yang bertawakal kepadaNya. Jika Allah menolong kamu maka, tiada seseorangpun yang boleh menghalang kamu, dan jika ia mengecewakan kamu, maka siapakah yang dapat menolong kamu sesudah Allah (menetapkan demikian) ? dan ingatlah kepada Allah jualah hendaknya orang yang beriman itu berserah diri...” (Ali Imran : 159-160)

Kecantikan, itulah pandangan pertama setiap insan. Malah aku meyakini bahawa kau juga tidak terlepas seperti insan yang lain. Ketahuilah, jika kecantikan itu yang kau inginkan daripada diriku, kau telah tersalah langkah. Tiada kecantikan yang tidak terbanding untuk kupertontonkan padamu. Telah aku hijabkan kecantikan diriku ini dengan amalan ketaatan kepada tuntutan agama yang kucintai. Kau hanya membuang masa jika kau menginginkan kecantikan lahiriah semata-mata.

Aku memerlukan engkau untuk bersama-samaku menegakkan dakwah islamiyyah ini, dan aku merelakan diri ini menjadi penolongmu untuk membangunkan sebuah markas dakwah dan tarbiyyah ke arah jihad hambaNya kepada Penciptanya yang agung. Pendirianku...pernikahanku akan ku jadikan medan pencarian ilmu agama sebagai risalah demi meneruskan perjuangan Islam. Aku masih kekurangan ilmu agama, tetapi berbekalkan ilmu agama yang telah dibekalkan ini. Aku ingin menjadi isteri yang sentiasa mendapat keredhaan Allah dan suamiku untuk memudahkan aku membentuk usrah muslim antara aku, suamiku dan anak-anak untuk dibaiahkan dengan ketaatan kepada Allah Yang Maha Esa. Aku bercita-cita bergelar pendamping solehah, seperti mana yang dijanjikan Rasul,

" Semoga Allah memberi rahmat kurnia kepada lelaki yang bangun di tengah malam lalu dia sembahyang dan membangunkan isterinya, maka sekiranya enggan juga bangun untuk bersembahyang, dia merenjiskan air ke mukanya. Semoga Allah memberi rahmat kurnia kepada wanita yang bangun di tengah malam lalu bersembahyang dan membangunkan suaminya. Maka jika dia enggan, dia merenjiskan air kemukanya." (Riwayat Abu Daud dengan Isnad yang sahih)

Renungilah FirmanNya ini, lalu kau akan tahu hakikat diriku dan dirimu dipertemukan oleh Allah atas namanya pertemuan.

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan lelaki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) namaNya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (An Nisaa’ : 1)

" Kaum lelaki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh kerana Allah telah melebihkan sebahagian mereka (lelaki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan kerana mereka (lelaki) telah menafkahkan sebahagian
dari harta mereka".(An-Nissa':34)

Membenarkan seperti apa yang telah Dia katakan dalam QalamNya yang mulia. Aku meyakini bahawa engkau adalah pemimpin untukku. Jadikanlah suatu pernikahan itu sebagai asas pembangunan iman dan bukannya untuk memuaskan bisikan syaitan yang menjadikan ikatan pernikahan sebagai tunjang nafsu semata-mata. Moga diriku dan dirimu sentiasa didampingi kerahmatan dan keredhaanNya. Lakukanlah tanggungjawabmu itu dengan syura kesabaran, qanaah ketabahan moga kita akan menjadi salah satu daripada jemaah saf menuju ke syurga insyaAllah.

Aku tidak menginginkan hantaran bersusun, mas kahwin yang hanya akan menyebabkan hatiku buta dalam menilai erti kita dipertemukan oleh Allah atas dasar agama. Cukuplah seandainya, maharku sebuah Qalam Mulia, Al-Quran, kerana aku meyakini Qalam itu mampu memimpin rumahtanggaku dalam meraih keredhaanNya bukan kekayaan dunia yang bersifat sementara. Bantulah aku dalam menjayakan agama Allah, kerana ia adalah laluan untuk aku menyempurnakan separuh daripada agamaku, insyaAllah. Akhlakmu yang terdidik indah oleh ibu bapa dan orang sekelilingmu, itulah yang aku harapkan daripada kekayaan duniawi yang kau sediakan.

"Tidak lagi wujud keborosan dan kebakhilan kerana semuanya berada di dalam udara Qana'ah (berpuas hati dengan apa yang ada), redha dan yakin bahawa dunia ini bukanlah negara Janatunna'im. Lihatlah rumahtangga Rasulullah s.a.w kadang-kadang berlalu sebulan demi sebulan, pernah dapurnya tidak berasap kerana tidak ada bahan makanan yang dapat dimasak. Walaupun demikian susahnya, rumahtangga Rasulullah s.a.w tetap menjadi rumahtangga yang paling bahagia yang tidak ada tolok bandingnya hingga ke hari ini.

~~Ya Allah, gembirakan kami dengan redhaMu ~~

BuAt Yg BerNaMa WANITA..

"Ketika diciptakan seorang wanita, ia diharuskan untuk menjadi seorang yang istimewa. Bahunya cukup kuat untuk menopang dunia; namun, harus cukup lembut untuk memberikan kenyamanan."

"Diberikannya kekuatan dari dalam untuk mampu melahirkan anak dan menerima penolakan yang seringkali datang dari anak-anaknya."

"Diberinya kekerasan untuk membuatnya tetap tegar ketika orang-orang lain menyerah, dan mengasuh keluarganya dengan penderitaan dan kelelahan tanpa mengeluh."

"Diberinya kepekaan untuk mencintai anak-anaknya dalam setiap keadaan, bahkan ketika anaknya bersikap sangat menyakiti hatinya."

"Diberinya kekuatan untuk mendukung suaminya dalam kegagalannya dan melengkapi dengan tulang rusuk suaminya untuk melindungi hatinya."

"Diberinya kebijaksanaan untuk mengetahui bahawa seorang suami yang baik takkan pernah menyakiti isterinya, tetapi kekadang menguji kekuatannya dan ketetapan hatinya untuk berada disisi suaminya tanpa ragu-ragu."

"Dan akhirnya, diberikannya air mata untuk dititiskan. Ini adalah khusus miliknya untuk digunakan ketika ia diperlukan."

"Kecantikan seorang wanita bukanlah dari pakaian yang dikenakannya, susuk yang ia tampilkan, atau bagaimana ia menyisir rambutnya.Kecantikan seorang wanita harus dilihat dari matanya, kerana itulah pintu hatinya, tempat dimana cinta itu ada."

kerana..... setiap wanita itu sememangnya dijadikan cantik...

Mujahid IdAmanKu...

Lelaki idamanku adalah seorang lelaki yang beriman

Yang hatiny disaluti rasa takqwa kepada Allah

Yang jiwany penuh penghayatan terhadap Islam

Yang sentiasa haus dengan ilmu

Yang sentiasa dahaga akan pahala

Yang solatny adalah maruah diriny

Yang tidak pernah takut untuk berkata benar

Yang tidak pernah gentar untuk melawan nafsu

Yang sentiasa bersama kumpulan orang-orang yang berjuang di jalan Allah



Lelaki idamanku adalah lelaki yang menjaga tuturkatany

Yang tidak bermegah dengan ilmu yang dimilikiny

Yang tidak bermegah dengan harta dunia yang dicariny

Yang sentiasa berbuat kebajikan kerana sifatny yang penyayang

Yang mempunyai ramai kawan dan tidak mempunyai musuh yang bersifat jembalang



Lelaki idamanku adalah lelaki yang menghormati ibuny

Yang sentiasa berbakti kepada kedua orang tua dan keluarga

Yang akan mendidik isteri dan anak-anak mendalami Islam

Yang mengamalkan hidup penuh kesederhanaan

Kerana dunia baginy adalah rumah sementara menuju akhirat



Lelaki idamanku sentiasa bersedia untuk menjadi imam

Yang hidup dibawah naungan Al-Quran dan mencontohi sifat Rasulullah

Yang boleh diajak berbincang dan berbicara

Yang menjaga matany dari berbelanja

Yang sujud penuh kesyukuran dengan rahmat Allah keatasny



Lelaki idamanku tidak pernah membazirkan masa

Matanya kepenatan kerana penat membaca

Suarany lesu kerana penat mengaji dan berzikir

Tidurny lena dengan cahaya keimanan

Bangunny subuh penuh kecergasan

Kerana sehari lagi usiany bertambah penuh kematangan



Lelaki idamanku sentiasa mengingati mati

Yang baginy hidup di dunia adalah ladang akhirat

Yang mana buah kehidupan itu perlu dibaja dan dijaga

Agar berputik tunas yang bakal menjadi baka yang baik

Meneruskan perjuangan Islam sebelum hari kemudian


Lelaki idamanku adalah lelaki

Yang tidak terpesona dengan buaian dunia

Kerana dia mengimpikan syurga

Di situlah rumah idamanny

Dan dia ingin membawaku bersama

Dialah lelaki idamanku...

Menyeleksi Calon Suami

Rosulullah Sholallahu 'alaihi wasalam,
dalam sebuah hadits secara tegas memberikan ultimatum kepada ummatnya: "Barang siapa telah mempunyai kemampuan menikah kemudian ia tidak menikah maka ia bukan termasuk umatku" (H.R. Thabrani dan Baihaqi).


firman Allah dalam Alquran bahwa wanita yang keji, adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita yang baik. "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik...." (QS An-Nuur: 26).

Bila dalam diri seorang muslimah memiliki keinginan untuk mendapatkan seorang suami yang sholih, maka harus diupayakan agar dirinya senidri menjadi sholihah terlebih dahulu. artinya, si wanita harus menjadi wanita yg sholih dulu, baru Allah akan mengirim laki laki yg sholih juga, .....................

Untuk menjadikan diri seorang muslimah sholihah, maka bekalilah diri dengan ilmu-ilmu agama, hiasilah dengan akhlaq islami, tujuan nya bukan hanya semata untuk mencari jodoh, tetapi lebih kepada untuk beribadah mendapatkan ridhoNya. sedang pernikahan adalah sebagai salah satu sarana untuk beribadah ..................


kriteria dalam memilih atau menyeleksi calon suami

* Utamakan laki-laki yang memiliki pemahaman agama yang baik
* rajin sholat fardhu berjamaah di masjid
* konsisten& semangat dalam menjalankan syariat Islam
* akhlaq & kepribadiannya terpuji, artinya dia tdk akan memacari wanita karena tahu pacaran tuh haram, dia akan jaga jarak dgn wanita bukan mahrom, dia akan mencari wanita yg sholih dan lngsng ta'aruf buat nikah tanpa proses pacaran........dia akan menjaga wanita dari perzinahan....
* laki laki yg sholih, teman temannya juga sholih.............

Catatan : Seorang laki-laki yang sholih akan membawa kehidupan seorang wanita menjadi lebih baik, baik di dunia maupun kelak di akhirat.


• Langkah-langkah yang ditempuh dalam kaitannya untuk memilih calon
1. Menentukan kriteria calon pendamping (suami ). Diutamakan lelaki yang baik agamanya.
2. Perlu dilihat keadaan orang tua dan keluarga , Kadang ketidak siapan orang tua dan keluarga bila anak gadisnya menikah menjadi suatu kendala tersendiri bagi seorang muslimah untuk menuju proses pernikahan. Penyebab ketidak siapan itu kadang justru berasal dari diri muslimah itu sendiri, misalnya masih menunjukkan sikap kekanak-kanakan, belum dapat bertanggung jawab dsb. Atau kadang dapat juga pengaruh dari lingkungan, seperti belum selesai kuliah (sarjana) tetapi sudah akan menikah. Hal-hal seperti ini harus diantisipasi jauh-jauh hari sebelumnya, agar pelaksanaan menuju pernikahan menjadi lancar.
3. Mengkomunikasikan kesiapan untuk menikah dengan pihak-pihak yang dipercaya Kesiapan seorang muslimah dapat dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang dipercaya, agar dapat turut membantu langkah-langkah menuju proses selanjutnya.
4. Taaruf (Berkenalan) , Proses taaruf sebaiknya dilakukan dengan cara Islami. Dalam Islam proses taaruf tidak sama dengan istilah pacaran. Dalam berpacaran sudah pasti tidak bisa dihindarkan kondisi dua insan berlainan jenis yang khalwat atau berduaan. Yang mana dapat membuka peluang terjadinya saling pandang atau bahkan saling sentuh, yang sudah jelas semuanya tidak diatur dalam Islam. Allah SWT berfirman "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk" QS 17:32).
Rasulullah SAW bersabda : "Jangan sekali-kali seorang laki-laki bersendirian dengan seorang perempuan, melainkan si perempuan itu bersama mahramnya". (Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Bukhari dan Muslim).
Bila kita menginginkan pernikahan kita terbingkai dalam ajaran Islami, maka semua proses , seperti mulai dari mencari pasangan haruslah diupayakan dengan cara yang ihsan & islami……………
5. Bermusyawarah dengan pihak-pihak terkait , Bila setelah proses taaruf terlewati, dan hendak dilanjutkan ke tahap berikutnya, maka selanjutnya dapat melangkah untuk mulai bermusyawarah dengan pihak-pihak yang terkait.
6. Istikhoroh , Daya nalar manusia dalam menilai sesuatu dapat salah, untuk itu sebagai seorang msulimah yang senantiasa bersandar pada ketentuan Allah, sudah sebaiknya bila meminta petunjuk dari Allah SWT. Bila calon tersebut baik bagi diri muslimah, agama dan penghidupannya, Allah akan mendekatkan, dan bila sebaliknya maka akan dijauhkan. Dalam hal ini, apapun kelak yang terjadi, maka sikap berprasangka baik (husnuzhon) terhadap taqdir Allah harus diutamakan.
7. Khitbah , Jika keputusan telah diambil, dan sebelum menginjak pelaksanaan nikah, maka harus didahului oleh pelaksanaan khitbah. Yaitu penawaran atau permintaan dari laki-laki kepada wali dan keluarga fihak wanita. Dalam Islam, wanita yang sudah dikhitbah oleh seorang lelaki, maka tidak boleh untuk dikhitbah oleh lelaki yang lain. Dari Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Janganlah kamu mengkhitbah wanita yang sudah dikhitbah saudaranya, sampai yang mengkhitbah itu meninggalkannya atau memberinya izin "
(HR. Muttafaq alaihi).

BUKAN SEKADAR WANITA

Umar al-Khattab pernah berkata:

“Aku impikan rumah ini dipenuhi dengan ‘rijal-rijal’ seperti Muaz b. Jabal, Abu Ubaidah Al-Jarrah, Salim hamba Huzaifah untuk aku gunakan mereka untuk menegakkan kalimah Allah”

Kata-kata hebat yang lahir dari insan yang hebat. Mengimpikan ‘rijal’ lebih dari perhiasan duniawi. Fikrahnya sangat jelas, menyeru kepada pembentukan ‘rijal’ dakwah yang mantap untuk menegakkan panji-panji Islam. Dengan itu, akan tertegaklah kalimah Allah di muka bumi ini.

Bagaimana untuk menghasilkan ‘rijal’ dakwah yang mantap ini? Tentulah memerlukan satu proses tarbiyah yang benar-benar mantap. Merangkumi segala aspek. Ruhi, jasmani, akal, aqidah, akhlaq, dan amalnya. Ia adalah proses untuk membentuk manusia, bukanlah semudah menguli tepung. Ia merupakan satu proses yang memerlukan kesungguhan dan pengorbanan. Ia juga memerlukan kesabaran yang sangat tinggi.

Bukan calang-calang orang boleh melakukan ini. Tetapi cuba bayangkan seandainya impian ini jadi kenyataan suatu hari nanti. Nescaya dunia ini akan makmur di bawah naungan Islam. Tentu kita akan rasa sangat gembira. Kerana di situ ada hasil titik peluh kita.


Tangan Yang Lembut Itu
Siapa sangka tangan lembut seorang wanita mampu menggoncang dunia? Siapa sangka wanita yang disangka lemah mampu merubah masyarakat? Siapa kata wanita tidak boleh berdakwah?
Di sinilah hebatnya wanita. Memiliki keistimewaan tersendiri. Dari manakah lahirnya seorang ‘rijal’ kalau bukan dari rahim seorang wanita. Mungkin kadangkala terselit rasa lemah dan rendah diri kerana wanita tidak berpeluang berjuang di medan jihad seperti orang lelaki. Tetapi betapa bertuahnya seorang wanita. Seorang wanita yang luarannya lemah lembut mampu untuk mengandung, melahirkan, membesarkan, mengasuh dan mendidik seorang ‘rijal’. Bukankah itu satu kemuliaan yang Allah kurniakan hanya buat wanita.

Bukan sekadar itu. Wanita juga dimuliakan dengan suaminya. Tetapi bagaimana? Dalam sebuah riwayat dituturkan, bahwasanya Ibnu ‘Abbas berkata:

“Sesungguhnya seorang perempuan telah datang kepada Rasulullah, lalu ia berkata:
‘Wahai Rasulullah, saya ini utusan dari kaum perempuan untuk menemuimu. Jihad ini diwajibkan Allah kepada kaum laki-laki. Jika mereka menang, mereka mendapat pahala, dan jika mereka terbunuh, mereka tetap hidup di sisi Tuhan mereka, dan mendapat ganjaran. Sedangkan kami kaum perempuan hanya membantu mereka. Maka, apa bahagian kami dalam hal in?’ Rasulullah Saw menjawab, ‘Sampaikanlah kepada perempuan-perempuan yang kamu temui, bahwa taat kepada suami dan mengakui hak-haknya adalah sama dengan itu (jihad di jalan Allah)’.”
(Fiqh Sunnah, Sayyid Sabiq)


Wanita Juga ‘Rijal’
Jika anda wanita, anda juga boleh menjadi rijal. Sejarah telah membuktikan bagaimana peranan Khadijah di sisi Rasulullah. Beliaulah suara pertama dari kaum wanita dalam menguatkan dakwah dan risalah Muhammad saw. Ketika baginda Rasulullah baru menerima wahyu, beliau menguatkan Rasulullah dengan kata-katanya:
“Demi Allah, Tuhan tidak akan mengecewakan engkau sama sekali. Sesungguhnya engkau menghubungkan silaturrahim, menghubungkan keluarga dan mengangkat beban berat, memberi kepada orang yang memerlukan, menerima dan menghormati tetamu, serta menolong orang-orang yang susah”
Wanita pertama sebagai syuhada adalah Ummu Amr bin Yasir yang bernama Sumayyah. Beliau dan suaminya disiksa, agar mereka keluar dari agama Islam. Tetapi mereka tetap bertahan dan sabar, sehingga dia mati syahid bersama suaminya.
Besarnya peranan seorang wanita ketika hijrah Rasulullah, Asma’ bintu Abu Bakr. Dalam keadaan beliau sedang sarat mengandung, merentas padang pasir menghantar makanan buat baginda ar-Rasul. Menahan perit tamparan Abu Jahal, demi mempertahankan agama Allah. Beliau juga merupakan ibu kepada seorang ‘rijal’ yang berjaya melakar nama dalam sejarah Islam, ‘Abdullah Ibnu Zubair.


Jadilah Wanita ‘Rijal’
Seandainya seorang wanita itu mengangkat dirinya dengan Islam, beramal untuk Islam, dia boleh menjadi aset yang sangat penting dalam usaha mengembalikan khilafah di bumi Allah ini. Namun jika wanita itu merendahkan dirinya dengan melakukan kerosakan di bumi ini, dia boleh menjadi punca jatuhnya ummat tersebut.

‘Rijal’ atau tidak seorang wanita itu bergantung pada dirinya sendiri. Samada dia mahu menjadi seorang wanita ‘rijal’ atau sebaliknya. Namun, ia bukanlah satu perkara yang mudah. Memerlukan persiapan yang rapi serta tarbiyah yang teliti.
Oleh itu, marilah kita sama-sama mempersiapkan diri kita untuk menjadi seorang isteri, ibu, serta wanita yang berhati ‘rijal’ sodiq (benar). Jadilah bukan sekadar wanita…

pesan-pesan untuk para istri

Anas berkata, “Para Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam jika menyerahkan seorang wanita kepada suaminya, maka mereka memerintahkan isteri agar berkhidmat kepada suaminya dan memelihara haknya.”

Ummu Humaid berkata, “Para wanita Madinah, jika hendak menyerahkan seorang wanita kepada suaminya, pertama-tama mereka datang kepada ‘Aisyah dan memasukkannya di hadapannya, lalu dia meletakkan tangannya di atas kepalanya seraya mendo’akannya dan memerintahkannya agar bertakwa kepada Allah serta memenuhi hak suami”[1]

‘Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib berwasiat kepada puterinya, “Janganlah engkau cemburu, sebab itu adalah kunci perceraian, dan janganlah engkau suka mencela, karena hal itu menimbulkan kemurkaan. Bercelaklah, karena hal itu adalah perhiasan paling indah, dan farfum yang paling baik adalah air.”

Abud Darda' berkata kepada isterinya, “Jika engkau melihatku marah, maka redakanlah kemarahanku. Jika aku melihatmu marah kepadaku, maka aku meredakanmu. Jika tidak, kita tidak harmonis.”

Ambillah pemaafan dariku, maka engkau melanggengkan cintaku.
Janganlah engkau berbicara dengan keras sepertiku, ketika aku sedang marah
Janganlah menabuhku (untuk memancing kemarahan) seperti engkau menabuh rebana, sekalipun
Sebab, engkau tidak tahu bagaimana orang yang ditinggal pergi

Janganlah banyak mengeluh sehingga melenyapkan dayaku
Lalu hatiku enggan terhadapmu; sebab hati itu berbolak-balik

Sesungguhnya aku melihat cinta dan kebencian dalam hati
Jika keduanya berhimpun, maka cinta pasti akan pergi

‘Amr bin Hajar, Raja Kindah, meminang Ummu Ayyas binti ‘Auf. Ketika dia akan dibawa kepada suaminya, ibunya, Umamah binti al-Haris menemui puterinya lalu berpesan kepadanya dengan suatu pesan yang menjelaskan dasar-dasar kehidupan yang bahagia dan kewajibannya kepada suaminya yang patut menjadi undang-undang bagi semua wanita. Ia berpesan:

“Wahai puteriku, engkau berpisah dengan suasana yang darinya engkau keluar, dan engkau beralih pada kehidupan yang di dalamnya engkau naik untuk orang yang lalai dan membantu orang yang berakal. Seandainya wanita tidak membutuhkan suami karena kedua orang tuanya masih cukup dan keduanya sangat membutuhkanya, niscaya akulah orang yang paling tidak membutuhkannya. Tetapi kaum wanita diciptakan untuk laki-laki, dan karena mereka pula laki-laki diciptakan.

Wahai puteriku, sesungguhnya engkau berpisah dengan suasana yang darinya engkau keluar dan engkau berganti kehidupan, di dalamnya engkau naik kepada keluarga yang belum engkau kenal dan teman yang engkau belum terbiasa dengannya. Ia dengan kekuasaannya menjadi pengawas dan raja atasmu, maka jadilah engkau sebagai abdi, niscaya ia menjadi abdimu pula. Peliharalah untuknya 10 perkara, niscaya ini akan menjadi kekayaan bagimu.

Pertama dan kedua, tunduk kepadanya dengan qana’ah (merasa cukup), serta mendengar dan patuh kepadanya.

Ketiga dan keempat, memperhatikan mata dan hidungnya. Jangan sampai matanya melihat suatu keburukan darimu, dan jangan sampai mencium darimu kecuali aroma yang paling harum.

Kelima dan keenam, memperhatikan tidur dan makannya. Karena terlambat makan akan bergejolak dan menggagalkan tidur itu membuat orang marah.

Ketujuh dan kedelapan, menjaga hartanya dan memelihara keluarga dan kerabatnya. Inti perkara berkenaan dengan harta ialah menghargainya dengan baik, sedangkan berkenaan dengan keluarga ialah mengaturnya dengan baik.

Kesembilan dan kesepuluh, jangan menentang perintahnya dan jangan menyebarkan rahasianya. Karena jika engkau menyelisihi perintahnya, maka hatinya menjadi kesal dan jika engkau menyebarkan rahasianya, maka engkau tidak merasa aman terhadap pengkhianatannya. Kemudian janganlah engkau bergembira di hadapannya ketika dia bersedih, dan jangan pula bersedih di hadapannya ketika dia bergembira”[2]

Seseorang menikahkan puterinya dengan keponakannya. Ketika ia hendak membawanya, maka dia berkata kepada ibunya, “Perintahkan kepada puterimu agar tidak singgah di kediaman (suaminya) melainkan dalam keadaan telah mandi. Sebab, air itu dapat mencemerlangkan bagian atas dan membersihkan bagian bawah. Dan janganlah ia terlalu sering mencumbuinya. Sebab jika badan lelah, maka hati menjadi lelah. Jangan pula menghalangi syahwatnya, sebab keharmonisan itu terletak dalam kesesuaian.

Ketika al-Farafishah bin al-Ahash membawa puterinya, Nailah, kepada Amirul Mukminin ‘Utsman bin ‘Affan Radhitallahu ‘anhu, dan beliau telah menikahinya, maka ayahnya menasihatinya dengan ucapannya, “Wahai puteriku, engkau didahulukan atas para wanita dari kaum wanita Quraisy yang lebih mampu untuk berdandan darimu, maka peliharalah dariku dua hal ini : bercelaklah dan mandilah, sehingga aromamu adalah aroma bejana yang terguyur hujan.”

Abul Aswad berkata kepada puterinya, “Jangalah engkau cemburu, sebab kecemburuan itu adalah kunci perceraian. Berhiaslah, dan sebaik-baik perhiasan ialah celak. Pakailah wewangian, dan sebaik-baik wewangian ialah menyempurnakan wudhu.’”

Ummu Ma’ashirah menasihati puterinya dengan nasihat berikut ini yang telah diramunya dengan senyum dan air matanya: “Wahai puteriku, engkau akan memulai kehidupan yang baru… Suatu kehidupan yang tiada tempat di dalamnya untuk ibumu, ayahmu, atau untuk seorang pun dari saudaramu. Engkau akan menjadi teman bagi seorang pria yang tidak ingin ada seorangpun yang menyekutuinya berkenaan denganmu hingga walaupun ia berasal dari daging dan darahmu. Jadilah engkau sebagai isteri, wahai puteriku, dan jadilah engkau sebagai ibu baginya. Jadikanlah ia merasa bahwa engkau adalah segalanya dalam kehidupannya dan segalanya dalam dunianya. Ingatlah selalu bahwa suami itu anak-anak yang besar, jarang sekali kata-kata manis yang membahagiakannya. Jangan engkau menjadikannya merasa bahwa dengan dia menikahimu, ia telah menghalangimu dari keluargamu.

Perasaan ini sendiri juga dirasakan olehnya. Sebab, dia juga telah meninggalkan rumah kedua orang tuanya dan meninggalkan keluarganya karenamu. Tetapi perbedaan antara dirimu dengannya ialah perbedaan antara wanita dan laki-laki. Wanita selalu rindu kepada keluarganya, kepada rumahnya di mana dia dilahirkan, tumbuh menjadi besar dan belajar. Tetapi dia harus membiasakan dirinya dalam kehidupan yang baru ini. Ia harus mencari hakikat hidupnya bersama pria yang telah menjadi suami dan ayah bagi anak-anaknya. Inilah duniamu yang baru, wahai puteriku. Inilah masa kini dan masa depanmu. Inilah mahligaimu, di mana kalian berdua bersama-sama menciptakannya.

Adapun kedua orang tuamu adalah masa lalu. Aku tidak memintamu melupakan ayah dan ibumu serta saudara-saudaramu, karena mereka tidak akan melupakanmu selama-lamanya. Wahai sayangku, bagaimana mungkin ibu akan lupa belahan hatinya? Tetapi aku meminta kepadamu agar engkau mencintai suamimu, mendampingi suamimu, dan engkau bahagia dengan kehidupanmu bersamanya.”

Diriwayatkan bahwa Ibnu Abi ‘Udzr ad-Du'ali -pada hari-hari pemerintahan ‘Umar Radhiyallahu ‘anhu- menceraikan wanita-wanita yang dinikahinya. Sehingga muncullah kepadanya beberapa peristiwa yang tidak disukainya berkenaan dengan para wanita tersebut dari hal itu. Ketika dia mengetahui hal itu, maka dia memegang tangan ‘Abdullah bin al-Arqam sehingga membawanya ke rumahnya. Kemudian dia berkata kepada isterinya: “Aku memintamu bersumpah demi Allah, apakah engkau benci kepadaku?” Ia menjawab, “Jangan memintaku bersumpah demi Allah.” Dia mengatakan, “Aku memintamu bersumpah demi Allah.” Ia menjawab, “Ya.”

Kemudian dia berkata kepada Ibnul Arqam, “Apakah engkau dengar?” Kemudian keduanya bertolak hingga sampai kepada ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu ‘anhu lalu mengatakan, “Kalian mengatakan bahwa aku menzhalimi kaum wanita dan menceraikan mereka. Bertanyalah kepada al-Arqam.” Lalu ‘Umar bertanya kepadanya dan mengabarkannya. Lalu beliau mengirim utusan kepada isteri Ibnu Abi ‘Udzrah (untuk datang kepada ‘Umar). Ia pun datang bersama bibinya, lalu ‘Umar bertanya, “Engkaukah yang bercerita kepada suamimu bahwa engkau marah kepadanya?” Ia menjawab, “Aku adalah orang yang mula-mula bertaubat dan menelaah kembali perintah Allah kepadaku. Ia memintaku bersumpah dan aku takut berdosa bila berdusta, apakah aku boleh berdusta, wahai Amirul Mukminin?” Dia menjawab, “Ya, berdustalah. Jika salah seorang dari kalian tidak menyukai salah seorang dari kami, janganlah menceritakan hal itu kepadanya. Sebab, jarang sekali rumah yang dibangun di atas dasar cinta, tetapi manusia hidup dengan Islam dan mencari pahala”[3]

Kepada setiap muslimah yang memenuhi hak-hak suaminya dan takut terhadap murka Rabb-nya karena dia mengetahui hak suaminya atasnya! Inilah contoh sebagian pria yang mensifati isterinya yang tidak mengetahui hak suaminya dan tidak pula memelihara kebaikannya. Ia tidak mempercantik diri dan tidak berdandan untuknya, serta bermulut kasar. Ia mensifatinya dengan sifat yang membuat hati bergetar dan telinga terngiang-ngiang. Camkanlah sehingga engkau tidak jatuh ke tempat yang menggelincirkan ini.

INDAHNYA CINTA ALLAH

Manusia tidak akan mampu menjalani hidup tanpa cinta. Tanpa cinta, kehidupan akan gersang, hati menjadi keras. Selayaknya manusia hidup dengan perasaan cinta kasih. Manusia yang kehilangan perasaan cinta, biasanya kehilangan gairah hidup. Semakin besar rasa cinta, semakin kencang pula denyut nadi kehidupan. Cinta akan menambah denyut kehidupan manusia, kehidupannya menjadi lebih baik dan dipenuhi kasih sayang.

Lantas apa yang kita cintai? Apa yang manusia sukai?

Manusia mencintai harta, tetapi harta tersebut akan hancur binasa. Ketika menghadapi ajal, kita akan meninggalkan harta. Manusia mencintai tahta dan kekuasaan, hal itu pun akan hancur atau berganti. Laki-laki yang tergila-gila pada wanita dan wanita tergila-gila pada laki-laki. Itu hanya dorongan syahwat. Ia akan hilang, atau berakhir dengan tragedi. Jika bukan cinta karena Allah, itu hanya rayuan, lenyap tak berbekas, berakhir dengan kematian salah satu pecinta, atau akan hancur karena pengkhianatan. Cinta yang harus kita cari ialah cinta yang kekal dan tak akan binasa. Cinta yang menambah kekuatan kita tidak takut akan berakhir dengan kekerasan, penentangan, pengkhianatan. Ya, cinta yang abadi.

Apakah kita mencintai Allah SWT dengan sesungguhnya? Apakah mencintai Allah SWT itu kewajiban atau kurnia? Apakah kita lebih mencintai anak-anak kita atau Allah SWT? Apakah kita lebih mencintai suami atau isteri kita daripada Allah SWT?

Sahabat dan saudaraku, kita cuba merenungkan dan memikirkan ayat ini, “Katakanlah : Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saidaraku, isteri-isteri, kaum keluargamu,harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya,dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada RasulNya, dan dari berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. At-Taubah : 24).

Dalam ayat ini, Allah SWT telah melukiskan sebuah gambaran seandainya saja ada 8 jenis rasa cinta di satu sisi timbangan, dan di sisi lainnya berisi rasa cinta kepadaNya, kemudian keduanya ditimbang. Jika 8 hal itu lebih berat, walaupun hanya serambut atau seatom saja, maka bersiaplah menunggu apa yang akan kita peroleh. Ayat ini bukan seruan untuk meninggalkannya, tetapi untuk membandingkan. Allah SWT tidak hanya memerintahkan agar kita mampu membezakan kejujuran dari kebohongan yang kita lakukan. Ayat ini sejatinya sangat keras menyindir kita sebagai muslim.

Sahabatku, saudaraku, Allah SWT telah menciptakan manusia agar ia mengenal dan mencintaiNya. Maka, apakah masuk akal kalau kita menjadi sibuk dengan hal cabang dan melupakan hal pokok? Dia-lah yang telah memberikan kita kemampuan untuk mencintai suami, isteri , anak, harta, dan keluarga kita. Dia-lah yang telah menumbuhkan rasa cinta di hati kita, lalu memberitahu bahwa yang utama adalah kita harus mencintaiNya.

Cintailah Allah sebesar nikmat yang Dia berikan pada kita.
Cintailah Allah kerana kesempurnaanNya
Cintailah Allah kerana karuniaNya pada kita.
Cintailah Allah kerana kelembutanNya pada kita.
Cintailah Allah kerana hidayahNya pada kita.
Cintailah Allah kerana Ia telah mengutus seorang rasul pada kita.

Kita janganlah mengaku mencintai Allah SWT dengan ucapan semata, tetapi buktikanlah melalui perbuatan kita. Kita bisa mengatakan apa saja, baik itu benar atau bohong, namun yang benar adalah perbuatan. Jadi, sebenarnya, sampai manakah darjat cinta kita??

surat cinta untuk jiwa

Surat ini ku tujukan untuk diriku sendiri
serta sahabat-sahabat tercintaku
yang insyaAllah tetap mencintai Allah dan Rasul-Nya di atas segalany, kerana hanya cinta itu yang dapat mengalahkan segalanya, cinta hakiki yang membuat manusia melihat segalanya dari sudut pandangan yang berbeza,
lebih bermakna dan indah..

Surat ini ku tujukan untuk hatiku
dan hati sahabat-sahabat tercintaku
yang kerap kali terisi oleh cinta selain dari-Nya,
yang mudah sekali terlena oleh indahnya dunia,
yang terkadang melakukan segalanya bukan kerana-Nya,
lalu di ruang hatinya yang kelam merasa senang
jika dilihat dan dipuji orang,
entah di mana keikhlasannya.
Maka saat merasakan kekecewaan dan kelelahan
kerana perkara yang dilakukan tidak sepenuhnya berlandaskan keikhlasan, padahal Allah tidak pernah menanyakan hasil.
Dia akan melihat kesungguhan dalam berproses..

Surat ini ku tujukan pula untuk jiwaku
serta jiwa sahabat-sahabat tercintaku
yang mulai lelah menapak jalan-Nya
ketika seringkali mengeluh, merasa dibebani
bahkan terpaksa untuk menjalankan tugas yang sangat mulia. Padahal tiada kesakitan, kelelahan serta kepayahan yang dirasakan oleh seorang hamba
melainkan Allah akan mengampuni dosa-dosanya..

Surat ini ku tujukan untuk ruh-ku
dan ruh sahabat-sahabat tercintaku
yang mulai terkikis oleh dunia yang menipu,
serta membiarkan fitrahnya tertutup oleh maksiat yang dinikmati, lalu di manakah kejujuran diletakkan?
Dan kini terabailah sudah nurani yang bersih,
saat ibadah hanyalah sebagai rutin belaka,
saat jasmani dan fikiran disibukkan oleh dunia,
saat wajah menampakkan kebahagiaan yang penuh kepalsuan.
Cuba lihat disana!
Hatimu menangis dan meranakah?..

Surat ini ku tujukan untuk diriku
dan diri sahabat-sahabat tercintaku yang sombong,
yang terkadang bangga pada dirinya sendiri.
Sungguh tiada satu pun yang membuat kita lebih di hadapan-Nya selain ketakwaan..
Padahal kita menyedari bahawa tiap-tiap jiwa akan merasakan mati, namun kita masih bergelut terus dengan kefanaan..

Surat ini ku tujukan untuk hatiku
dan hati sahabat-sahabat tercintaku yang mulai mati,
saat tiada getar ketika asma Allah disebut,
saat tiada sesal ketika kebaikan berlalu begitu sahaja,
saat tiada rasa takut pada-Nya ketika maksiat dilakukan,
dan tiada merasa berdosa ketika menzalimi diri sendiri dan orang lain..

Akhirnya surat ini ku tujukan untuk jiwa yang masih memiliki cahaya..
meskipun sedikit, jangan biarkan cahaya itu padam.
Maka terus kumpulkan cahaya itu hingga ia dapat menerangi wajah-wajah di sekeliling, memberikan keindahan Islam, yang sesungguhnya hanya dengan kekuatan dari-Nya, "Ya..Allah yang maha membolak-balikkan hati, tetapkan hati ini pada agama-MU, pada taat kepada-Mu dan dakwah di jalan-Mu"..

oh........... Ibuku ......

Cintailah Ibumu....


” JIKA KAMU MENCINTAI IBU MU”


Hubungilah dia sekarang, peluk dia, Katakan segera bahwa engkau mencintainya-menyayanginya sepenuh hati. buatlah hati beliau menangis dan berfikir bahwa cinta anak kepada Ibunya sangat mulia setelah cinta manusia kepada Tuhan (Rabb) dan RasulNya.....birrul walidain...!!!!!!

Apakah Kamu Menyayangi Ibumu?

* Waktu kamu berumuran 1 tahun , dia menyuapi dan memandikanmu …. sebagai balasannya … kau menangis sepanjang malam.
* Waktu kamu berumur 2 tahun , dia mengajarimu bagaimana cara berjalan .. sebagai balasannya …… kamu kabur waktu dia memanggilmu.
* Waktu kamu berumur 3 tahun, dia memasak semua makananmu dengan kasih sayang .. sebagai balasannya …. kamu buang piring berisi makananmu ke lantai.
* Waktu kamu berumur 4 tahun, dia memberimu pensil warna … sebagai balasannya .. kamu corat coret tembok rumah dan meja makan.
* Waktu kamu berumur 5 tahun, dia membelikanmu baju-baju mahal dan indah..sebagai balasannya …. kamu memakainya bermain di kubangan lumpur.
* Waktu berumur 6 tahun, dia mengantarmu pergi ke s eko lah … sebagai balasannya … kamu berteriak “NGGAK MAU .!”
* Waktu berumur 7 tahun, dia membelikanmu bola …. sebagai balasannya .kamu melemparkan bola ke jendela tetangga.
* Waktu berumur 8 tahun, dia memberimu es krim … sebagai balasannya…kamu tumpahkan dan mengotori seluruh bajumu.
* Waktu kamu berumur 9 tahun , dia membayar mahal untuk kursus-kursusmu .sebagai balasannya …. kamu sering bolos dan sama sekali nggak mau belajar.
* Waktu kamu berumur 10 tahun, dia mengantarmu kemana saja, dari kolam renang sampai pesta ulang tahun .. sebagai balasannya .. kamu melompat keluar mobil tanpa memberi salam.
* Waktu kamu berumur 11 tahun, dia mengantar kamu dan temen-temen kamu kebioskop … sebagai balasannya … kamu minta dia duduk di barisan lain.
* Waktu kamu berumur 12 tahun, dia melarangmu melihat acara tv khusus untuk orang dewasa … sebagai balasannya …. kamu tunggu sampai dia keluar rumah.
* Waktu kamu berumur 13 tahun, dia menyarankanmu untuk memotong rambut karena sudah waktunya… sebagai balasannya.. kamu bilang dia tidak tahu mode.
* Waktu kamu berumur 14 tahun, dia membayar biaya untuk kemahmu selama liburan .. sebagai balasannya ….. kamu nggak pernah menelponnya.
* Waktu kamu berumur 15 tahun, pulang kerja dia ingin memelukmu …sebagai balasannya … kamu kunci pintu kamarmu.
* Waktu kamu berumur 16 tahun, dia mengajari kamu mengemudi mobil ….sebagai balasannya …. kamu pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa mempedulikan kepentingannya.
* Waktu kamu berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telpon yang penting … sebagai balasannya …. kamu pakai telpon nonstop semalaman.
* Waktu kamu berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kamu lulus SMA.. sebagai balasannya ….. kamu berpesta dengan teman-temanmu sampai pagi.
* Waktu kamu berumur 19 tahun, dia membayar semua kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama …. sebagai balasannya …. kamu minta diturunkan jauh dari pintu gerbang biar nggak malu sama temen-temen.
* Waktu kamu berumur 20 tahun, dia bertanya “Darimana saja seharian ini?”.. sebagai balasannya … kamu menjawab “Ah, cerewet amat sih, pengen tahu urusan orang.”
* Waktu kamu berumur 21 tahun, dia menyarankanmu satu pekerjaan bagus untuk karier masa depanmu … sebagai balasannya … kamu bilang “Aku nggak mau seperti kamu…”
* Waktu kamu berumur 22 tahun, dia memelukmu dan haru waktu kamu lulus perguruan tinggi … sebagai balasanmu … kamu nanya kapan kamu bisa main ke luar negeri.
* Waktu kamu berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1 set furniture untuk rumah barumu … sebagai balasannya … kamu ceritain ke temanmu betapa jeleknya furniture itu.
* Waktu kamu berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencana di masa depan …. sebagai balasannya … kamu mengeluh “Aduh gimana sih kok bertanya seperti itu.”
* Waktu kamu berumur 25 tahun, dia membantumu membiayai pernikahanmu .. sebagai balasannya … kamu pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.
* Waktu kamu berumur 30 tahun, dia memberimu nasehat bagaimana merawat bayimu … sebagai balasannya …. kamu katakan “Sekarang jamannya sudah beda.”
* Waktu kamu berumur 40 tahun , dia menelponmu untuk memberitahu pesta salah satu saudara dekatmu .. sebagai balasannya kamu jawab “Aku sibuk sekali, nggak ada waktu.”
* Waktu kamu berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu … sebagai balasannya …. kamu baca tentang pengaruh negatif orang tua yang numpang tinggal di rumah anaknya
* dan hingga SUATU HARI, dia meninggal dengan tenang … dan tiba-tiba kamu teringat semua yang belum pernah kamu lakukan, … dan itu menghantam HATIMU bagaikan pukulan godam.

MAKA ..
JIKA ORANGTUAMU MASIH ADA … BERIKANLAH KASIH SAYANG DAN PERHATIAN LEBIH DARI YANG PERNAH KAMU BERIKAN SELAMA INI.
JIKA ORA NG TUAMU SUDAH TIADA … INGATLAH KASIH SAYANG DAN CINTANYA YANG TELAH DIBERIKANNYA DENGAN TULUS TANPA SYARAT KEPADAMU.

AGAR PERNIKAHAN MEMBAWA BERKAH

Di saat seseorang melaksanakan aqad pernikahan, maka ia akan mendapatkan banyak ucapan do’a dari para undangan dengan do’a keberkahan sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW; “Semoga Allah memberkahimu, dan menetapkan keberkahan atasmu, dan mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan.” Do’a ini sarat dengan makna yang mendalam, bahwa pernikahan seharusnya akan mendatangkan banyak keberkahan bagi pelakunya. Namun kenyataannya, kita mendapati banyak fenomena yang menunjukkan tidak adanya keberkahan hidup berumah tangga setelah pernikahan, baik di kalangan masyarakat umum maupun di kalangan keluarga du’at (kader dakwah). Wujud ketidakberkahan dalam pernikahan itu bisa dilihat dari berbagai segi, baik yang bersifat materil ataupun non materil.

Munculnya berbagai konflik dalam keluarga tidak jarang berawal dari permasalahan ekonomi. Boleh jadi ekonomi keluarga yang selalu dirasakan kurang kemudian menyebabkan menurunnya semangat beramal/beribadah. Sebaliknya mungkin juga secara materi sesungguhnya sangat mencukupi, akan tetapi melimpahnya harta dan kemewahan tidak membawa kebahagiaan dalam pernikahannya.
Seringkali kita juga menemui kenyataan bahwa seseorang tidak pernah berkembang kapasitasnya walau pun sudah menikah. Padahal seharusnya orang yang sudah menikah kepribadiannya makin sempurna; dari sisi wawasan dan pemahaman makin luas dan mendalam, dari segi fisik makin sehat dan kuat, secara emosi makin matang dan dewasa, trampil dalam berusaha, bersungguh-sungguh dalam bekerja, dan teratur dalam aktifitas kehidupannya sehingga dirasakan manfaat keberadaannya bagi keluarga dan masyarakat di sekitarnya.

Realitas lain juga menunjukkan adanya ketidakharmonisan dalam kehidupan keluarga, sering muncul konflik suami isteri yang berujung dengan perceraian. Juga muncul anak-anak yang terlantar (broken home) tanpa arahan sehingga terperangkap dalam pergaulan bebas dan narkoba. Semua itu menunjukkan tidak adanya keberkahan dalam kehidupan berumah tangga.

Memperhatikan fenomena kegagalan dalam menempuh kehidupan rumah tangga sebagaimana tersebut di atas, sepatutnya kita melakukan introspeksi (muhasabah) terhadap diri kita, apakah kita masih konsisten (istiqomah) dalam memegang teguh rambu-rambu berikut agar tetap mendapatkan keberkahan dalam meniti hidup berumah tangga ?

1. Meluruskan niat/motivasi (Ishlahun Niyat)

Motivasi menikah bukanlah semata untuk memuaskan kebutuhan biologis/fisik. Menikah merupakan salah satu tanda kebesaran Allah SWT sebagaimana diungkap dalam Alqur’an (QS. Ar Rum:21), sehingga bernilai sakral dan signifikan. Menikah juga merupakan perintah-Nya (QS. An-Nur:32) yang berarti suatu aktifitas yang bernilai ibadah dan merupakan Sunnah Rasul dalam kehidupan sebagaimana ditegaskan dalam salah satu hadits : ”Barangsiapa yang dimudahkan baginya untuk menikah, lalu ia tidak menikah maka tidaklah ia termasuk golonganku” (HR.At-Thabrani dan Al-Baihaqi). Oleh karena nikah merupakan sunnah Rasul, maka selayaknya proses menuju pernikahan, tata cara (prosesi) pernikahan dan bahkan kehidupan pasca pernikahan harus mencontoh Rasul. Misalnya saat hendak menentukan pasangan hidup hendaknya lebih mengutamakan kriteria ad Dien (agama/akhlaq) sebelum hal-hal lainnya (kecantikan/ketampanan, keturunan, dan harta); dalam prosesi pernikahan (walimatul ‘urusy) hendaknya juga dihindari hal-hal yang berlebihan (mubadzir), tradisi yang menyimpang (khurafat) dan kondisi bercampur baur (ikhtilath). Kemudian dalam kehidupan berumah tangga pasca pernikahan hendaknya berupaya membiasakan diri dengan adab dan akhlaq seperti yang dicontohkan Rasulullah saw.

Menikah merupakan upaya menjaga kehormatan dan kesucian diri, artinya seorang yang telah menikah semestinya lebih terjaga dari perangkap zina dan mampu mengendalikan syahwatnya. Allah SWT akan memberikan pertolong-an kepada mereka yang mengambil langkah ini; “ Tiga golongan yang wajib Aku (Allah) menolongnya, salah satunya adalah orang yang menikah karena ingin menjaga kesucian dirinya.” (HR. Tarmidzi)

Menikah juga merupakan tangga kedua setelah pembentukan pribadi muslim (syahsiyah islamiyah) dalam tahapan amal dakwah, artinya menjadikan keluarga sebagai ladang beramal dalam rangka membentuk keluarga muslim teladan (usrah islami) yang diwarnai akhlak Islam dalam segala aktifitas dan interaksi seluruh anggota keluarga, sehingga mampu menjadi rahmatan lil ‘alamin bagi masyarakat sekitarnya. Dengan adanya keluarga-keluarga muslim pembawa rahmat diharapkan dapat terwujud komunitas dan lingkungan masyarakat yang sejahtera.

2. Sikap saling terbuka (Mushorohah)

Secara fisik suami isteri telah dihalalkan oleh Allah SWT untuk saling terbuka saat jima’ (bersenggama), padahal sebelum menikah hal itu adalah sesuatu yang diharamkan. Maka hakikatnya keterbukaan itu pun harus diwujudkan dalam interaksi kejiwaan (syu’ur), pemikiran (fikrah), dan sikap (mauqif) serta tingkah laku (suluk), sehingga masing-masing dapat secara utuh mengenal hakikat kepribadian suami/isteri-nya dan dapat memupuk sikap saling percaya (tsiqoh) di antara keduanya.
Hal itu dapat dicapai bila suami/isteri saling terbuka dalam segala hal menyangkut perasaan dan keinginan, ide dan pendapat, serta sifat dan kepribadian. Jangan sampai terjadi seorang suami/isteri memendam perasaan tidak enak kepada pasangannya karena prasangka buruk, atau karena kelemahan/kesalahan yang ada pada suami/isteri. Jika hal yang demikian terjadi hal yang demikian, hendaknya suami/isteri segera introspeksi (bermuhasabah) dan mengklarifikasi penyebab masalah atas dasar cinta dan kasih sayang, selanjutnya mencari solusi bersama untuk penyelesaiannya. Namun apabila perasaan tidak enak itu dibiarkan maka dapat menyebabkan interaksi suami/isteri menjadi tidak sehat dan potensial menjadi sumber konflik berkepanjangan.

3. Sikap toleran (Tasamuh)

Dua insan yang berbeda latar belakang sosial, budaya, pendidikan, dan pengalaman hidup bersatu dalam pernikahan, tentunya akan menimbulkan terjadinya perbedaan-perbedaan dalam cara berfikir, memandang suatu permasalahan, cara bersikap/bertindak, juga selera (makanan, pakaian, dsb). Potensi perbedaan tersebut apabila tidak disikapi dengan sikap toleran (tasamuh) dapat menjadi sumber konflik/perdebatan. Oleh karena itu masing-masing suami/isteri harus mengenali dan menyadari kelemahan dan kelebihan pasangannya, kemudian berusaha untuk memperbaiki kelemahan yang ada dan memupuk kelebihannya. Layaknya sebagai pakaian (seperti yang Allah sebutkan dalam QS. Albaqarah:187), maka suami/isteri harus mampu mem-percantik penampilan, artinya berusaha memupuk kebaikan yang ada (capacity building); dan menutup aurat artinya berupaya meminimalisir kelemahan/kekurangan yang ada.

Prinsip “hunna libasullakum wa antum libasullahun (QS. 2:187) antara suami dan isteri harus selalu dipegang, karena pada hakikatnya suami/isteri telah menjadi satu kesatuan yang tidak boleh dipandang secara terpisah. Kebaikan apapun yang ada pada suami merupakan kebaikan bagi isteri, begitu sebaliknya; dan kekurangan/ kelemahan apapun yang ada pada suami merupakan kekurangan/kelemahan bagi isteri, begitu sebaliknya; sehingga muncul rasa tanggung jawab bersama untuk memupuk kebaikan yang ada dan memperbaiki kelemahan yang ada.

Sikap toleran juga menuntut adanya sikap mema’afkan, yang meliputi 3 (tiga) tingkatan, yaitu: (1) Al ‘Afwu yaitu mema’afkan orang jika memang diminta, (2) As-Shofhu yaitu mema’afkan orang lain walaupun tidak diminta, dan (3) Al-Maghfirah yaitu memintakan ampun pada Allah untuk orang lain. Dalam kehidupan rumah tangga, seringkali sikap ini belum menjadi kebiasaan yang melekat, sehingga kesalahan-kesalahan kecil dari pasangan suami/isteri kadangkala menjadi awal konflik yang berlarut-larut. Tentu saja “mema’afkan” bukan berarti “membiarkan” kesalahan terus terjadi, tetapi mema’afkan berarti berusaha untuk memberikan perbaikan dan peningkatan.

4. Komunikasi (Musyawarah)

Tersumbatnya saluran komunikasi suami-isteri atau orang tua-anak dalam kehidupan rumah tangga akan menjadi awal kehidupan rumah tangga yang tidak harmonis. Komunikasi sangat penting, disamping akan meningkatkan jalinan cinta kasih juga menghindari terjadinya kesalahfahaman.
Kesibukan masing-masing jangan sampai membuat komunikasi suami-isteri atau orang tua-anak menjadi terputus. Banyak saat/kesempatan yang bisa dimanfaatkan, sehingga waktu pertemuan yang sedikit bisa memberikan kesan yang baik dan mendalam yaitu dengan cara memberikan perhatian (empati), kesediaan untuk mendengar, dan memberikan respon berupa jawaban atau alternatif solusi. Misalnya saat bersama setelah menunaikan shalat berjama’ah, saat bersama belajar, saat bersama makan malam, saat bersama liburan (rihlah), dan saat-saat lain dalam interaksi keseharian, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan memanfaatkan sarana telekomunikasi berupa surat, telephone, email, dsb.

Alqur’an dengan indah menggambarkan bagaimana proses komunikasi itu berlangsung dalam keluarga Ibrahim As sebagaimana dikisahkan dalam QS.As-Shaaffaat:102, yaitu : “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata; Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu, Ia menjawab; Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.

Ibrah yang dapat diambil dalam kisah tersebut adalah adanya komunikasi yang timbal balik antara orang tua-anak, Ibrahim mengutarakan dengan bahasa dialog yaitu meminta pendapat pada Ismail bukan menetapkan keputusan, adanya keyakinan kuat atas kekuasaan Allah, adanya sikap tunduk/patuh atas perintah Allah, dan adanya sikap pasrah dan tawakkal kepada Allah; sehingga perintah yang berat dan tidak logis tersebut dapat terlaksana dengan kehendak Allah yang menggantikan Ismail dengan seekor kibas yang sehat dan besar.

5. Sabar dan Syukur

Allah SWT mengingatkan kita dalam Alqur’an surat At Taghabun ayat 14: ”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka. Dan jika kamu mema’afkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Peringatan Allah tersebut nyata dalam kehidupan rumah tangga dimana sikap dan tindak tanduk suami/istri dan anak-anak kadangkala menunjukkan sikap seperti seorang musuh, misalnya dalam bentuk menghalangi-halangi langkah dakwah walaupun tidak secara langsung, tuntutan uang belanja yang nilainya di luar kemampuan, menuntut perhatian dan waktu yang lebih, prasangka buruk terhadap suami/isteri, tidak merasa puas dengan pelayanan/nafkah yang diberikan isteri/suami, anak-anak yang aktif dan senang membuat keributan, permintaan anak yang berlebihan, pendidikan dan pergaulan anak, dan sebagainya. Jika hal-hal tersebut tidak dihadapi dengan kesabaran dan keteguhan hati, bukan tidak mungkin akan membawa pada jurang kehancuran rumah tangga.

Dengan kesadaran awal bahwa isteri dan anak-anak dapat berpeluang menjadi musuh, maka sepatutnya kita berbekal diri dengan kesabaran. Merupakan bagian dari kesabaran adalah keridhaan kita menerima kelemahan/kekurangan pasangan suami/isteri yang memang diluar kesang-gupannya. Penerimaan terhadap suami/isteri harus penuh sebagai satu “paket”, dia dengan segala hal yang melekat pada dirinya, adalah dia yang harus kita terima secara utuh, begitupun penerimaan kita kepada anak-anak dengan segala potensi dan kecenderungannya. Ibaratnya kesabaran dalam kehidupan rumah tangga merupakan hal yang fundamental (asasi) untuk mencapai keberkahan, sebagaimana ungkapan bijak berikut:“Pernikahan adalah Fakultas Kesabaran dari Universitas Kehidupan”. Mereka yang lulus dari Fakultas Kesabaran akan meraih banyak keberkahan.
Syukur juga merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan berumah tangga. Rasulullah mensinyalir bahwa banyak di antara penghuni neraka adalah kaum wanita, disebabkan mereka tidak bersyukur kepada suaminya.

Mensyukuri rezeki yang diberikan Allah lewat jerih payah suami seberapapun besarnya dan bersyukur atas keadaan suami tanpa perlu membanding-bandingkan dengan suami orang lain, adalah modal mahal dalam meraih keberkahan; begitupun syukur terhadap keberadaan anak-anak dengan segala potensi dan kecenderungannya, adalah modal masa depan yang harus dipersiapkan.

Dalam keluarga harus dihidupkan semangat “memberi” kebaikan, bukan semangat “menuntut” kebaikan, sehingga akan terjadi surplus kebaikan. Inilah wujud tambahnya kenikmatan dari Allah, sebagaimana firmannya: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih (QS. Ibrahim:7).
Mensyukuri kehadiran keturunan sebagai karunia Allah, harus diwujudkan dalam bentuk mendidik mereka dengan pendidikan Rabbani sehingga menjadi keturunan yang menyejukkan hati. Keturunan yang mampu mengemban misi risalah dien ini untuk masa mendatang, maka jangan pernah bosan untuk selalu memanjatkan do’a:

Ya Rabb kami karuniakanlah kami isteri dan keturunan yang sedap dipandang mata, dan jadikanlah kami pemimpin orang yang bertaqwa.
Ya Rabb kami karuniakanlah kami anak-anak yang sholeh.
Ya Rabb kami karuniakanlah kami dari sisi Engkau keturunan yang baik.
Ya Rabb kami karuniakanlah kami dari sisi Engkau keturunan yang Engkau Ridha-i.
Ya Rabb kami jadikanlah kami dan keturunan kami orang yang mendirikan shalat.

Do’a diatas adalah ungkapan harapan para Nabi dan Rasul tentang sifat-sifat (muwashshofat) ketuturunan (dzurriyaat) yang diinginkan, sebagaimana diabadikan Allah dalam Alqur’an (QS. Al-Furqon:74; QS. Ash-Shaafaat:100 ; QS.Al-Imran:38; QS. Maryam: 5-6; dan QS. Ibrahim:40). Pada intinya keturun-an yang diharapkan adalah keturunan yang sedap dipandang mata (Qurrota a’yun), yaitu keturunan yang memiliki sifat penciptaan jasad yang sempurna (thoyyiba), ruhaniyah yang baik (sholih), diridhai Allah karena misi risalah dien yang diperjuangkannya (wali radhi), dan senantiasa dekat dan bersama Allah (muqiimash-sholat).

Demikianlah hendaknya harapan kita terhadap anak, agar mereka memiliki muwashofaat tersebut, disamping upaya (ikhtiar) kita memilihkan guru/sekolah yang baik, lingkungan yang sehat, makanan yang halal dan baik (thoyyib), fasilitas yang memadai, keteladanan dalam keseharian, dsb; hendaknya kita selalu memanjatkan do’a tersebut.

6. Sikap yang santun dan bijak (Mu’asyarah bil Ma’ruf)

Merawat cinta kasih dalam keluarga ibaratnya seperti merawat tanaman, maka pernikahan dan cinta kasih harus juga dirawat agar tumbuh subur dan indah, diantaranya dengan mu’asyarah bil ma’ruf. Rasulullah saw menyatakan bahwa : “Sebaik-baik orang diantara kamu adalah orang yang paling baik terhadap isterinya, dan aku (Rasulullah) adalah orang yang paling baik terhadap isteriku.” (HR.Thabrani & Tirmidzi)

Sikap yang santun dan bijak dari seluruh anggota keluarga dalam interaksi kehidupan berumah tangga akan menciptakan suasana yang nyaman dan indah. Suasana yang demikian sangat penting untuk perkembangan kejiwaan (maknawiyah) anak-anak dan pengkondisian suasana untuk betah tinggal di rumah.

Ungkapan yang menyatakan “Baiti Jannati” (Rumahku Syurgaku) bukan semata dapat diwujudkan dengan lengkapnya fasilitas dan luasnya rumah tinggal, akan tetapi lebih disebabkan oleh suasana interaktif antara suami-isteri dan orang tua-anak yang penuh santun dan bijaksana, sehingga tercipta kondisi yang penuh keakraban, kedamain, dan cinta kasih.

Sikap yang santun dan bijak merupakan cermin dari kondisi ruhiyah yang mapan. Ketika kondisi ruhiyah seseorang labil maka kecenderungannya ia akan bersikap emosional dan marah-marah, sebab syetan akan sangat mudah mempengaruhinya. Oleh karena itu Rasulullah saw mengingatkan secara berulang-ulang agar jangan marah (Laa tagdlob). Bila muncul amarah karena sebab-sebab pribadi, segeralah menahan diri dengan beristigfar dan mohon perlindungan Allah (ta’awudz billah), bila masih merasa marah hendaknya berwudlu dan mendirikan shalat. Namun bila muncul marah karena sebab orang lain, berusahalah tetap menahan diri dan berilah ma’af, karena Allah menyukai orang yang suka mema’afkan. Ingatlah, bila karena sesuatu hal kita telanjur marah kepada anak/isteri/suami, segeralah minta ma’af dan berbuat baiklah sehingga kesan (atsar) buruk dari marah bisa hilang. Sesungguhnya dampak dari kemarahan sangat tidak baik bagi jiwa, baik orang yang marah maupun bagi orang yang dimarahi.

7. Kuatnya hubungan dengan Allah (Quwwatu shilah billah)
Hubungan yang kuat dengan Allah dapat menghasilkan keteguhan hati (kemapanan ruhiyah), sebagaimana Allah tegaskan dalam QS. Ar-Ra’du:28. “Ketahuilah dengan mengingat Allah, hati akan menjadi tenang”. Keberhasilan dalam meniti kehidupan rumah tangga sangat dipengaruhi oleh keteguhan hati/ketenangan jiwa, yang bergantung hanya kepada Allah saja (ta’alluq billah). Tanpa adanya kedekatan hubungan dengan Allah, mustahil seseorang dapat mewujudkan tuntutan-tuntutan besar dalam kehidupan rumah tangga. Rasulullah saw sendiri selalu memanjatkan do’a agar mendapatkan keteguhan hati: “Yaa muqollibal quluub tsabbit qolbiy ‘alaa diinika wa’ala thoo’atika” (wahai yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku untuk tetap konsisten dalam dien-Mu dan dalam menta’ati-Mu).

Keteguhan hati dapat diwujudkan dengan pendekatan diri kepada Allah (taqarrub ila Allah), sehingga ia merasakan kebersamaan Allah dalam segala aktifitasnya (ma’iyatullah) dan selalu merasa diawasi Allah dalam segenap tindakannya (muraqobatullah). Perasaan tersebut harus dilatih dan ditumbuhkan dalam lingkungan keluarga, melalui pembiasaan keluarga untuk melaksanakan ibadah nafilah secara bertahap dan dimutaba’ah bersama, seperti : tilawah, shalat tahajjud, shaum, infaq, do’a, ma’tsurat, dll. Pembiasaan dalam aktifitas tersebut dapat menjadi sarana menjalin keakraban dan persaudaraan (ukhuwah) seluruh anggota keluarga, dan yang penting dapat menjadi sarana mencapai taqwa dimana Allah swt menjamin orang-orang yang bertaqwa, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Ath-Thalaaq: 2-3.
“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan bagi-nya jalan keluar (solusi) dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupi (keperluan) nya.”

Wujud indahnya keberkahan keluarga
Keberkahan dari Allah akan muncul dalam bentuk kebahagiaan hidup berumah tangga, baik kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Kebahagiaan di dunia, boleh jadi tidak selalu identik dengan kehidupan yang mewah dengan rumah dan perabotan yang serba lux. Hati yang selalu tenang (muthma’innah), fikiran dan perasaan yang selalu nyaman adalah bentuk kebahagiaan yang tidak bisa digantikan dengan materi/kemewahan.

Kebahagiaan hati akan semakin lengkap jika memang bisa kita sempurnakan dengan 4 (empat) hal seperti dinyatakan oleh Rasulullah, yaitu : (1) Isteri yang sholihah, (2) Rumah yang luas, (3) Kendaraan yang nyaman, dan (4) Tetangga yang baik.

Kita bisa saja memanfaatkan fasilitas rumah yang luas dan kendaraan yang nyaman tanpa harus memiliki, misalnya di saat-saat rihlah, safar, silaturahmi, atau menempati rumah dan kendaraan dinas. Paling tidak keterbatasan ekonomi yang ada tidak sampai mengurangi kebahagiaan yang dirasakan, karena pemilik hakiki adalah Allah swt yang telah menyediakan syurga dengan segala kenikmatan yang tak terbatas bagi hamba-hamba-Nya yang bertaqwa, dan menjadikan segala apa yang ada di dunia ini sebagai cobaan.

Kebahagiaan yang lebih penting adalah kebahagiaan hidup di akhirat, dalam wujud dijauhkannya kita dari api neraka dan dimasukkannya kita dalam syurga. Itulah hakikat sukses hidup di dunia ini, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Imran : 185

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan kedalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”

Selanjutnya alangkah indahnya ketika Allah kemudian memanggil dan memerintahkan kita bersama-sama isteri/suami dan anak-anak untuk masuk kedalam syurga; sebagaimana dikhabarkan Allah dengan firman-Nya:

“Masuklah kamu ke dalam syurga, kamu dan isteri-isteri kamu digembirakan”. (QS, Az-Zukhruf:70)
“Dan orang-orang yang beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami hubungkan (pertemukan) anak cucu mereka dengan mereka (di syurga), dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. (QS. Ath-Thuur:21).

Inilah keberkahan yang hakiki.[]

Bukan Permata Biasa

Di Madinah ada seorang wanita cantik shalihah lagi bertakwa. Bila malam mulai merayap menuju tengahnya, ia senantiasa bangkit dari tidurnya untuk shalat malam dan bermunajat kepada Allah. Tidak peduli waktu itu musim panas ataupun musim dingin, karena disitulah letak kebahagiaan dan ketentramannya. Yakni pada saat dia khusyu’ berdoa, merendah diri kepada sang Pencipta, dan berpasrah akan hidup dan matinya hanya kepada-Nya.

Dia juga amat rajin berpuasa, meski sedang bepergian. Wajahnya yang cantik makin bersinar oleh cahaya iman dan ketulusan hatinya.

Suatu hari datanglah seorang lelaki untuk meminangnya, konon ia termasuk lelaki yang taat dalam beribadah. Setelah shalat istiharah akhirnya ia menerima pinangan tersebut. Sebagaimana adat kebiasaan setempat, upacara pernikahan dimulai pukul dua belas malam hingga adzan subuh. Namun wanita itu justru meminta selesai akad nikah jam dua belas tepat, ia harus berada di rumah suaminya. Hanya ibunya yang mengetahui rahasia itu. Semua orang ta’jub. Pihak keluarganya sendiri berusaha membujuk wanita itu agar merubah pendiriannya, namun wanita itu tetap pada keinginannya, bahkan ia bersikeras akan membatalkan pernikahan tersebut jika persyaratannya ditolak. Akhirnya walau dengan bersungut pihak keluarga pria menyetujui permintaan sang gadis.

Waktu terus berlalu, tibalah saat yang dinantikan oleh kedua mempelai. Saat yang penuh arti dan mendebarkan bagi siapapun yang akan memulai hidup baru. Saat itu pukul sembilan malam. Doa ‘Barakallahu laka wa baaraka alaika wa jama’a bainakuma fii khairin’ mengalir dari para undangan buat sepasang pengantin baru. Pengantin wanita terlihat begitu cantik. Saat sang suami menemui terpancarlah cahaya dan sinar wudhu dari wajahnya. Duhai wanita yang lebih cantik dari rembulan, sungguh beruntung wahai engkau lelaki, mendapatkan seorang istri yang demikian suci, beriman dan shalihah.

Jam mulai mendekati angka dua belas, sesuai perjanjian saat sang suami akan membawa istri ke rumahnya. Sang suami memegang tangan istrinya sambil berkendara, diiringi ragam perasaan yang bercampur baur menuju rumah baru harapan mereka. Terutama harapan sang istri untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan keikhlasan dan ketakwaan kepada Allah.

Setibanya disana, sang istri meminta ijin suaminya untuk memasuki kamar mereka. Kamar yang ia rindukan untuk membangung mimpi-mimpinya. Dimana di kamar itu ibadah akan ditegakkan dan menjadi tempat dimana ia dan suaminya melaksanakan shalat dan ibadah secara bersama-sama. Pandangannya menyisir seluruh ruangan. Tersenyum diiringi pandangan sang suami mengawasi dirinya.

Senyumnya seketika memudar, hatinya begitu tercekat, bola matanya yang bening tertumbuk pada sebatang mandolin yang tergeletak di sudut kamar. Wanita itu nyaris tak percaya. Ini nyatakah atau hanya fatamorgana? Ya Allah, itu nyanyian? Oh bukan, itu adalah alat musik. Pikirannya tiba-tiba menjadi kacau. Bagaimanakah sesungguhnya kebenaran ucapan orang tentang lelaki yang kini telah menjadi suaminya. Oh…segala angan-angannya menjadi hampa, sungguh ia amat terluka. Hampir saja air matanya tumpah. Ia berulang kali mengucap istighfar, Alhamdulillah ‘ala kulli halin. “Ya bagaimanapun yang dihadapi alhamdulillah. Hanya Allah yang Maha Mengetahui segala kegaiban.”

Ia menatap suaminya dengan wajah merah karena rasa malu dan sedih, serta setumpuk rasa kekhawatiran menyelubung. “Ya Allah, aku harus kuat dan tabah, sikap baik kepada suami adalah jalan hidupku.” Kata wanita itu lirih di lubuk hatinya. Wanita itu berharap, Allah akan memberikan hidayah kepada suaminya melalui tangannya.

Mereka mulai terlibat perbincangan, meski masih dibaluti rasa enggan, malu bercampur bahagia. Waktu terus berlalu hingga malam hampir habis. Sang suami bak tersihir oleh pesona kecantikan sang istri. Ia bergumam dalam hati, “Saat ia sudah berganti pakaian, sungguh kecantikannya semakin berkilau. Tak pernah kubayangkan ada wanita secantik ini di dunia ini.” Saat tiba sepertiga malam terakhir, Allah ta’ala mengirimkan rasa kantuk pada suaminya. Dia tak mampu lagi bertahan, akhirnya ia pun tertidur lelap. Hembusan nafasnya begitu teratur. Sang istri segera menyelimutinya dengan selimut tebal, lalu mengecup keningnya dengan lembut. Setelah itu ia segera terdorong rasa rindu kepada mushalla-nya dan bergegas menuju tempat ibadahnya dengan hati melayang.

Sang suami menuturkan, “Entah kenapa aku begitu mengantuk, padahal sebelumnya aku betul-betul ingin begadang. Belum pernah aku tertidur sepulas ini. Sampai akhirnya aku mendapati istriku tidak lagi disampingku. Aku bangkit dengan mata masih mengantuk untuk mencari istriku. Mungkin ia malu sehingga memilih tidur di kamar lain. Aku segera membuka pintu kamar sebelah. Gelap, sepi tak ada suara sama sekali. Aku berjalan perlahan khawatir membangunkannya. Kulihat wajah bersinar di tengah kegelapan, keindahan yang ajaib dan menggetarkan jiwaku. Bukan keindahan fisik, karena ia tengah berada di peraduan ibadahnya. Ya Allah, sungguh ia tidak meninggalkan shalat malamnya termasuk di malam pengantin. Kupertajam penglihatanku. Ia rukuk, sujud dan membaca ayat-ayat panjang. Ia rukuk dan sujud lama sekali. Ia berdiri di hadapan Rabbnya dengan kedua tangan terangkat. Sungguh pemandangan terindah yang pernah kusaksikan. Ia amat cantik dalam kekhusyu’annya, lebih cantik dari saat memakai pakaian pengantin dan pakaian tidurnya. Sungguh kini aku betul-betul mencintainya, dengan seluruh jiwa ragaku.”

Seusai shalat ia memandang ke arah suaminya. Tangannya dengan lembut memegang tangan suaminya dan membelai rambutnya. Masya Allah, subhanallah, sungguh luar biasa wanita ini. Kecintaannya pada sang suami, tak menghilangkan kecintaannya kepada kekasih pertamanya, yakni ibadah. Ya, ibadah kepada Allah, Rabb yang menjadi kekasihnya. Hingga bulan kedepan wanita itu terus melakukan kebiasaannya, sementara sang suami menghabiskan malam-malamnya dengan begadang, memainkan alat-alat musik yang tak ubahnya begadang dan bersenang-senang. Ia membuka pintu dengan perlahan dan mendengar bacaan Al-Qur’an yang demikian syahdu menggugah hati. Dengan perlahan dan hati-hati ia memasuki kamar sebelah. Gelap dan sunyi, ia pertajam penglihatannya dan melihat istrinya tengah berdoa. Ia mendekatinya dengan lembut tapi cepat. Angin sepoi-sepoi membelai wajah sang istri. Ya Allah, perasaan laki-laki itu bagai terguyur. Apalagi saat mendengar istrinya berdoa sambil menangis. Curahan air matanya bagaikan butiran mutiara yang menghiasi wajah cantiknya.

Tubuh lelaki itu bergetar hebat, kemana selama ini ia pergi, meninggalkan istri yang penuh cinta kasih? Sungguh jauh berbeda dengan istrinya, antara jiwa yang bergelimang dosa dengan jiwa gemerlap di taman kenikmatan, di hadapan Rabbnya.

Lelaki itu menangis, air matanya tak mampu tertahan. Sesaat kemudian adzan subuh. Lelaki itu memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini, ia lantas menunaikan shalat subuh dengan kehusyuan yang belum pernah dilakukan seumur hidupnya.

Inilah buah dari doa wanita shalihah yang selalu memohonkan kebaikan untuk sang suami, sang pendamping hidup.

Beberapa tahun kemudian, segala wujud pertobatan lelaki itu mengalir dalam bentuk ceramah, khutbah, dan nasihat yang tersampaikan oleh lisannya. Ya lelaki itu kini telah menjadi da’i besar di kota Madinah.

Memang benar, wanita shalihah adalah harta karun yang amat berharga dan termahal bagi seorang lelaki bertakwa. Bagi seorang suami, istri shalihah merupakan permata hidupnya yang tak ternilai dan “bukan permata biasa”.

Bukan Cinta Sederhana...

Ada hati, menyimpan beraneka ragam dan rupa rasa. Ada cinta yang mengalirinya, jernih, murni dan memuliakan. Jernih dari nafsu yang menyengsarakan, murni dari noktah noda meski hanya setitik, memuliakan karena tetap pada koridor kefitrahan.

Bukan cinta yang diumbar di pinggir-pinggir jalan setiap malam minggu, bukan cinta yang dilantunkan dalam irama musik-musik jahiliyah, bukan cinta yang ditulis pada syair-syair pelena jiwa, bukan cinta yang hanya melibatkan dua manusia, bukan cinta yang ramai-ramai dirayakan dalam moment-moment terterntu. Bukan! Bukan cinta yang begitu!

Tapi ini cinta yang berakar pada ketaaatan, tapi ini cinta yang berkhidmat pada kata pengabdian, tapi ini cinta yang siap menopang jiwa lain dan jiwa-jiwa baru setelahnya, tapi ini cinta yang menghidupkan, cinta yang memilihara, cinta yang menjaga, cinta yang membahagiakan. Terlebih, Cinta yang mengantarkan ke surgaNya..!

Ada cinta di hati, yang tak kan mencintai dengan cara sederhana apalagi apa adanya. Tapi cinta yang berjuang tuk selalu memberi energi-energi positif pada yang dicinta. Cinta yang lebih bermula dari "Bagaimana aku mencinta" bukan "Mengapa aku mencinta". Karena cinta ini penopangnya adalah keyakinan, pagarnya adalah keikhlasan dan penutupnya adalah kebaikkan.

Cinta ini, yang lahir dari kecintaan karenaNya. Yang dijalani menurut sunnah RasulNya dan dalam ketetapan syari'atNya. Yang dalam keluarbiasaan mampu merengkuh hati lain, bahkan lingkaran terluar dari dalam dirinya.

Mengapa bisa begitu...? Karena inilah yang dinamakan cinta sejati. Cinta yang jelas orientasinya, cinta cerdas yang tidak hanya berpola pikir sesaat, cinta yang meluruhkan keegoisan, cinta yang hanya ingin memberi tanpa berharap menerima kembali dari yang dicinta.

Maka,,, jika memang begitu, adakah lagi alasan untuk tidak bersegera pada cinta yang seperti itu..? Dalam keberkahan hidup tanpa takut pergiliran susah dan senang, mudah dan rumit. Masihkah ingin mengurusi cinta-cinta semu tanpa makna berarti, bahkan menjerumuskan dalam kemurkaanNya..?

Bukankah hidup ini hanya sekali dan teramat singkat...? Kenapa kita tidak memaknainya dengan cinta yang benar hingga hidup lebih terasa panjang dan berulang kali. Tak hanya itu, tapi juga lebih indah dalam warna warni pelangi Ilahiyah.

Ya...Ini bukan cinta yang sederhana. Tapi cinta yang selalu berjuang untuk tetap menghidupkan, memelihara, menjaga dan membahagiakan. Ini, cinta hakiki. Yang pangkal dan ujungnya adalah Allah SWT.

Rabu, 05 Mei 2010

CANTIKKU, UNTUK SUAMIKU ......................


Pesona kewanitaan adalah tingkah laku yang kontinyu dan penampilan yang indah serta elok yang selalu dipertahankan wanita cerdas sepanjang waktu, bahkan ketika menjalankan pekerjaan rumah. Sesungguhnya, wanita yang menjaga kecantikan dan keelokannya akan memperoleh ketenangan jiwa dan raga. Wanita yang merawat kecantikannya (secara sederhana) dapat mengurangi kegelisahaan sehari-hari seperti bibir diberi pemerah dikit, mata diberi celak, memakai parfum dirumah, atau memakai baju2 yg berwarna cerah dengan gaya modis meski sudah berumur tua. Terbukti bahwa wanita yg melakukan semua hal itu akan beruntung karena merasa percaya diri dan jauh lebih tenang secara psikologis dan lebih sehat jiwa raga. Belum lagi pahala besar sudah menanti. Dalam sebuah hadist disebutkan salah satu pertanda istri sholehah, yaitu “ JIKA MELIHATNYA ENGKAU AKAN SENANG GEMBIRA”.

Istri yg cantik dan sholehah selalu menambah poin di hadapan suami dengan kata-kata, lirikan, gerakan, serta memperhatikan segala permintaan suami yg sederhana, semisal memasak makanan yg suami suka,memperhatikan baju yg dipakai suami, memperhatikan masalah2 pribadi suami, mempertahankan dan meningkatkan perhatian pada suami, serta menjaga tetap melakukan semua itu meski tidak diimbangi oleh suami.

Istri yg cantik juga sholehah serta cerdas akan berkata pada dirinya sendiri ,” Ya, aku bukanlah pembantu dirumah yg minta gaji. Namun aku adalah manusia cerdas yg melakukan semua itu. Aku akan menikmati hidup, mengurangi pertikaian, dan memperoleh pahala sempurna di sisi Allah. Hidup sangatlah pendek. Untuk itu, aku tak harus semakin memperpendeknya dengan menenggelamkan diri pada hal-hal yang membuat pikiranku terganggu. Suami bukanlah poros kehidupanku, meski aku berusaha membuatnya merasakan hal itu demi sebuah perhatian dan ikatan emosional. Toh aku punya anak-anak, keluarga, pekerjaan, hobi, bisa mengembangkan kecantikanku, menjaga penampilan, atau memperhatikan kesehatan jasmani dan rohani. Aku tak harus menyia-nyiakan semua itu hanya karena mendapat perlakuan tertentu dari suami atau menyulut api konflik rumah tangga, SUBHANALLAH
Duhai para sahabat tercintaku khususnya yg cantik-cantik mari kita persembahkan : …*CANTIKKU , UNTUK SUAMIKU* Hmmm…..

Note ini saya persembahkan untuk remaja muslimah yang mempersiapkan diri memasuki jenjang pernikahaan,juga besar manfaatnya bagi para istri yang mencintai suaminya,bagi para istri yang sedang mencari jalan keluar dari konflik rumah tangga, serta bagi para ibu yang sedang mendidik putri-putrinya, juga para suami n calon suami (sebagai bekal tuk istri n calon istri) Semoga kita semua selalu dalam Bimbingan~Nya, Amin ya rabbal-alamin…….Wassalam

Senin, 03 Mei 2010

Kalau Dahi Tak Mencecah Sejadah Di Dunia

Bersihkanlah dirimu sebelum kamu dimandikan!
Berwudhu'lah kamu sebelum kamu diwudhu'kan!
Bersolatlah kamu sebelum kamu disolatkan!
Tutuplah rambutmu sebelum rambutmu ditutupkan!
Dengan kain kafan yang serba putih!
Pada waktu itu tidak guna lagi bersedih....
Walaupun orang yang hadir itu merintih....


Selepas itu kamu akan diletak di atas lantai....
Lalu dilaksanakanlah solat Jenazah
Dengan empat kali takbir dan satu salam
Berserta Fatihah, Selawat dan doa....
Sebagai memenuhi tuntutan Fardhu Kifayah


Tapi apakah empat kali takbir itu dapat menebus....
Segala dosa meninggalkan solat sepanjang hidup?
Apakah solat Jenazah yang tanpa rukuk dan sujud....
Dapat membayar hutang rukuk dan sujudmu yang telah luput?


Sungguh tertipulah dirimu jika beranggapan demikian....
Justeru ku menyeru sekelian Muslimin dan Muslimat....
Usunglah dirimu ke tikar Solat....
Sebelum kamu diusung ke liang lahad....
Menjadi makanan cacing dan mamahan ulat!


Iringilah dirimu ke masjid....
Sebelum kamu diiringi ke Pusara!
Tangisilah dosa-dosamu di dunia....
Kerana tangisan tidak berguna lagi di alam baqa'!


Sucikanlah dirimu sebelum kamu disucikan!
Sedarlah kamu sebelum kamu disedarkan.. ..
Dengan panggilan 'Izrail yang menakutkan!

Berimanlah kamu sebelum kamu ditalkinkan!
Kerana ianya berguna untuk yang tinggal....
Bukan yang pergi!


Beristighfarlah kamu sebelum kamu diistighfarkan!
Namun ketika itu istighfar tidak menyelamatkan!


Ingatlah di mana saja kamu berada....
Kamu tetap memijak bumi Tuhan!
Dan dibumbungi dengan langit Tuhan!
Serta menikmati rezeki Tuhan!


Justeru bila Dia menyeru,....
Sambutlah seruan-Nya Sebelum Dia.....
memanggilmu buat kali yang terakhirnya!
Ingatlah kamu dahulu hanya....
setitis air yang tidak bererti!


Lalu menjadi segumpal darah!
Lalu menjadi seketul daging!
Lalu daging itu membaluti tulang!
Lalu jadilah kamu insan yang mempunyai erti.....


Ingatlah asal usulmu yang tidak bernilai itu....
Yang kalau jatuh ke tanah Ayam tak patuk itik tak sudu!
Tapi Allah mengangkatmu ke suatu mercu.....
Yang lebih agung dari malaikat!


Lahirmu bukan untuk dunia....
Tapi gunakanlah ia buat melayar bahtera akhirat!


Sambutlah seruan 'Hayya 'alas Solaah'....
Dengan penuh rela dan bersedia!
Sambutlah seruan 'Hayya 'alal Falaah'....

Jalan kemenangan akhirat dan dunia!
Ingatlah yang kekal ialah amal....
Menjadi bekal sepanjang jalan!
Menjadi teman di perjalanan.. ..
Guna kembali ke pangkuan Tuhan!


Pada hari itu tiada berguna....
Harta, tahta dan putera....
Isteri, kad kredit dan kereta....
Kondominium, saham dan niaga....
Kalau dahi tak mencecah sejadah di dunia!!!